webnovel

Princess Of The Time

Julie hidup dari buku-buku yang dibacanya sejak kecil. Keinginanya menjelajahi ruang angkasa terhenti karena dia tidak bisa melanjutkan kuliah. Julie merasakan keterpurukan hidupnya dilandasi karena kecelakaan yang merenguk kekasihnya, Haris. Selain menulis, Julie adalah ilmuan hebat dalam teori fisika dan kimia. Dia membuat cerita romantisme kehidupan dan bertekat menemui Haris kembali melalui teori fisikanya. Namun sialnya, Julie harus berurusan dengan Tuan Smith. Seorang ilmuan pencinta teori konspirasi dan membawah Julie pada misteri dunia lain. Bagaimana kisahnya?

Anana_Chan · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
184 Chs

Menceritakan Sesuatu

Julie berencana menceritakan pengalamannya kepada Helen malam ini. Perempuan itu harus tahu bahwa Julie menemukan sebuah negeri dan orang-orang di sana semuanya bersayap. Ini akan menjadi kabar teraneh yang didengar Helen. Walaupun Helen akan menebak Julie sedang berhalusinasi lagi.

"Hai!" sahut Julie saat keluar dari perpustakaan dan Helen yang sudah berdiri di depan. Wajah sahabatnya itu tampak pucat dan tangannya sangat dingin. Sama sekali bukan seperti Helen pada umumnya.

"Kamu menjemputku?" tanya Julie. Helen menganguk kemudian. Dia menatap wajah Julie dengan ekpsresi bingung.

"Kemana saja kamu tiga hari ini?" ucapnya. Helen menatap wajah Julie dengan ekspresi menyelidik.

"Tiga hari? Aku tidak kemana-mana Helen. Aku tetap di rumah dan melakukan banyak hal," jawab Julie. Dia sudah bisa menebak arah pembicaraan dari Helen. Semua orang sangat aneh hari ini. Dia selalu berkata bahwa Julie menghilang padahal dia tetap di rumah.

"Kamu menghilang," seru Helen lagi. Julie bergeming, dia sangat susah menjelaskan masalah ini. Apakah Helen akan percaya bahwa satu hari yang lalu dia terjebak di negeri Key dan baru saja kembali dari tempat itu? Apakah itu tidak terkensan aneh. Apakah Helen akan mengiyakan bahwa Julie mengidap syndrome fantasi yang akut?

"A-aku di rumah," jawab Julie terbata-bata.

"Masuklah di mobilku, aku akan mengantarmu pulang." Helen melangkah masuk ke mobil putih yang terparkir di depan taman perpustakaan. Julie mengikuti arah langkah perempuan itu.

"Jadi ceritakan apa yang terjadi." Helen mengendarai mobil putih menuju area perumahan desa Avilix yang setiap jalannya sangat menyeramkan.

"Aku terjebak di negara yang mayoritas manusianya bersayap." Julie memulai pembicaraan.

"Serius?" Bola mata Helen terbelalak melihat ekspresi Julie yang tertunduk lemas ke bawah.

"Kamu pasti tidak akan mempercayaiku. Satu hari di negeri itu sama dengan tiga hari di bumi. Aku bingung tapi hal itu terjadi," sambung Julie lirih.

"Apakah kamu juga menemukan lelaki yang mengeluarkan api dari matanya?" tanya Helen hati-hati. Julie spontan menatap netra Helen. Dia bingung mengapa sahabatnya itu tahu dan secara tiba-tiba mengucapkan hal itu.

"Ia, aku juga melihatnya," sambung Helen sambil menghela nafas panjang.

"Aku takut Julie, dia mengejar kita!" desah Helen ketakutan. Suaranya sangat berat dan keringat meluncur dari dahinya. Perempuan itu menghentikan laju mobil sambil menutup wajahnya dan menangis.

"Helen?" Julie mengelus pundak sahabatnya itu.

"Kita akan baik-baik saja, dia tidak terlalu berbahaya buatmu. Dia hanya mengejar aku," ucap Julie lirih. Air matanya menetes tapi secepat kilat di sekanya.

"Bagaimana kamu tahu?"

"Aku mengetahuinya, dan kamu tidak perlu khawatir!" bisik Julie. Helen melanjutkan perjalanannya dan mobil putih itu persis terparkir di depan rumah Julie.

"Aku akan baik-baik saja, jangan terlalu takut," jelas Julie sebelum melangkah turun dari mobil. Dia menatap wajah Helen sekilas lalu membalikan badan. Sahabatnya itu sangat ketakutan dan Julie membuat Helen masuk dalam perangkap makhluk aneh itu.

Julie masuk ke dalam rumah kecilnya dan sudah ada Gali duduk di ruang tamu. Lelaki misterius itu masih tidak memiliki pupil hitam. Dia seperti sedang bersemedi sambil menunggu kedatangan Julie.

"Mengapa ada di rumahku?" tanyanya. Julie melangkah mendekati Gali.

"Terakhir kali kamu memegang tanganku dan melakukan hal yang sama seperti itu, aku masuk ke dalam duniamu," sambung Julie. Dia menghela nafas panjang sembari duduk di samping Gali.

"Apakah namamu benar Gali? Aku lebih suka memanggilmu Lif," ujarnya. Gali hanya terdiam dan tidak mengucapkan satu kata pun.

"Ratu? Negeri hitam akan menyerang negeri Key. Ratu sebisa mungkin kembali ke negeri Key," gumam Gali kemudian.

"Astaga! Aku bukan ratu kalian. Semenjak kamu mengatakan hal itu. Tuan Alexsander selalu mendatangiku. Aku takut jika dia bisa melukai aku dan Helen," jelas Julie khawatir.

"Helen bukan manusia juga," ucap Gali pelan sambil menatap wajah Julie.

"Apa?"

"Kamu bercanda!"

"Aku tidak percaya!" teriak Julie. Dia terperanjak dari tempat duduknya. "Dia sahabat aku, kami sudah bersahabat dengan sangat lama," sambungnya. Julie melangkah mundur dan menjauhkan tubuhnya dari lelaki itu.

"Apakah kamu tidak ingin tahu? Mengapa dia bukan manusia?" tanya Gali lagi. Dia beranjak dari tempat duduknya dan seketika itu sayap putihnya bermunculan. Gali berjalan pelan dan mendekati tubuh Julie.

"Hanya kamu manusia di sini, semuanya bukan sebangsa denganmu," bisik Gali pelan. Dia menghimpit tubuh Julie sampai ke dinding dan membuat Julie sedikit sesak nafas.

"Dia adalah penyihir hitam dan berwujud manusia," sambung Gali. Deru nafasnya sangat terdengar di telinga Julie. Lelaki itu semakin merapatkan tubuhnya dan membuat Julie merintih kesakitan.

"Mereka akan membunuhmu!" ucap Gali. Aroma maskulin jelas tercium dari tubuh lelaki itu.

"Tidak, dia sahabat aku," lirih Julie. Dia tidak berani menatap wajah Gali yang berubah menjadi menyeramkan sekarang. Taringnya bermunculan dengan tiba-tiba dan wajahnya pucat pasi. Pupil hitamnya menghilang dan hanya menyisakan warna putih.

"Ratu Isabel, segeralah kembali ke negeri Key, pangeran membutuhkanmu!" gumamnya kemudian. Dia melepaskan pegangan tangan dari Julie dan melangkah mundur.

"Aku akan menemuimu kembali dan akan mengajakmu pulang," cetusnya lalu Gali terbang dan meninggalkan Julie yang berdiri lemas.

Desa Avilix selalu di hebohkan degan mitos dewa-dewi yang bermunculan. Julie pada akhirnya memilih tinggal di sini karena panti tempatnya sedang di renovasi. Julie bertemu Helen karena mereka satu kampus. Julie percaya bahwa Helen manusia. Tidak mungkin Helen makhluk lain seperti Tuan Alexsander dan Gali. Tidak mungkin juga perempuan polos itu sebangsa jin atau pun hantu. Yang sangat tidak masuk akal yaitu saat Gali mengatakan dia penyihir.

"Helen penyihir?" batin Julie. Bertambah sudah teka-teki yang membuat otaknya terasa panas dan ingin menguap.

Julie segera merebahkan tubuhnya di kasur dan memandangi langit-langit kamarnya yang gelap. Gali menjadi sangat sensitive hari ini dan bahkan hampir melukai dirinya dan membuat jantung Julie bergetar lebih hebat karena ketakutan. Omogannya semakin hari semakin tidak masuk akal di otak Julie.

Brak!!

Buku tua milik Tuan Smith terbuka dengan misterius dan menampakan halaman ke 12. Julie mencari asal suara itu dan menemukan benda kecil berdebu di sudut pintu.

"Mengapa dia datang lagi?" batinnya. "Halaman ke 12, negara yang pada awalnya hancur dan akan kembali hancur. Pertumpahan darah dan penghianatan," baca Julie. Keningnya berkerut membaca hal itu.

"Bukankah buku ini sudah aku kembalikan?" batinnya.

Brakk!

Buku itu terbuka dengan sendirinya tanpa sentuhan. Lembaran ke tiga belas mengambarkan sebuah fenomena alam serta terdapat gambar dua manusia bermahkota. Julie semakin ketakutan, Dia bergetar hebat dan sesak tiba-tiba menjalar di sekujur tubuhnya.

"Mahkota dewi Key yang abadi." Julie membaca pengalan tulisan dari halaman ke tiba belas itu.

Brak!

Buku tua Tuan Smith tertutup dengan tiba-tiba dan membuat Julie lemas dan pingsan seketika.

Bersambung…