webnovel

Project (-1): From The Underrated - Memory 0 [Indonesia Version]

Menceritakan seorang Kreator yang terjebak di sebuah dunia, yang sebenarnya ia mengenal dunia tersebut. Dunia itu adalah dunia fiksi buatannya, namun dunia itu berantakan karena mengalami korupsi yang membuat memori-memori di dunia tersebut terganggu. Kreator yang baru saja terdampar di dunia tersebut tidak tahu apa yang terjadi, mengapa hal itu bisa terjadi, dan segalanya tentang keberadaan Kreator, begitu pula dengan keberandaan dunia tersebut masih dipertanyakan. Salah satu masalah yang Kreator temui adalah hubungan antara dia sendiri dan karakter-karakter di dunia tersebut. Hingga selang beberapa waktu setelah Kreator tiba di dunia itu, tercipta beberapa kubu yang terutama ada 2 kubu utama yang saling bertentangan karena gangguan memori yang lebih menjadi-jadi, bahkan di antara mereka kehilangan memori mengenai siapa Kreator yang sesungguhnya, menjadikan rumor besar bahwa adanya Kreator yang asli dan yang palsu. Dipercaya kunci masalah di dunia tersebut memang hanyalah dari Kreator, namun solusi-solusi yang ada masih dipertanyakan untuk menuntaskan masalah tersebut. Ada pun kubu ke-3 yang netral, tidak mendukung keduanya namun mereka mengikuti apa yang seharusnya dari bayang-bayang kedua kubu tersebut. Selanjutnya, bagaimana sang kreator akan menyelesaikan masalah pada dunia ciptaannya sendiri? Dalam satu kesadaran terdapat berbagai kesadaran lainnya yang tercipta, membuat berbagai pikiran saling bertentangan satu sama lain. Ini lah cerita tentang satu orang yang harus menghadapi dirinya sendiri. "Dunia fiksi tercipta karena kita tidak bisa menerima realita. Ini bukan soal lemah atau kuatnya kita menerima realita, namun ini soal bagaimana jiwa seseorang bisa hidup nyaman walau di dunia yang sangat menyakitkan ini. Namun… apa jadinya jika dunia fiksi yang kita ciptakan malah menjadi musuh terbesar dan menentang keberadaan kita sendiri?”

Zyon7x · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
12 Chs

Memory 0-3 “Pertemuan yang Tak Terduga”

Langit yang diwarnai dengan warna merah api dan abu pekat. Api di mana-mana, semuanya terbakar. Dari rumah-rumah hingga hutan di dekatnya. Banyak yang tergeletak di sepanjang jalan.

Apa yang dia tunggu hanyalah melihat dirinya terbakar, atau… mati karena luka hebat di perutnya. Terbaring di tanah, di kelilingi oleh api. Tak hanya itu, sebelum kesadarannya benar-benar hilang, dia melihat kaki yang melangkah pergi di pandangannya. Dia tidak bisa melihat sosok itu secara keseluruhan, tapi dia tahu siapa orang itu.

Dia adalah salah satu yang membuat kekacauan ini. Tapi bukannya dipenuhi rasa benci, namun dia berharap agar sosok itu bisa menggunakan darahnya untuk menjadi lebih baik. Sosok itu berdiri di hadapannya yang sedang terbaring itu.

"Maaf… dan terima kasih." Ucapnya.

Sosok itu pun pergi dari api yang berkobar itu, meninggalkan seorang gadis bertelinga panjang itu. Gadis itu mengetahui bahwa sekarang dirinya sekarang sudah sendiri di tengah-tengah kebakaran ini. Dia tersenyum kecil. Tak lama kemudian… dia mendengar suara langkah kaki.

"—Itu memori yang aku lihat dari pecahan memori ini." Ucap Kreator.

"Kebakaran hebat… dan gadis bertelinga panjang… aku merasa familiar dengan itu." Jawab Zero.

Kembali ke perjalanan, Kreator dan Zero kembali menuju tempat sebelumnya. Sudah hampir 1 jam mereka berjalan, sudah hampir dekat dengan lokasi yang dituju. Sementara mereka menuju ke sana, Kreator membaca pecahan-pecahan memori yang dijatuhkan monster-monster sebelumnya.

Yang pertama yang Kreator dapat adalah memori yang sudah dibaca tersebut. Tentang kebakaran dan seorang gadis bertelinga panjang—atau Kreator sudah tahu tentang cerita karakter ini. Gadis bertelinga panjang ini adalah seorang Elf tentunya. Ini adalah memori yang berbeda dari yang pertama Kreator dapat.

Di sisi lain, Kreator sempat merasakan perasaan dari memori tersebut. Rasa sesak akan udara kebakaran, rasa sakit yang ada pada luka di perutnya. Dan juga… pengorbanan yang dilakukan oleh pemilik dari memori ini, perpisahan yang cukup menyakitkan.

Zero mengatakan bahwa dia merasa familiar dengan kejadian tersebut. Kreator sudah tahu bahwa memang ada hubungannya dengan Zero. Walaupun Kreator tahu Zero adalah karakter yang sangat kuat dan mungkin paling kuat dari karakter lainnya bahkan dapat mengetahui setiap kejadian yang terjadi dalam ceritanya, namun kejadian ini benar-benar berhubungan erat dengan Zero—di mana Zero waktu itu tidak bisa menghentikannya.

"Kamu tahu… aku kadang berpikir, apakah karakter ciptaanku bisa membenciku?" Gunam Kreator.

Zero mendengar itu langsung merespon dan menanyai hal itu.

"Huh? Ciptaanmu membenci dirimu…? Kenapa? Seharusnya mereka senang karena sudah diciptakan olehmu. Kamu memberinya kehidupan kepada mereka."

Kreator tersenyum datar dengan tawa tanpa nada. Ada sesuatu yang mengganjal di pikiran Kreator tentang hal ini. Dia mungkin pencipta di dunia ini, namun juga Kreator mempunyai penciptanya sendiri di dunia nyata. Akan hal ini, kadang dia memikirkan hal ini dalam pandangan dunia nyata.

"Bagaimana memulainya ya… contohnya saja dengan memori yang baru saja ku beritahu. Kamu merasa familiar kan?"

"Ya. Aku merasa, kejadian kebakaran dan gadis itu ada hubungannya denganku. Tapi… aku tidak ingat sama sekali."

"Hei… aku penciptanya. Sudah tentu, aku yang menentukan alur ceritanya, kan?"

"Ya, karena kamu adalah Kreator."

Kreator membeku sejenak. Lalu memberitahu perasaan dan pikiran yang sedang dia pikirkan sekarang kepada Zero.

"Berarti aku yang bertanggung jawab untuk itu semua, kan? Aku adalah dalang di balik semua itu, karena aku yang membuat ceritanya seperti itu. Hei… apakah kamu kadang berpikir untuk membenciku karena hal itu?"

Zero langsung menunjukkan wajah tak setuju, dan membantahnya.

"Tidak mungkin aku membenci Kreator! Aku selalu suka dengan Kreator! Apa pun yang terjadi pada dunia ini, tidak ada alasan untuk membenci Kreator!"

"Kalau begitu… seharusnya kamu tahu, aku bisa saja membuat ceritanya dengan akhir yang lebih baik. Tanpa menulis kejadian tersebut terjadi. Dan bahkan, temanmu akan hidup lebih lama."

"…"

Zero membeku, seperti dugaan Kreator jika dia mendengar itu. Kreator tahu, terkadang Zero itu polos seperti anak kecil, namun sangat peka terhadap emosi dan perasaan seseorang ketika dia berkehendak.

"Tak lain… aku yang membunuh karakter itu lewat perantara karakter lain. Menjadi pencipta, harus menentukan alur cerita. Aku tahu, aku bisa saja membuat cerita yang lebih bahagia, ketimbang cerita tentang banyak kematian dan kesedihan… aku membuatnya, hanya untuk menarik orang-orang membaca ceritaku. Terkadang, aku merasa aku lah sang antagonis sesungguhnya, Kreator yang sesuka hati menentukan takdir ciptaannya."

"Kreator…"

Zero kehilangan kata. Memang yang dikatakan Kreator benar adanya. Sang pencipta bisa membuat karyanya seperti apa yang dia inginkan. Kreator melanjutkan isi hatinya.

"Dari duniaku… maksudku dunia nyata, ada pun orang-orang seperti itu. Entah kamu tahu atau tidak… atau mungkin juga lupa karena amnesia dunia ini… di dunia nyata, banyak juga Manusia yang membenci kehidupannya. Mungkin tidak langsung mengatakan orang itu membenci penciptanya… tapi dia seperti tersiksa karena telah diciptakan."

"Um." Zero mengangguk, hanya mendengarkan isi hati Kreator.

Berjalan melewati berbagai tempat, pemandangan-pemandangan fantasi yang indah namun juga terasa asing, di siang yang terik. Kreator sekali lagi curhat kepada Zero… ciptaannya, atau bisa dibilang belahan dirinya sendiri… karena kita sudah tahu, sebenarnya dunia yang luas ini hanya ada seorang diri di sini… satu jiwa yang hanya mendengarkan jiwa itu sendiri, tidak akan ada satu pun jiwa lain yang mendengarkan ini di luar sana. Semua yang ada di dunia ini hanyalah representasi dari Kreator itu sendiri, namun juga Kreator tidak pernah mengira untuk berbicara kepada dirinya sendiri dalam bentuk lain… seperti dirinya berbicara kepada karakter ciptaanya, dan ini adalah misteri yang masih belum diketahui.

"Manusia-Manusia di duniaku… memiliki kepercayaan untuk menyembah pencipta, mereka menyebutnya Tuhan. Tuhan menciptakan kita semua, dan mereka harus melakukan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya. Tapi ada pun golongan orang-orang yang tidak mempercayai adanya Tuhan… atau pun Tuhan mereka berbeda, banyak sekali macam-macam ajarannya. Tapi yang ku percaya, Tuhan Maha Esa, hanya ada satu."

"Jadi… Kreator adalah ciptaan Tuhan juga. Aku juga harus berterima kasih kepada Tuhanmu, karena jika kamu tidak diciptakan, maka kita dan semua yang ada di dunia fiksi ini juga tidak akan tercipta." Ucap Zero.

Mendengar itu, Kreator tersenyum dan terkesan.

"Poin yang sangat bagus. Ya, aku tidak pernah meminta kalian untuk menyembahku sebagai pencipta… tapi setidaknya kalian harus tahu, bahwa ada Tuhan yang menciptakan. Pencipta dari segala ciptaan, tanpa-Nya aku tidak tahu aku akan hidup dan bahkan menciptakan kalian semua. Tapi… sekarang aku akan menceritakan tentang orang-orang yang membenci… kehidupan atau Tuhannya."

"Um…" Zero mengangguk.

"Jadi, ada orang… yang merasakan lebih banyak penderitaan daripada kebahagiaan. Dia pikir, dia lebih baik tidak pernah diciptakan dan tidak pernah ada daripada terus merasakan rasa sakit. Tapi… itu mustahil, bukan? Berharap untuk tidak pernah ada sedangkan kamu sudah diciptakan dan hidup. Tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini, kecuali… sang pencipta, yang menentukan takdir… yang menentukan alur cerita kehidupan. Tapi kamu tahu apa…?"

"Apa…?"

"Jika kamu menentang Tuhan, kamu berdosa, dan kamu masuk neraka. Itu yang jadi dilemma. Tapi ada pun orang yang benar… benar menyerah dalam kehidupan, tak sedikit mendengar kasus bunuh diri di mana-mana… tapi bunuh diri juga termasuk dosa tak termaafkan, kamu akan tetap masuk neraka. Jadi, harus apa kita?"

"Kita harus… melanjutkan hidup dan berjuang." Jawab Zero.

"Benar. Melewati banyak rintangan hidup, bahkan tak jarang sampai merusak diri demi menyelesaikan hidup, melewati perang, fitnah, lingkungan tidak sehat, bersabar hingga akhir kehidupan hanya demi kunci masuk surga… jika kita ikhlas, maka kesempatan itu ada bagi orang-orang yang berjuang. Jadi lah orang baik, entah bagaimana kamu diperlakukan di dunia ini."

"Kalau begitu, aku ikhlas telah diciptakan. Walau aku tahu aku juga telah melewati banyak rintangan yang menyakitiku… tapi aku tahu, rasa sakit ini bukan dari dunia ini, namun dunia nyata… ini adalah perasaanmu, kita semua adalah satu, dunia ini hanyalah representasimu sendiri."

Kreator dibuat terkesan lagi, namun Kreator masih ada keraguan.

"Tapi… aku tidak punya surga untuk diberikan kepada kalian, tidak seperti Tuhanku. Jika aku tersakiti, maka kalian juga akan tersakiti."

Zero berhenti berjalan dan menunjukkan wajah cemberut.

"Kreator… kamu tidak sadar ya… kalau kamu tidak punya surga, kamu juga tidak punya neraka. Kita hidup di dunia ini sudah bagaikan surga, aku senang bisa melihat Kreator, setidaknya itu yang aku rasakan. Dan jika kamu masuk surga atau neraka pun, kita semua akan ikut bersamamu… karena sudah ku bilang, kita semua adalah satu." Ucap Zero sambil memiringkan kepala dan badannya.

Kreator pun terhenti, lalu melihat ke arah Zero yang berhenti berjalan. Dia tersenyum.

"Benar… ketika aku mati, nanti aku akan masuk entah surga atau neraka… bersatu bersama kalian… tapi—" Sekali lagi Kreator memasang wajah senyum sedih.

"Tapi…?"

"Aku takut…"

"Takut…?"

"Aku takut… kalian menghilang. Mungkin yah, kita semua adalah satu dan akan menyatu pada saatnya… tapi aku takut kalau aku tidak bisa melihat wujud kalian seperti ini lagi… fantasi-fantasiku… ketika aku mati, maka kalian akan hilang… jika orang-orang tidak mengingat kalian. Aku ingin kalian hidup lebih lama di dunia ini… dunia ini akan terus ada jika orang-orang terus mengingatnya. Walau tanpa diriku, kalian akan hidup lebih lama dalam memori-memori orang-orang… dan saat semua orang mengingat kalian, aku pun akan terus hidup bersama kalian di memori orang-orang. Karena… pada dasarnya, kita adalah satu."

"Kreator…" Zero terdiam membeku, lalu diikuti senyum.

Kreator melihat ke arah mereka harus tuju. Perjalanan ini belum berakhir, dan entah kapan akan berakhir.

"Yah… aku tahu ini terdengar konyol dan kekanak-kanakan… tapi aku percaya ada hal semacam itu. Ayo, masih ada hal yang menunggu kita di sana… tak lain adalah diriku yang rusak. Aku akan memperbaiki apa yang aku ciptaka—Oh!?"

Zero memeluk Kreator dari belakang, layaknya seorang anak yang menangkap ayahnya.

"Terima kasih telah menciptaanku." Kata Zero.

"Rasanya… seperti aku memeluk diriku sendiri. Hahaha! Ayuk diriku, kita melawan diriku!" Kreator menunjuk ke arah depan sambil tertawa senang.

"Ya!" Diikuti oleh Zero yang juga sudah melepaskan pelukannya dan mengikuti Kreator dari belakang.

Mereka pun akhirnya melanjutkan perjalanan. Tak disadari oleh mereka, mereka sudah sampai ke tempat awal setelah beberapa saat yang lalu.

Kreator berkeringat banyak karena sudah berjalan terlalu lama, ditambah di siang bolong. Kreator memutuskan untuk istirahat di bawah pohon yang sama seperti di awal. Untungnya tempat ini cukup sejuk dan banyak angin bertiup.

Sementara itu, Zero terlihat tidak kelelahan sama sekali. Ya, dia karakter terkuat sebenarnya, berjalan lama seperti itu tidak akan membuatnya lelah. Bahkan berpindah-pindah antar planet sudah menjadi kebiasaannya—namun entah kenapa kemampuan itu hilang untuk sekarang.

Zero pun ingat sesuatu tentang pertemuan dengan gadis bertopeng misterius sebelumnya. Yaitu Pen Tablet yang diberikan olehnya, namun Kreator seperti tidak membawanya. Sebenarnya, Pen Tablet itu disimpan oleh Zero di semacam ruang dimensi. Zero mengetahui kemampuan ini saat Kreator memberitahunya sebelum mereka berangkat.

Zero tak sadar memiliki kemampuan ini, dan seiring waktu dia mulai ingat. Dia bisa menyimpan barang apa pun ke semacam ruang dimensi disebut Void Dimension, atau juga Kreator kadang menyebutnya alam ghaib, atau dunia astral, atau juga Akherat disebutkan dalam ceritanya. Namun kini, mereka berdua menggunakannya sebagai tas dengan ruang penyimpanan tak terbatas.

"Oh ya, tentang Pen Tablet…" Tanya Zero.

"Ah benar. Keluarkan kantong ajaibmu." Pinta Kreator.

"Okeh." Zero membuka semacam gerbang dimensi dengan melingkari tangannya di udara, lalu muncul lah lingkaran portal ala-ala Dr. Strange.

Di situ, Kreator menjulurkan tangannya ke portal itu dan meraih Pen Tabletnya, lalu menariknya.

"Pentab ini… untuk apa sebenarnya?" Tanya Kreator.

"Yo ndak tau kok tanya saya…" Jawab Zero.

"Ya… gimana yah. Aku belum mencoba melakukan apa pun tentang Pentab ini."

Semenjak Kreator menerima Pen Tablet tersebut, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Pen Tablet itu tidak mempunyai kabel, awalnya Kreator berpikir kalau gadis itu lupa untuk memberikan kabelnya. Namun setelah dilihat-lihat, tidak ada lubang untuk memasukkan kabel. Desainnya hampir mirip seperti Pen Tablet yang dimiliki oleh Kreator di dunia nyata, namun bentuknya agak berbeda sedikit. Dan Kreator ingat, Pen Tablet miliknya memiliki stiker di belakangnya, namun yang ini tidak.

Yang dia simpulkan sekarang, Pen Tablet ini spesial, seharusnya begitu… itu lah yang dia pikirkan. Tapi bagaimana cara kerjanya dan apa yang benda bisa ini lakukan masih jadi pertanyaan. Kreator menyimpan Pen Tablet tersebut di atas kakinya yang sedang sila.

Tas dimensi kehampaan masih terbuka, ruang itu juga menyimpan memori-memori yang belum dibaca oleh Kreator. Kreator bisa menyentuh pecahan memori itu tanpa membacanya dengan menahan kehendaknya untuk merasakan memori-memori itu. Namun setelah memori-memori itu dibaca, pecahan dalam bentuk bola tesebut meresap ke dalam tubuh Kreator. Namun Kreator masih bisa mengeluarkannya dalam bentuk pecahan bola memori seperti sebelumnya.

Di sini, Kreator mengambil memori dari ruang penyimpanan yang belum dibaca. Setelah ditarik, Kreator meletakannya di atas kakinya yang di mana Pen Tablet juga ada di situ.

Tanpa sengaja, pecahan memori itu menyentuh Pen Tablet, sehingga Pen Tablet itu bersinar. Cahaya mulai menyebar ke permukaan Pen Tablet, meresap pecahan memori.

"Woah‼! Apa ini!?" Kaget Kreator.

"Pen Tabletnya bersinar…!"

Pecahan memori itu masih ada dan bentuknya utuh, namun sepertinya ada sesuatu yang diresap oleh Pen Tablet itu. Mereka berdua saling menatap.

Kreator mengangkat kedua Pen Tablet dan pecahan memori itu di kedua tangannya.

"Interesting~" Ucapnya.

Pen Tablet-nya masih bersinar. Tapi apa yang membuatnya berbeda?

"Jadi, apa yang bisa dilakukan Pentab itu sekarang?" Tanya Zero.

"Ntahlah… tapi mari kita coba."

Kreator menarik penanya yang menempel di Pen Tablet lalu menyimpan pecahan memori di tangan satunya di tanah. Penanya pun ikut bersinar di bagian ujungnya. Warna yang dipancarkan berwarna biru sekarang. Kreator menelaah penanya untuk sementara, lalu mencoba untuk menggores di area menggambar Pen Tablet secara perlahan-lahan.

Setiap garis goresannya bercahaya mengikuti arah penanya bergerak. Masih belum terjadi apa-apa, hanya cahaya garis itu saja. Keduanya saling menatap lagi. Lalu Kreator mencoba untuk menggoresnya sampai keluar jalur area Pen Tablet.

Cahayanya ikut terpancar keluar dan menciptakan cipratan seperti tinta yang bercahaya. Kreator sedikit penasaran akan hal itu. Selanjutnya, Kreator siap-siap untuk menggunakan kekuatannya untuk menggores lebih kuat sampai keluar area Pen Tablet.

Kreator pun menggoresnya dengan kuat, lalu terciptalah pancaran tinta yang bercahaya meluncur ke atas langit lalu berubah menjadi seperti anak panah yang indah dengan cipratan cahaya ketika membentur tanah, seperti petasan.

"Woaaaah~ hahaha~!" Tawa Kreator yang senang melihat fenomena tersebut.

"Itu sangat indah. Dan juga, sepertinya bisa digunakan sebagai senjata."

Keduanya masih takjub akan fenomena yang baru saja terjadi. Beberapa saat kemudian, Kreator ingat dengan 2 memori yang sudah dia baca sebelumnya. Yang pertama adalah tentang pendosa, dan yang kedua dalah tentang kebakaran.

Kreator mengeluarkan pecahan memori tentang kebakaran dan gadis Elf terlebih dahulu dari dalam dirinya, mengangkat telapak tangannya, dan muncul lah pecahan memori tersebut.

"Ah, mari kita coba memori satu ini."

Kreator menyatukan pecahan memori itu dengan Pen Tablet-nya. Dan cahaya pun kembali muncul, sekarang berwarna hijau dan keemasan. Kreator sedikit terkesan akan perubahan warna cahayanya.

Kreator pun melakukan hal yang sama seperti sebelumnya. Pancaran tinta bercahaya meluncur ke langit dan berubah menjadi anak panah seperti sebelumnya. Yang membedakan hanyalah warna.

"Ouh… sama saja seperti sebelumnya. Tapi tetap indah." Ucap Zero.

"Tidak… tidak, sepertinya sama menghasilkan anak panah karena memorinya…" Kreator sedikit memasang wajah serius.

"Huh…?"

Kreator kembali mengambil memori yang menghasilkan warna biru sebelumnya yang ditaruh di tanah sebelumnya. Dia mencoba fokus untuk membacanya, pecahan memori itu bercahaya dan Kreator mulai masuk merasakan memori itu.

—Api di mana-mana. Terus berlari, dari segala sudut semuanya terbakar. Langit merah karena api dan abu akan debu pembakaran.

"Huh—?" Kreator langsung tersadarkan diri.

Kreator sengaja berhenti membaca memori tersebut walaupun belum selesai. Walau melihat sekilas sebentar, Kreator sudah menebak ini memori milik siapa.

"Sudah ku duga…"

"Ada apa Kreator?" Tanya Zero yang bingung melihat reaksi Kreator.

Kreator melihat ke arah Zero dan menjelaskan yang sebenarnya.

"Memori ini… berhubungan dengan memori yang sebelumnya mengenai kebakaran… dan memori ini juga mengenai kebakaran yang sama, namun dari perspektif yang berbeda.

"Ouh… kenapa bisa begitu?"

Kreator sedikit melamun, dan tidak melanjutkan untuk membaca memori tersebut. Dia lalu berpikir kemungkinan yang ada.

"Monster-monster itu… mungkin saja menyerang kedua karakter yang berada di tempat yang sama, dan monster-monser itu selalu bersama sampai kita menghabisinya terakhir kali."

"Kenapa Kreator bisa tahu kalau ada dua karakter di tempat yang sama lalu keduanya diserang bersamaan?"

Zero memiringkan kepalanya karena tidak tahu apa-apa tentang kedua karakter ini… atau lebih tepatnya—

"Kamu seharusnya tahu, tapi faktanya kamu amnesia bahkan dengan kedua karakter ini… mereka berdua selalu bersama, dan mereka juga adalah teman dekatmu."

"Temanku… aku…"

Zero sedikit mengalami sakit kepala, langkahnya mundur dari Kreator. Dia sepertinya sedang mengingat sesuatu yang sangat penting namun dia lupa akan memori-memorinya.

"Aku… lupa. Kenapa…? Aku… tidak bisa mengingatnya… gadis elf… dan… siapa dia?"

Kreator beranjak berdiri lalu mendekati Zero, dia terlihat khawatir dengan Zero yang terlihat kesakitan mengingat memorinya yang hilang. Dia sudah tahu jawabannya… namun untuk sekarang, dia menolak untuk memberi tahunya. Mungkin Zero akan lebih tertekan jika dia diberitahu kebenarannya. Kreator pun hanya memegang kepalanya dan mengusapnya.

"Zero… untuk sekarang, tidak perlu memaksakan untuk mengingatnya. Seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan kebenarannya. Untuk sekarang, kita hanya perlu mencari informasi yang ada. Terkadang mengingat masa lalu yang menyakitkan itu tidak ada baiknya juga."

"Ah… ya, baiklah." Zero mengangguk, sambil melihat ke arah Kreator dengan wajah tanpa emosi.

"Sekarang, biarkan aku membaca memori lainnya dan mencoba melakukan hal yang sama dengan Pentab-nya."

Kreator pun kembali duduk di bawah pohon. Lalu memfokuskan memori yang belum selesai dibaca seluruhnya… mengenai kelanjutan tentang kebakaran.

—Dia berlari di antara api-api yang bergejolak. Semuanya terbakar. Para Elf berlarian menyelamatkan diri. Ada pun yang tidak terselamatkan dan terbakar, bahkan tertimpa runtuhan rumah-rumah. Banyak teriakan di mana-mana.

Namun semakin dia lari ke dalam kebakaran itu, semakin sunyi… hanya ada suara kebakaran hebat saja. Semuanya menjadi merah menyala dan langit terasa sangat sesak.

Air mata mengalir tanpa dia sadari, berlari mencari dirinya—dengan membawa sepatu kaca yang terbuat dari kristal yang indah nan cantik… namun rasanya tidak cocok lagi diberikan karena sudah terlambat.

Dia menemukan sosok gadis Elf yang tergeletak di tengah-tengah kebakaran itu. Di sebuah ruangan yang entah sampai kapan atapnya bertahan. Dia langsung segera mendekatinya dan mengangkat setengah badannya dengan tangannya.

"(... .... .- .-. .-.. .-)! (... .... .- .-. .-.. .-), bertahanlah!!" Sembari mengelusnya dari debu kebakaran.

Gadis Elf itu sangat perlahan membuka matanya, menemukan seorang yang sudah pasti akan menyelamatkannya. Dia tersenyum.

"(.-- .- .-. -.. .. -.)… aku tahu… kamu… akan datang." Ucapnya dengan nafas yang sangat lemah.

Dia menangis melihat gadis yang disukainya dalam keadaan seperti ini. Darah mengalir pada perutnya bekas tebasan. Tak banyak yang dia lakukan, kecuali mendengar ucapan selamat tinggal dari sang gadis tersebut.

Walau suasananya sangat panas akan kebakaran, namun tubuh sang gadis tersebut sangat dingin dan lemah… waktunya sudah tak banyak lagi. Gadis itu melihat ke arah sepatu kaca kristal yang ditaruh sebelahnya oleh dia. Gadis itu sangat terkesan dan senang karena dia benar-benar mendapatkannya dari tempat yang jauh dan membuatnya.

"Ha… sepatu… yang cantik. K-kamu… pasti susah-s-susah… mendapatkannya… padahal, aku… hanya bercanda… waktu itu. Akan, sangat cantik… jika aku… y-yang memakainya, ya…? A-aku… tak sabar, untuk… memakai—nya…"

Dia memegang erat tangannya yang sudah tidak bertenaga, dia benar-benar akan meninggalkan dunia yang fana ini.

"T-terima kasih… dan juga… tolong, maafkan… Dia."

Tangannya terjatuh di atas tubuhnya, matanya terpejam… untuk selamanya. Itu lah akhir dari cerita si gadis Elf tersebut—namun bukan untuk akhir cerita sang Serigala yang akan memburu sang Kelinci, bahkan tidak akan berhenti memburu walau sampai ke Bulan.

"Aku—adalah Kreator yang jahat." Air mata Kreator mengalir.

"Kreator…" Sementara Zero hanya terkejut memerhatikan Kreator yang menangis akan membaca pecahan memori itu.

"Memori ini… tentang perpisahan… dan juga kekejaman dunia yang fana ini. Kenapa… kenapa dunia ini hanya mengenal tentang mengejar kesempurnaan… saling bertentangan, saling menindas… perang dan perselisihan, bahkan antar saudara atau satu kaum. Dunia nyata sangat kejam di luar sana hingga bisa-bisanya digunakan sebagai referensi dalam ceritaku." Kreator bergunam sambil mengusap air matanya dengan lengannya.

Kreator beranjak berdiri. Sekarang dia dipenuhi dengan emosi yang tercampur. Tak diduga dia mengeluarkan pecahan memori yang pertama ia dapat… memori mengenai sang pendosa.

Dia mencoba menggabungkannya dengan Pen Tablet-nya. Kekuatannya bereaksi dan Pen Tablet bercahaya berwarna merah dengan kilatan hitam. Kekuatannya terasa sangat negatif oleh Zero dan membuatnya khawatir.

"Andai aku punya kekuatan untuk mengubah dunia…" Gunam Kreator yang wajahnya suram.

"Kreator… Kreator!?" Zero mencoba menyadari Kreator sekaligus ada yang tidak beres dengannya.

Namun… Zero tidak bisa mengembalikan kesadarannya dalam tepat waktu. Kreator secara tak sadar mengaktifkan kekuatan pecahan memori yang berwarna merah dengan kilatan hitam pekat itu. Auranya menjadi serasa gelap.

Di sisi lain juga—kekuatan itu sangat menyakitkan. Setelah diaktifkan oleh Kreator, kekuatannya menyengat ke seluruh tubuh Kreator dan aura merah dan hitam merasuki tubuhnya sangat cepat.

"AAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH‼‼‼‼‼‼‼!"

Kreator berteriak kesakitan sembari kekuatan itu memenuhi dirinya. Pen Tablet itu terus memberinya kekuatan dari pecahan memori itu sebagai perantaranya.

"K-Kreator!? Kamu tidak apa-apa!? KREATO!?" Zero panik melihat Kreator yang mengeluarkan aura sangat kuat.

Saking kuatnya, terasa seperti sumber tekanan angin yang bertiup kencang dari Kreator. Benda-benda sekitar terlempar jauh, daun-daun bertebangan, dan langit sekitar yang Zero liat seperti menggelap.

Zero menyadari sesuatu, Kreator terus memegang Pen Tablet-nya yang membuat dia terus menyerap kekuatan tersebut. Tak lama kemudian, dari kepala Kreator mulai tumbuh dua tanduk dan juga di punggungnya tumbuh sayap, Kulitnya pun seperti mengupas perlahan mengeluarkan urat berwarna merah. Ekor pun mulai keluar dari belakang Kreator.

Tak lain Kreator berubah menjadi sosok pendosa besar… dan bukan siapa lagi pendosa itu kalau bukan—Iblis. Namun Kreator tahu sebelumnya kalau ini bukan memori pemilik Iblis itu sendiri… namun gabungan Manusia dan Iblis, membuat pemilik memori ini memiliki kekuatan yang dahsyat.

Kreator terus berteriak kesakitan dan perlahan berubah menjadi sosok Iblis. Dengan cepat, Zero mencoba melepaskan Pen Tablet yang digenggam erat oleh Kreator. Dia mencoba melepaskannya dengan paksa. Namun kekuatan genggaman Kreator semakin kuat karena dia berubah menjadi sosok Iblis.

Di sini Zero terpaksa menggunakan kekuatannya. Kekuatan astral yang di mana rantai-rantai keluar dari bawah tanah. Zero tak sadar melakukan kekuatan barunya lagi, namun dia tidak punya waktu untuk memikirkannya.

Rantai-rantai itu bersinar berwarna abu bercahaya, mengikat sekujur tubuh Kreator mulai dari kaki, tangan, hingga leher Kreator. Kini, kekuatannya dibalikkan menjadi mengarah ke Zero. Zero menyerap kekuatan yang berasal dari memori tersebut.

Kekuatan serapnya tak kalah kuat dengan yang diserap oleh Kreator, membuat perubahan Iblisnya terhenti. Dan juga Zero malah sebaliknya yang berubah menjadi sosok Iblis. Tanduk, sayap dan ekor lebih cepat tumbuh pada Zero ketimbang Kreator. Dengan itu, Zero yang kekuatannya lebih besar bisa menarik paksa Pen Tablet tersebut.

"Huh…‼!" Zero melempar Pen Tablet tersebut ke tanah.

Perlahan tanduk, sayap dan ekor Kreator mulai menyusut kembali ke dalam tubuhnya. Kreator merasa sangat lelah setelah itu, dan kehilangan keseimbangan untuk sementara, membuatnya jatuh dan terduduk lagi.

"A-aku… aku… tidak…" Kreator kehilangan kata.

Keduanya terdiam, Zero pun hanya melihat ke arah Kreator yang tidak berwajah.

"Aku… sangat familiar dengan kekuatan ini… aku tahu, juga aku tidak tahu… Aku seharusnya sangat mengenalnya."

Zero melihat tubuhnya yang berubah menjadi sosok seperti Iblis. Zero tidak terpengaruh oleh kekuatan Iblis ini karena suatu hal tertentu. Kreator mengetahuinya, namun tidak memiliki kesempatan untuk mengatakannya karena bukan saatnya untuk membicarakan itu. Yang dia ingin bicarakan sekarang adalah—

"Aku… minta maaf. Aku… tidak bisa mengendalikan diri untuk saat itu. Aku… tidak tahu apa yang merasukiku." Kreator menurunkan pandangannya, kecewa terhadap dirinya sendiri.

Sementara Zero merasa tahu akan perasaan yang Kreator baru saja alami.

"Tidak apa-apa Kreator… aku… tahu apa yang kamu rasakan. Terkadang, benar… melihat kejamnya dunia membuat kita kehilangan kendali… Aku… rasanya pernah melihat itu dalam memoriku… dan pastinya, memori itu bukan tercipta dari semata-mata… namun dari apa yang kamu rasa di dunia nyata, Kreator."

Suasana menjadi canggung untuk waktu yang agak lama. Matahari yang terik sudah bergeser. Kini suasana tidak terlalu menjadi panas seperti sebelumnya.

Kreator masih menenangkan diri di bawah pohon, melamun melihat dunia yang sangat luas. Sementara Zero jalan-jalan di sekitar situ, terkadang menendang batu, lalu berputar-putar. Tidak ada hal lain yang terjadi.

Beberapa saat kemudian, Kreator ingat bahwa ada satu lagi pecahan memori yang belum dibaca dan juga diserap kekuatannya oleh Pen Tablet-nya. Namun, sekarang Kreator merasa takut untuk melakukan itu lagi. Dia tidak mau kejadian seperti tadi terjadi lagi. Memori yang dia rasakan benar-benar terasa dalam hatinya. Mungkin apa yang dia lihat hanyalah fantasi belaka, tapi perasaan ini dibawa dari dunia nyata. Dan ya, mengingat masa lalu yang kejam hanya membebani perasaan seseorang saja.

"Aku… selalu benci untuk mengingat masa lalu. Dan aku membenci… mereka yang membicarakan masa laluku. Apa untungnya mengumbar masa lalu seseorang?" Gunam Kreator.

Dia mengatakan itu ketika Zero tidak berada di sekitarnya. Melihat ke pecahan memori terakhir yang belum dibaca, Kreator mengembalikannya ke ruang penyimpanan tanpa batas. Lalu beranjak berdiri dan memanggil Zero.

"Zero, tasnya tutup dulu. Kita akan berangkat." Sambil melambaikan tangan ke Zero yang sedang berjalan-jalan di padang rumput sekitar sana.

"Ah ya, Void Dimension-nya."

Zero menjulurkan tangannya ke portal ruang penyimpanan di sebelah Kreator, lalu mengayunkan tangannya, dengan sekejab portal itu tertutup dan tidak menyisakan apa pun.

Zero menghampiri Kreator setelahnya.

"Kita akan menuju hutan sekarang. Yah… hutannya di depan kita, tapi kita tidak tahu seberapa dalam hutan ini sampai kita menemukan karakter yang kita cari."

Kreator melihat ke arah hutan yang besar. Sepertinya hutannya sangat dalam dan ke dalamnya terlihat gelap, sumber cahaya hanya dari celah-celah yang menembus melewati ranting dan daun di sana.

Sementara itu Zero masih cemas dengan keadaan Kreator sebelumnya.

"Kreator… apa sudah baikan?" Tanya Zero dengan memiringkan kepalanya.

"Ah… tenang saja. Itu sudah biasa terjadi. Stress adalah jalan ninjaku. Nanti juga biasa lagi… apalagi kalau main game, dan dapet gacha bagus, bisa langsung sehat keknya." Kreator menunjukkan senyuman kecut.

"Ah… ok kalau begitu. Kalau terjadi seperti sebelumnya, siap-siap diiket sama rantai kayak tadi aja."

"Yep, aku mengandalkanmu."

Setelah itu, Kreator dan Zero berjalan menuju hutan. Namun sebelum itu, Kreator bingung bagaimana nantinya kalau sudah masuk ke hutan dan bagaimana cara keluarnya.

"Kamu tahu… memasuki hutan tanpa mengetahui jalannya adalah kesalahan. Orang bisa saja tersat… bahkan aku pun pernah tersesat di sebuah mall." Ucap Kreator.

"Um…"

Zero menyadari adanya sungai di dekat mereka, dan sungai kecil itu sepertinya juga mengarah ke dalam hutan.

"Lihat Kreator, ada sungai! Kita bisa saja menggunakan sungai kecil ini sebagai arah menuju ke hutan dan kembali keluar hutan. Jadi kalau kita tersesat, tinggal cari sungai ini dan kembali mengikutinya."

"Ide bagus Zero. Kalau begitu, kita akan mengikuti sungai ini."

Kreator dan Zero pun akhirnya pergi ke dalam hutan dengan mengikuti ke mana arah sungai itu menuju ke dalam hutan.

Suasana sangat hening, namun diikuti makhluk-makhluk seperti terbuat dari hologram bermunculan. Memori tentang hutan ini menghasilkan kilas dari makhluk-makhluk ini hidup di sana. Suara-suara hutan terdengar natural namun sesaat terdengar aneh karena terkadang menghasilkan suara Glitch atau lag.

"Ini lagi…" Gunam Kreator.

"Ya… seperti perjalanan sebelumnya."

Menulusuri hutan dengan dibantu oleh sungai, entah apa yang mereka akan temukan jika terus mengikuti arah sungai ini. Cahaya di sana sangat minim, hanya ada dari tembus melewati daun dan ranting. Tidak sepenuhnya gelap, malah terasa sejuk dilihat dan tak terasa panas seperti sebelumnya.

Beberapa saat kemudian terdengar suara air dari jauh. Suaranya seperti air terjun yang cukup besar. Mereka berdua saling menukar pandangan.

"Ah… sepertinya ada air terjun di sana." Ucap Zero.

"Ya… ayu kita lihat."

Setelah berjalan menelusuri arah sungai, suara air terjun semakin keras dan suasana terasa seperti mulai banyak air. Sungainya pun mulai meluas yang tadinya kecil menjadi besar. Dari sisi semak-semak, mereka berdua melihat ke atas ada air terjun yang sangat besar dan indah. Untungnya air terjunnya bukan menuju ke bawah.

"Woah~" Takjub Kreator.

Zero juga melihat sekitar air terjun itu, lalu dari jauh dia menemukan sesuatu yang memikat matanya. Zero pun menarik baju Kreator.

"Kreator, lihat." Sambil menunjuk ke arah sesuatu itu.

"Apa…? Huh?"

Mereka berdua menemukan sesosok gadis yang tengah berada di bawah air terjun. Sosok gadis itu terlihat sedang berdiam diri di depan air terjun, melihat ke air terjun tersebut.

Dari jauh, gadis itu memiliki rambut pendek berwarna putih-abu seperti warna bulan purnama. Dia mengenakan atasan seperti daster putih polos yang panjangnya sampai pahanya. Kakinya telanjang karena sedang berada dalam air. Terlihat dia menyimpan sepatunya di sisi sungai.

Gadis itu tidak melukan apa pun, namun kali ini terlihat jelas bahwa itu adalah karakter yang benar-benar karakter. Pergerakannya sangat minim, hanya tangannya saja yang terlihat bergerak.

"Dia…"

Kreator sepertinya sudah menebak karakter ini.

Mereka berdua pun mendekatinya. Namun sesaat kemudian sosok gadis itu menyadarinya karena mendengar langkah kaki mereka. Dia pun melihat ke arah mereka berdua dan menyapanya.

"Ah, kamu sudah kembali, Aza—huh…?" Tapi dia menyapa orang yang dia tidak kenal, sepertinya.

"Kamu…" Kreator seketika kaget meliat wajahnya dan berhasil menebak karakter ini.

"—‼??" Sementara Zero merasa waspada dan sosok ini membuatnya agak sedikit tegang.

Kreator menyadari reaksi Zero. Dia tahu pasti akan ada suatu reaksi yang lebih dari Zero ketika melihat karakter ini. Gadis ini memiliki mata tajam berwarna merah yang sedikit menyala seperti kelinci. Namun mata itu terasa lebih lemah dari yang biasanya, bahkan lembut dipandang.

Dengan ekspresi yang ringan dan suara yang lembut, dia bertanya.

"Kalian… siapa?" Dengan pandangan polos dari sesosok gadis berambut putih dan bermata merah.