webnovel

4. Kekecewaan Raja Daha

Aku hanya boleh mengatakan kalau dia masih ada tanpa diijinkan untuk mengatakan Di mana dia berada sekarang. Aku sudah berjanji kepada guru ku untuk selalu patuh pada apa yang aku ucapkan jadi tolong jangan memaksaku. Tugasmu sekarang hanya berusaha untuk menjadi manusia yang baik yang tidak mudah terpengaruh oleh ucapan orang lain yang tidak terpengaruh oleh situasi yang saat ini sedang berlangsung di hadapanmu."

Pangeran Brama menganggukkan kepala. Ia merasa bahagia ketika mendengar istrinya masih ada. Walaupun saat ini dia tidak tahu di mana posisi Putri Anjani tapi ia tetap berharap bahwa suatu hari nanti dia bisa berteman dengan istrinya.

Aku bersyukur kepada Tuhan akhirnya dia menyelamatkan istriku. Aku bahagia sekali mendengar Anjani masih hidup. Manis Aku berjanji kepadamu untuk tetap setia menanti kedatangannya."

Kucing di hadapan pangeran Prama menggeleng membuat pangeran drama mengerutkan keningnya.

"Apakah aku tidak boleh menunggu kedatangannya?"

"Aku tidak menyarankan untuk kau mudah mengucapkan janji. Janji adalah hutang dan kau akan ditagih bila tidak bisa membayarnya. Aku ingin menyarankan padamu, jangan hanya menunggu tapi kau harus mencari dimana Putri Anjani berada."

Pangeran Brama mengangguk. Dia berjanji dalam hatinya akan mencari informasi tentang keberadaan Putri Anjani ampai ke pelosok kerajaan Daha untuk menebus kesalahannya akibat tidak mempercayai semua yang diucapkan istrinya.

Kucing di depan Pangeran Brama memandang tuannya dengan wajah sedih seolah dia ikut merasakan apa yang dirasakan Pangeran Brama. Ia melangkah mendekati pria tampan di hadapannya dan melompat ke pangkuan laki-laki itu dan mencilat tangannya seolah ia sedang mengelus pangeran Brama.

"Kau mengerti bagaimana perasaanku saat ini, Manis?"

Kucing itu mengangguk. Dia pandang mata pangeran dan ia menemukan kesedihan mendalam. Pangeran Brama yang dipandang juga menatap kucingnya lalu ia memeluk binatang yang kini setia menemaninya.

Saat di pembatas kerajaan, Kucing dan Pangeran Brama sedang saling menguatkan, di istana gempar. Raja Daha Putra Dewa, ayah Pangeran Brama marah ketika tidak menemui Pangeran Brama dan Putri Anjani di ruang makan dan menemukan selir Sheryl terlambat masuk ke ruangan yang biasa digunakan sebagai tempat pertemuan keluarga saat malam hari.

"Aku sama sekali tidak pernah memberi contoh pada siapapun tentang terlambat pada sebuah acara. Mengapa kau datang terlambat selir? Anak-anak serta menantuku, kemana mereka?"

Sheryl menggelengkan kepala, menyembunyikan perasaan kesalnya karena raja memarahinya.

Melihat Sheryl menunduk Raja Daha kemudian memandang Ratu Kencana mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh ratunya saat ini.

"Mengapa kau menunduk kencana? Apakah ada yang kau sembunyikan dariku? Mengapa anak-anak kita tidak muncul saat makan malam? Jangan katakan mereka sedang bermain di luar istana Aku tidak akan mengijinkan siapapun meninggalkan istana tanpa seijinku.

"Pangeran Ampun Yang Mulia hari ini kita mendapatkan musibah menantu Kita Putri Anjani tenggelam di telaga dan anak kita Pangeran Brama tidak diketahui posisinya."

"Lalu kemana Andira? Mengapa dia tidak muncul juga di ruangan ini? Jangan bilang Andira, Anjani dan Pangeran Brama sedang bertengkar sehingga mereka tidak mau muncul di hadapan ayahnya.". Ratu Kencana semakin menundukkan kepalanya..Dia tahu dalam hal ini Sheryl lah yang bersalah namun dia tidak berani untuk mengatakan apapun kepada suaminya. Sheryl yang melihat ratu Kencana ketakutan hanya bisa tersenyum. Dalam hati ia bahagia karena bisa menghancurkan kebahagiaan keluarga kerajaan Daha. Ia berharap bisa menguasai Raja Daha dan mengadu domba mereka agar hancur berantakan dan dia bisa menguasai kerajaan bersama dengan kekasihnya yang saat ini sedang menyamar sebagai prajurit Istana Daha.

"Aku memang gagal meraih hati pangeran Brama namun aku memiliki pangeran lain yang siap mewujudkan semua mimpiku Raja bodoh. Jangan pernah berharap aku mencintaimu karena aku hanya mencintai Brama anakmu. Saat ini biarlah aku menjadi istri selirmu asalkan aku bisa selalu dekat dengan anak tiriku yang tampan itu." Sheryl bermonolog. Masih dalam posisi menunduk, ia mencoba melirik melihat ratu Kencana dan raja Daha yang sedang bertengkar.

"Menantuku tenggelam di telaga, tapi mengapa baru sekarang engkau memberitahu suamimu. Apakah kau sama sekali tidak menganggap dia penting di istana ini? Kerahkan semua prajurit untuk mencari mayat Putri Anjani!"

Semua prajurit yang berdiri di belakang keluarga kerajaan yang sedang makan malam segera membungkukkan badan lalu mereka melaksanakan perintah Raja Daha. Raja Daha berdiri lalu mengikuti para prajurit yang meninggalkan ruang makan menuju ke Telaga di belakang istana. malam telaga yang biasanya gelap, kini terang benderang karena obor para prajurit yang mencoba menyisir tepian Telaga sepanjang satu setengah kilometer.

"Wangi? Siapa yang memakai wewangian seharum ini? Air telaga yang selalu keruh, sekarang mengapa juga mendjadi sangat jernih? Apa yang sebenarnya terjadi Panglima?"

Panglima Rasemi yang mendengar pertanyaan rajanya membungkukkan badannya lalu memandang sang raja untuk menjelaskan semua cerita dari awal sampai akhir.

"Jadi perubahan ini karena bukti Putri Anjani tidak bersalah? Lalu siapa yang salah dalam hal ini Panglima? Katakan padaku agar aku bisa memberikan hukuman atas perbuatannya yang jahat itu.'

Panglima Rasemi menunduk. IA ingin mengatakan secara langsung bahwa yang menyebabkan Putri Anjani tenggelam adalah Pangeran Brama yang mendapatkan berita dari adiknya, namun ia urungkan. Panglima tidak berani mengungkapkan fakta karena ia takut kedua putra putri raja Daha akan mendapatkan hukuman atas tindakan mereka.

"Rasemi."

"Saya yang Mulia."

"Mengapa kau diam? Apakah kau sama sekali tidak menghargai aku yang bertanya kepadamu?'

Rasemi semakin menunduk. Ia benar-benar bingung bagaimana harus bertindak. Mengungkapkan rahasia mereka sama dengan membiarkan kedua putra raja celaka dan mendiamkannya sama dengan membiarkan kejahatan terjadi di istananya. Selama ini Kerajaan Daha selalu menegakkan hukuman yang adil kepada siapapun yang bersalah, namun saat anggota kerajaan yang melakukan kesalahan, Panglima sama sekali tidak bisa berbuat banyak.

"Jadi kau lebih memilih diam, Panglima? Mengapa? Apakah kau rela kuusir dari kerajaan karena menyembunyikan penjahat?'

"Saya yang mulia."

Raja Daha menggeleng melihat bagaimana sang panglima bersikap. Ia melangkah meninggalkan telaga menuju ke sebuah ruangan untuk meminta petunjuk kepada tuhannya.

Semua prajurit dan Panglima Rasemi yang melihat raja Daha meninggalkan mereka tanpa kata hanya bisa diam sambil terus melakukan pencarian. Beberapa kali mereka memanggil putri Anjani, namun mereka tidak mendapatkan jawaban. Putri Anjani sirna begitu saja tanpa jejak. Dasar air telaga tampak sangat jelas namun di sana tidak ada putri yang mereka cari.

"Tuan, aku menemukan mahkota di sini."

Rasemi melangkah mendekati prajurit yang membawa mahkota milik putri Anjani dan menyimpannya lalu memerintahkan para prajurit untuk melanjutkan pencarian. Ratu kencana yang melihat kerja para prajurit hanya bisa menitikkan air mata. Ia ingin pergi ke kamar putri Andira namun ia takut suaminya akan mengetahui kalau anaknya yang melakukan kejahatan atas putri Anjani.