webnovel

PRIA KERAS KEPALA

Aku mungkin terlalu lama menyadari perasaanku yang semu. Namaku Jeon Jung Ki. Pria mengenaskan yang ditinggal kedua orang tuaku saat sedang bermain di taman dekat rumah saat usiaku duabelas tahun. Aku tinggal di rumah pamanku setelah kematian ibuku. Rumah asalku di Bu San. Lalu aku dikirim oleh pihak kepolisian untuk tinggal di rumah pamanku. Kakak dari ibuku. Hidup cukup dewasa di rumah pamanku, tidak tamat sarjana dan aku harus bekerja paruh waktu dikafe milik seseorang dengan menjadi barista pada akhirnya aku menjalin hubungan dengan seseorang. Pria dewasa dua tahun dariku. Sayangnya setelah aku mendapatkan kebahagiaanku sejenak dengan pria itu, namanya Kim Tae Woo. Pada akhirnya aku juga mendapatkan rasa sakit. Ditinggalkan dan ditinggalkan lagi. Aku harus percaya pada siapa, saat rumahku setelah pamanku adalah Kim Tae Woo? Pria itu memilih menikah dengan wanita pilihan ibunya, dan menjadikanku sebagai pacar keduanya. Sejak awal hubungan ini sudah salah, tapi aku sudah terlanjut mendapatkan rasa sakit.

sakasaf_story · LGBT+
Zu wenig Bewertungen
58 Chs

14. Luka Yang Awalnya Tertutup.

Kedatangan Kim Tae Woo.

Ji Min terlihat memberi privasi antara Jung Ki dengan pria tersebut, walaupun terlihat dari jauh jika Jung Ki sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Memamg fisiknya tidak dalam keadaan baik. Tapi Ji Min bisa melihat bagaimana Jung Ki sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan dari pria bernama Tae Woo yang Ji Min tahu tanpa marga keluarganya.

Melihat Tae Woo tidak memesan apapun membuat Ji Min berjalan mendekat ke arah Jung Ki setelah Tae Woo memilih duduk di kursinya.

Ji Min berjalan santai tidak memaksa Jung Ki untuk berbicara dengannya atau bahkan membuat pria itu tidak nyaman, sampai di depan Jung Ki pria itu tidak banyak bicara. Matanya melirik baik-baik pada Jung Ki yang kali ini menaikan satu alisnya pelan. "Apa kau ada masalah dengan pria itu, lagi?" Pada akhirnya Ji Min berbicara pada Jung Ki menanyakan bagaimana resporn pria itu tidak baik-baik saja karenanya.

"Tidak," jawab pelan Jung Ki dengan gelengan kepala juga, Ji Min menghela nafasnya berat, pria itu memilih untuk tetap memberikan pesanan pelanggannya.

"Tolong tiga teh lemon, Jung Ki." Ji Min memperlihatkan pesanannya, lalu menyimpan kertas dan bon pembayarannya untuk nanti. Ji Min membuat semua transaksi juga, jadi pekerjaan Ji Min sebagai kasir pembayaran dan yang memberikan sajian dengan baik juga.

"Ya," jawab asal Jung Ki dengan langkah yang sama membuat Ji Min kembali melakukan pekerjaannya menunggu Jung Ki selesai membuatnya. "Katakan padaku jika kau memiliki luka selain di wajahmu, aku mengkhawatirkanmu." Jung Ki memutar bola matanya malas, langkahnya membuat pesanan hanya lima menit, pria itu memberika buatannya dan memberikannya pada Ji Min tanpa suara.

Matanya melirik pada Ji Min memberi kode pada Ji Min untuk langsung memberikamnya dan meminta Ji Min tetap di dekatnya membuat Ji Min melakukannya saja tanpa mengatakan apapun untuk protes.

"Ku antar dulu," jawab Ji Min membuat Jung Ki menganggukkan kepalanya setuju setidaknya Ji Min tahu harus sampai batas apa dia memperlakukan masalahnya.

"Kepalaku sangat pusing bahkan untuk memikirkan pekerjaanku hari ini," keluh Jung Ki dengan membuka sedikit masker yang dia gunakam kecil merasaka udara di ruangannya bukannya membuat dirinya merasa nyaman namun tubuhnya menjadi menghangat.

"Tidak cocok," ujarnya begitu saja. Jung Kienaikan masker yang dia kenakan membuat Ji Min lebih cepat berjalan mendekat, kali ini pelanggan mulai sepi dan hanya duduk untuk menetap. Tidak ada pelanggan baru dan menginginkan pesanannya sekarang. "Kau baik-baik saja? Haruskah aku meminta Kak Seok Jin datang ke sini?" tanya Ji Min melihat jika Jung Ki sedang tidak dalam keadaan yang baik.

"Kau butuh istirahat lebih awal?" tanya Ji Min mengkhawatirkan keadaan Jung Ki yang kali ini sedikit meringkuk dengan pakaiannya yang panjang. "Aku baik-baik saja, hanya tidak nyaman saja dengan wajah yang memar seperti ini," jawab Jung Ki jujur membuat Ji Min merasa memaksa Jung Ki untuk tetap bekerja karena pria itu sedang sakit.

"Sayang sekali aku tidak bisa menggantikan pekerjaanmu," ucap Ji Min merasa tidak berguna karena apa yang sedang Jung Ki alami tidak bisa menjadi lebih baik atau sembuh karena bantuannya. "Maafkan kebodohanku, Jung Ki?" Pria itu terkekeh, dia sama sekali tidak merasa keberatan. Jika memang pekerjaan Jung Ki yang sedikit mendetail pria itu juga tidak bisa melakukan pekerjaan Ji Min. "Kau berlebihan Kak."

"Aku baik-baik saja," jawab Jung Ki dengan asal tangannya mengambil topi. "Kenapa kau memakainya?" tanya Ji Min yang bingung karena dengan tiba-tiba Jung Ki mengambil topi miliknya dan memakainya asal.

"Aku hanya ingin," jawab Jung Ki memilih duduk menunggu pelayan lain datang. "Baru pukul sepuluh pagi, kau sudah lapar?" tanya Ji Min yang mengambil kursinya juga untuk menunggu orang-orang mulai singgah di caffe yemlatnya bekerja.

"Tidak, aku justru merasa perutku tidak baik-baik saja. Aku seperti ingin membuang semua makanan didalam tubuhku," jawab Jung Ki dengan jujur membuat Ji Min tidak habis pikir bagaimana pria itu mengatakannya. "Sialan," umpat Ji Min.

"Kau menyadari jika sejak tadi pria Kim itu memperhatikanmu?" tanya Ji Min pada Jung Ki dengan memberi gerakan menggunakan alis membuat Jung Ki tidak melihat ke arah Tae Woo melainkan hanya menjawabnya dengan putaran bola mata yang sedang tidak ingin membahasnya.

"Sepertinya dia fansmu," ucap Ji Min lebih spesifik karena pria itu selalu datang dan berbicara beberapa hal pada Jung Ki, tidak dengannya. "Berhentilah membual, Kak." Ji Min pada akhirnya juga tertawa, pria itu memang asal bicara tadi, namun mau bagaimana lagi.

"Kenapa?" tanya Ji Min saat Jung Ki tidak mendukung candaannya. "Bukannya terlihat semakin lucu, kau justru membuatku takut. Lihat bagaimana dengan tidak memiliki pekerjaannya pria itu memilih tetap di caffe kita sampai batas waktu jam makan siang?"

"Apa kau berpikir menjadi fansku memberinya uang? Mungkin saja dia seorang pengangguran." Jung Ki memberikan infomasi palsu pada Ji Min agar pria itu tidak kembali melakukan macam-macam lagi, bahkan membivarakan Tae Woo karena kedatangannya juga.

"Kau lebih mengerikan lagi," timpal tidak setuju Ji Min dengan apa yang Jung Ki katakan yang membuat mata sinis Ji Min terekam dengan baik pada Jung Ki.

"Kenapa kau tidak tertawa? Itu leluconku," ucap Jung Ki membuat pria Park itu sama sekali tidakenggubrisnya dan memilihbmenyambut pelanggannya yang mulai datang lagi kali ini.

"Bagaimana bisa aku mengatakan hubungan terlarang ini terjadi antara diriku dengannya, bukankah Kak Ji Min akan membanciku saat dia tahu jika aku memiliki pacar laki-laki?" gumam Jung Ki menghakimi perasaannya sendiri begitu menjaga hubungannya dengan Tae Woo dari publik lebih luas lagi.

Ji Min datang, pria itu meminta oesanan lebih banyak dan akan ada revisi nanti.

"Buatkan tiga es kopi susu, dua es lemon, san dua kopi hangat berkafein tinggi. Kau bisa membuatnya dengan semua pesanan dikemas untuk perjalanan," jelas Ji Min begitu memberikan notes yang seharusnya Ji Min selesaikan namun pria itu memilih membantunya.

"Kau bisa mengurus transaksinya dulu, Kak." Jung Ki membagi pekerjaannya dengan Ji Min saat pria itu mengeluarkan beberapa barang yang Jung Ki butuhkan membuat Jung Ki merasa tidak nyaman.

"Aku membantumu karena harus cepat," jawan Ji Min meminta Jung Ki untuk menerima bantuannya tanpa melihat dibagian mana dia harus bekerja terpisah.

Pria yang sama datang ke tempat Ji Min untuk memesan minuman yang lain atau menambahnya. "Bisa aku tambah pesanannya?" Minta pria itu membuat Jung Ki menyatukan alisnya begitu sudah mengukur beberapa takaran minumannya.

"Tambahkan dua susu coklat hangat untuk anak-anak." Ji Min menganggukkan kepalanya dengan menulis tambahan pesanan pria yang sebelumnya memesan minuman tersebut membuat Jung Ki tersenyum tipis.

"Sekarang aku boleh meminta bantuanmu, Kak?" tanya Jung Ki membuat Ji Min terkekeh mendengar pesanannya yang cukup banyak dan tiba-tiba. "Katakan saja kau butuh apa saja, aku akan membantumu mendapatkan apa yang kau butuhkan," jawab Ji Min membuat Jung Ki memberi arahan pada Ji Min, meminta beberapa perlengkapan minum harus sudah tersedia, semua ukuran yang benar dan sesuai dengan pesanannya.

Jung Ki membutuhkan waktu hampir sepuluh menit untuk membuat pesanan minuman lebih dari lima, dan untungnya Jung Ki memiliki Ji Min sebagai rekan kerja yang baik.

"Pria itu membayar lebih," ucap Ji Min saat dia mendapat 10.000 won uang lebih yang ditunjukan untuk mereka. "Kau menerimanya?" Ji Min memperlihatkan uang lebih tersebut pada Jung Ki. "Masukkan sama pada pendapatan, kita tidak bisa mengorupsi uang kan? Lagi pula Kak Seok Jin juga baik, nanti dia yang akan melihat kelebihan uang dari penjualan juga." Ji Min menganggukkan kepalanya setuju dengan cara berpikir Jung Ki saat ini.

"Baiklah," jawab Ji Min memasukkan uang penjualannya ke tempat biasanya juga. Ji Min kembali ke tempatnya dimana dia duduk di tempat sebelumnya keduanya saling berbicara. "Topimu, kau tidak ingin melepasnya?" tanya Ji Min sedikit risih karena Jung Ki menggunakan topi olahraga yang seharusnya tidak digunakan di ruangan. "Biarkan saja, Kak. Aku sedang ingin menggunakannya." Ji Min menghela nafasnya berat, dia mulai menerimanya kali ini.

Tidak lama dari itu Ji Min melihat perubahan Jung Ki yang terlihat menjadi pendiam dan sedikit tidak baik-baik saja. "Wajahmu sakit?" tanya Ji Min melihat bagaimana Jung Ki menundukkan kepalanya.

"Sekarang baru pukul sebelas siang, kau ingin istirahat lebih awal?" Jung Ki lagi-lagi menggelengkan kepalanya sebagai satu keadaan tidak nyaman, namun tidak bisa menutup semuanya. "Aku akan ke kamar mandi, tunggu sebentar Kak." Ji Min pada akhirnya membiarkan Jung Ki ke kamar mandi mungkin saja dia ingin BAB atau semacamnya.

"Anak itu benar-benar memberi dinding besar padaku, padahal aku sudah cukup lama mengenalnya," gumam Ji Min tidak menyangka seberat apa bisa dekat dan mendapat informasi lebih dari seorang Jeon Jung Ki.

Hanya saja Jung Ki cukup lama di kamar mandi, walaupun tidak ada pelanggan yang datang Ji Min menjadi sangat waspada dan khawator juga pada akhirnya.

Melihat bagaimana keadaan Jung Ki, pria itu masih di kamar mandi dengan posisi duduk di closet duduk dengan memegang perutnya.

Ada yang seperti ingin keluar, namun bukan ke bawah, melainkan ke atas. Jung Ki merasa mual, tapi bukan karena keadaannya yang tidak baik-baik saja, melainkan makanan yang dia beli juga terlihat tidak baik-baik saja di perutnya juga.

Hari ini Jung Ki memesan makanan pedas untuk sarapannya, dan untung tempat yang sama juga. Hanya saja perutnya ingin memuntahnya semuanya walaupun tidak secara langsung.

Wajahnya sudah berada di depan westafle namun mulutnya sama sekali tidak ingin memuntahkan sesuatu. Hanya bermasalah pada perutnya saja sepertinya.

"Ada apa ini?" tanya Jung Ki begitu menyadari hanya sakit perut biasa yang membuatnya tidak nyaman. Jung Ki memberanikan dirinya sendiri membuka hoodie yang dia gunakan untuk melihat perut bagian dalamnya.

Baru saja satu kali angkatan pada hoodie miliknya, seseorang terkejut melihat bekas luka yang ada di pinggung belakang Jung Ki.

"HEY, BODOH! APA SAJA YANG DIA LAKUKAN SAMPAI PADAMU SAMPAI-SAMPAI KAU MENDAPATKAN LUKA SEBANYAK ITU!" teriak terkejut Ji Min saat dia memaksa masuk ke kamar mandi dan menutupnya sekejam karena tidak ingin ada masalah dengan pelanggannya.

"Kak Ji Min, aku bisa menjelaskannya padamu," jawab Jung Ki gugup dan ketakutan juga.

"Sialan, ini tindakan kejahatan."

Seharusnya Park Ji Min baik.

sakasaf_storycreators' thoughts