webnovel

Bab 14 - bagian 1

"Ngapain lu di sini?" tanya Nick kaget menyadari ternyata Ayu yang berdiri di belakangnya tadi. "Bukannya seharusnya lu dan Lexa ada di butik … designer… itu?" siapa pula nama designer-nya? Nick tidak ingat.

Ayu menatap Nick dingin kemudian berkata, "Lu stalking gua?"

Nick gelagapan. Bingung harus berkata apa.

"Untuk apa lu lihat CCTV di Hotel Nusan?" tanya Ayu lagi.

Nick menggaruk kepalanya. Bingung apakah ia harus menjawab pertanyaan itu atau tidak.

"Apa lu penasaran siapa yang menjebak Patty?"

Nick terdiam sebentar. Kalau Ayu sudah sejujur ini, untuk apa lagi Nick tutup-tutupi? "Iya. Dan lu harus tahu gua sudah tahu siapa cewek yang menjebak Patty. Gua cuman… mencari bukti tambahan."

Ayu memutar bola matanya kemudian berkata pada Nick. "Ikut gua."

Nick kaget. Ia mengikuti Ayu dari belakang. Apa Ayu akan menyerang Nick? Bagaimana kalau tiba-tiba bodyguards Ayu keluar semua? Tapi Nick tidak mau mundur! Tidak akan.

"Gua sudah bilang berkali-kali sejak kemarin, tapi dia nggak mau dengar." kata Ayu tanpa menoleh pada Nick.

"Apa?"

Ayu tiba-tiba berhenti berjalan dan menatap Nick. Membuat Nick hampir menabraknya. "Lu bilang lu tahu siapa pelakunya, kan?"

Nick mengangguk dengan yakin.

"Ya, gua sudah bilang dia harus hapus foto itu dari ingstaram." kata Ayu lagi.

"Kenapa?"

"Kok lu masih tanya? Foto itu bisa mencemarkan nama baik hotel gua." kata Ayu kemudian kembali berjalan menuju ruang CCTV di ujung koridor. Ia membuka pintunya dan berkata pada satpam yang terbangun dari tidurnya dengan terkaget-kaget.

"Eh.. neng." satpam itu mengangguk dengan takut. Parah sekali ketahuan tidur oleh anak bos.

"Keluar, pak." kata Ayu dingin.

"Neng! Maaf neng! Jangan pecat bapak!" seru satpam itu sambil berlutut. "Bapak nggak selalu tidur kok, neng! Bapak …"

"Maksud saya bapak keluar dari sini. Saya ada urusan. Nanti kalau saya panggil, bapak masuk lagi. Jangan tidur lagi." kata Ayu dingin seraya memandang satpam itu dengan kedua matanya yang tajam.

"Ah iya iya neng. Aduh neng makasih bnget ya. Bapak benar-benar minta maaf tadi bap…"

"Keluar, pak." kata Ayu memotong perkataan satpam itu.

"Eh iya iya neng." satpam itu buru-buru keluar, tidak lupa untuk membungkuk sebentar pada Nick dengan takut-takut dan langsung keluar dari ruangan itu dan menutup pintunya. Waduh, kalau satpamnya seperti ini, bagaimana kalau ada penjahat masuk ke rumah sakit? Bisa-bisa malah satpam ini yang meminta maaf pada penjahatnya dan lari kabur tunggang langgang.

Ayu duduk di kursi hitam, menghadap beberapa TV besar yang menampilkan banyak layar CCTV. Layar CCTV itu disusun sedemikian rupa sehingga tampilannya sangat menyerupai letak masing-masing area yang disorot CCTV itu dengan lantai lobi di bagian paling bawah dan lounge di bagian paling atas untuk memudahkan pengawasan.

Ayu merenggangkan tangannya, membunyikan lehernya ke kiri dan ke kanan kemudian mulai menggerakan mouse, memutar ulang rekaman CCTV di hari Senin itu. Ia memilih waktu di menu CCTV dan menekan pukul 17.00.

"Loh? Kan Patty saja baru datang jam 6 sore, Yu." protes Nick.

"Nggak usah banyak omong. Gua lebih tahu daripada lu." kata Ayu dingin.

Nick sampai mengatupkan mulutnya rapat-rapat. Bagaimana cara QS bermain dengan Ayu sih? Mengerikan sekali.

Betul saja, tidak lama setelah itu, gadis dengan dress hijau tua melangkah masuk ke lobi Hotel Nusan di sebelah pria tinggi dengan kemeja hijau tua dengan corak emas. Loh? Ini kan baju yang Satrya pakai di acara launching. "Kenapa bajunya masih sama?" tanya Nick tanpa ia sadari.

"Acara launching saja mulai jam 4 siang. Menurut lu memangnya waktunya cukup untuk ganti baju?" tanya Ayu dingin.

Nick terdiam. Iya benar juga.

Satrya dan perempuan itu berbicara dengan resepsionis sebentar kemudian setelah mendapat kartu akses, mereka langsung berjalan menuju lift.

Ayu menunjuk layar CCTV yang lain, yang menunjukkan CCTV di lorong menuju ke kamar 213. Satrya dan perempuan itu masuk ke kamar 213 dan diam di sana sebentar. Kemudian pukul 17.30, mereka keluar dari sana.

Nick mengikuti telunjuk Ayu, melihat layar CCTV yang memperlihatkan Satrya turun dan menunggu di lobi. Ayu menunjuk layar CCTV lainnya yang memperlihatkan perempuan itu berjalan ke belakang, menuju pintu CCTV dan bertemu Ayu yang masih mengenakan seragam GIS. Ayu membukakan pintu ruang CCTV kemudian beranjak pergi dari sana.

"Kenapa gua percaya sama dia? Harusnya gua tanya benar-benar apa yang dia akan lakukan di ruang CCTV." kata Ayu dingin.

Nick kaget mendengarnya. Ayu menggunakan nada yang sangat datar dan terlalu dingin untuk ukuran seseorang yang sedang menyesal.

"Untung saja CCTV ini terhubung langsung dengan drive hotel. Jadi walaupun rekaman CCTV ini dihapus dari hard drive, semuanya masih bisa dipulihkan lagi. Memang kurang ajar." katanya dingin tanpa ada emosi sedikit pun.

Nick memperhatikan Ayu sebentar. Kenapa Ayu bisa sedingin dan tanpa emosi begini?

"Tapi," kata Ayu kemudian memutar kursinya menghadap Nick membuat Nick terlonjak kaget dan salah tingkah karena tertangkap basah sedang memperhatikan Ayu. Entah Ayu tidak sadar atau tidak peduli, ia hanya meneruskan kata-katanya, "Lu mau apa? Toh muka Sharon dan Satrya di sini nggak jelas sama sekali."

Nick tersenyum kemudian berkata pada Ayu. "I have my own way. (Gua punya cara gua sendiri)" padahal saat itu Nick sendiri belum mempunyai rencana apa pun. Hanya sedang mengumpulkan informasi saja.

Ayu mengangguk kemudian berkata dengan datar. "Sudah gua bilang berkali-kali kalau ayah gua marah besar setelah lihat foto itu diambil di kamar hotel ini dan ada logo Hotel Nusan di foto itu…"

"Apa? Logo hotel?" tanya Nick. "Gua nggak sadar, tuh."

"Ya, orang-orang pada umumnya nggak akan sadar tapi orang-orang yang jeli pasti sadar." kata Ayu. Ia mengeluarkan ponselnya, membuka foto dari akun ingstaram palsu itu dan memperbesarnya dengan kedua jarinya.

Nick melihat, foto itu memang tidak hanya menunjukan muka Patty saja. Di dalam foto itu terdapat setengah badan Patty dan setengah badan pria di atasnya, ranjang empuk Hotel Nusan dan… ya ampun di ujung kanan bawah foto itu terlihat keset dengan logo Hotel Nusan. Tidak terlihat jelas meskipun telah diperbesar tapi Nick mengerti kenapa ayah Ayu mengkhawatirkan hal ini. Keamanan Hotel Nusan pasti dipertanyakan. Bila sampai bocor pada masyarakat bahwa foto ini diambil di Hotel Nusan, bisa-bisa para pengunjung hotel yang datang kemudian merasa takut karena bisa saja ada orang yang memasang kamera kecil di kamar mereka.

Nick memperhatikan keset itu kemudian matanya menangkap kain hijau tua dengan corak batik emas yang ada di ujung kanan bawah foto itu, berada di atas keset Hotel Nusan. Meskipun hanya sedikit, tapi Nick tahu betul itu kemeja Satrya!

"Yu, kenapa Sharon nggak mau hapus foto ini?" tanya Nick sambil tersenyum.

Ayu menatap Nick dengan bingung tetapi ekspresinya tetap datar. Ia menjawab, "Dia bilang sudah banyak yang lihat dan percuma juga kalau dihapus sekarang. Pasti sudah banyak orang yang men-screenshoot foto ini."

Nick menatap Ayu kaget dan bertanya, "Bokap lu nggak marah dengar itu?"

"Marah. Apalagi beberapa siswa sudah sadar kalau foto itu diambil di Hotel Nusan. Lihat saja komentar-komentarnya." kata Ayu sambil memutar kursinya menghadap layar, mempercepat rekaman CCTV itu kemudian menunjuk layar yang menampilkan ruang CCTV. Sharon terlihat keluar dari ruang CCTV dan berjalan menuju lift, masuk ke kamar 213. Kemudian tidak lama keluar lagi dari kamar itu.

Ayu mempercepat rekaman itu lagi. Nick melihat Patty dan Satrya masuk ke dalam kamar, tidak lama kemudian Patty keluar dari kamar itu sambil berlari menuju lobi.

Ayu tiba-tiba membuat rekaman CCTV itu berjalan dengan normal kembali. Sharon terlihat keluar dari ruang CCTV, berjalan kembali ke lift lalu ke kamar 213. Masuk ke dalam kamar dan tidak lama kemudian keluar bersama Satrya. Satrya terlihat merangkul Sharon, mereka terlihat tertawa senang, membuat Nick ingin menghajar mereka berdua.

Mereka berjalan kembali ke ruang CCTV. Tidak lama kemudian mereka keluar dan menyerahkan kunci ruang CCTV pada satpam sebelum kemudian turun ke basement dan masuk ke mobil Mercedex Satrya. Itu dia! Ini juga petunjuk lainnya!

Nick baru hendak mengeluarkan ponselnya, ingin memotret plat nomor di layar CCTV ketika Ayu berkata, "Sudah gua foto. Nanti gua kirim semuanya. Tapi lu harus kasih tahu gua dulu apa rencana lu."

Nick gelagapan. Dia belum punya rencana apa-apa. Untung saja ponsel Ayu tiba-tiba berdering. Ayu mengeluarkan ponselnya dan menatap layarnya yang menampilkan tulisan "Alexandra Asparini Sumarno, GIS"

Nick hampir tersedak melihat nama Lexa di ponsel Ayu. Padahal itu adalah nama teman baiknya tapi ditulis dengan sangat formal dan lengkap. Bagaimana dengan nama Nick?

Ayu menghela napas sebentar kemudian mengangkat teleponnya, "Hallo? … di rumah gua? Mau apa? … gua nggak di rumah. Langsung ketemu saja di tempat. Lu mau ajak gua kemana? … surprise?" Ayu melirik Nick sebentar kemudian berkata, "Gua lagi sama bokap gua. Kita ketemu di GIS saja."

Ayu berdiri kemudian berkata pada Nick, "Nanti malam jangan lupa cerita ke gua soal rencana lu. Nanti gua kirim semua bukti yang mengarah pada Sharon dan Satrya." Kemudian Ayu pergi keluar dari ruang CCTV begitu saja membiarkan Nick yang terbengong-bengong.

***

"Dari mana kamu?" tanya Gelfara saat Nick baru saja memarkir motornya di garasi.

Nick menatap Gelfara yang sedang menyandar pada pintu garasi dan menatap Nick lembut. "Apa urusan lu? Lu mau hajar gua lagi?"

"Nick. Gua benar-benar minta maaf. Waktu itu gua emosi," kata Gelfara seraya berjalan mendekati Nick, "Gua emosi karena…"

"Karena gua hina cewek murahan itu?" tanya Nick cepat dengan nada menghina. Ia sudah siap dihajar lagi. Tentu saja.

Di luar dugaan, Gelfara menggeleng. Ia berdiri di hadapan Nick dan memegang motor Dukatihnya perlahan. Ia menghela napas, memandangi Dukatihnya untuk beberapa waktu sebelum kemudian menatap Nick dan berkata, "Gua emosi karena di dalam hati gua, gua tahu lu benar."

Nick kaget mendengar perkataan itu. Sakin kagetnya ia tidak dapat berbuat apa-apa.

"Selama gua selingkuh dengan Tia, gua tahu dia cuman senang gua karena uang gua dan … karena dia kurang perhatian dari suaminya. Gua dengan bodohnya tergoda dengan kata-kata manisnya dan belaiannya. Gua egois banget, gua nggak bilang ke HyeMin kalau gua menyesal dan minta dia kembali. Gua malah turuti semua perkataan Cynthia untuk nggak lagi kontak kamu dan HyeMin."

Gelfara menggelengkan kepalanya dan mengusap air mata yang mulai mengalir. "Gua nggak bisa berhenti nyalahin diri gua. Gua bunuh diri setelah tahu HyeMin meninggal. Gua langsung sayat tangan gua dengan pisau," katanya memperlihatkan bekas luka di tangan kirinya. "Saat itu gua ingat ada Cynthia di sana. Dia diam saja waktu gua sayat tangan gua. Lalu gua hilang kesadaran dan di situ gua sadar, Tia benar-benar nggak peduli sama gua."

Nick memperhatikan bekas luka di tangan Gelfara dalam diam. Menunggu Gelfara melanjutkan ceritanya.

"Gua bangun di rumah sakit. Di sebelah gua, Tia sedang menangis ditemani dengan Adeo. Ternyata hari itu Adeo datang ke rumah, saat ia masuk ke dalam Tia sedang menangis dan memohon Adeo untuk bawa gua ke Rumah Sakit. Saat itu gua sudah tahu Tia begitu karena nggak mau dituduh membiarkan gua sampai mati. Tapi gua menolak kenyataan itu. Satu yang pasti, gua sangat sadar tindakan gua untuk bunuh diri itu bodoh banget. Kalau gua sampai mati, gua nggak bisa lindungi lu dan malah bawa keuntungan untuk dia." Gelfara tertawa sambil menggelengkan kepalanya.

"Asal kamu tahu, Nick." lanjut Gelfara, "Gua sangat ingin ke Korea untuk kasih penghormatan terakhir gua untuk HyeMin dan jemput lu tapi dokter melarang karena beberapa organ vital gua lagi dalam pemulihan karena sempat terkena syok saat gua kehilangan terlalu banyak darah. Jadi itulah kenapa gua cuman kirim tiket buat lu."

Gelfara memeluk Nick perlahan dan berkata. "Maafin gua, Nick. Gua bukan ayah yang baik dan bukan suami yang baik. Gua nyesal banget mukul lu kemarin."

Nick merasakan beberapa tetes air mata Gelfara jatuh ke punggungnya. Nick tidak tahan untuk tidak ikut menangis jadi ia memeluk Gelfara sambil berkata, "Iya lu bajing***! Dasar ayah nggak guna! Sial**!" makinya sambil menangis.

***

Untuk pertama kalinya setelah sekian tahun, Nick duduk di meja makan marmer besar itu lagi di ruang makan indah dengan langit-langit yang tinggi dan lampu gantung emas yang mewah. Terlebih lagi sekarang Nick duduk menikmati teh panas buatan Gelfara bersamanya. Keduanya menikmati teh sore mereka dengan mata sembab.

Nick meletakan gelas keramiknya dan berkata sambil menatap Gelfara yang duduk di ujung meja makan, di sebelahnya, "Jadi setelah lu bilang lu pilih gua, Tia pergi?"

Gelfara mengangguk tetapi kemudian tersenyum nakal dan berkata, "Sebenarnya gua yang usir dia."

"Whaaat?"

Gelfara mengangguk dan berkata, "Ya, dia terus-menerus minta gua kasih dia rumah baru. Gua nggak mau karena gua sedang memperbesar pabrik…buat lu. Dia marah. Jadi gua bilang kalau dia terus begini, dia harus pergi. Akhirnya dia pergi."

Nick tertawa puas dan berkata, "Kemana coba dia sekarang? Memangnya anak gilanya akan terima dia lagi?"

"Oh iya," kata Gelfara, "Waktu itu lu bilang anak dia sudah buat Patty menderita? Kenapa?"

Nick terdiam sebentar kemudian ia bercerita pada Gelfara semuanya, sampai tentang pertemuannya dengan Ayu tadi. Semakin lama, mata Gelfara semakin melebar. Ia tidak menyangka Sharon akan melakukan hal ini.

Di akhir cerita, alih-alih terkejut, Gelfara malah tertawa dan berkata, "Bukannya sudah selesai?"

"Apanya? Gua masih belum ada rencana apa-apa. Gimana gua bisa minta foto-foto itu ke Ayu?" kata Nick dengan nada berlebihan.

Gelfara tertawa. Akhirnya ia dapat kembali melihat sosok Nick ketika bercanda seperti ini. Ia sungguh rindu.

"Gua ada rencana. Tapi ada syaratnya." kata Gelfara sambil tersenyum nakal.

Nick menghembuskan napasnya frustrasi sambil mengacak rambutnya. Kenapa semua orang memberi syarat padanya hari ini sih? "Apa?"

"Panggil gua "fader" dulu." Gelfara masih tersenyum tapi Nick dapat melihat matanya mulai berkaca-kaca.

Nick tersenyum dan berkata, "Tanpa lu suruh pun gua akan panggil lu "fader" lagi, fader."

***

"Hey, Yu!" panggil Lexa girang saat bertemu Ayu di gerbang depan GIS. "Ayo! Kita ada early surprise buat lu!"

Ayu langsung berjalan mengekor di belakang Lexa sambil berkata, "Sudah nggak surprise dong. Kan gua sudah tahu,"

Lexa tertawa malu sambil membuka pintu belakang mobilnya dan berkata, "Jangan gitu dong, Yu. Gua kan jadi malu!" katanya. Ia masuk ke mobilnya diikuti Ayu.

"Eh iya bokap lu mana, Yu? Gua mau pamit nih." kata Lexa ketika Ayu menutup pintu.

"Sudah cabut. Jalan saja sudah." katanya membuat Lexa cemberut. Dasar Ayu si es batu.

Ayu melirik ke luar jendela. Di luar dugaan, Lexa datang cukup cepat. Untunglah tadi ia cepat-cepat menyuruh Nick pergi setelah Nick mengantarnya sampai ke GIS. Tapi…tumben Lexa sedikit lebih pendiam dari biasanya. Biarlah. Jadi Ayu dapat menikmati waktunya tanpa harus berbasa-basi.

Lexa menggigit bibirnya sambil melihat keluar jendela. Apa Nick berhasil mendapatkan rekaman CCTV? Atau haruskah Lexa membawa Ayu ke sana untuk membantu Nick? Tapi Lexa ingin sesedikit mungkin orang yang tahu tentang hal ini. Ayu kan cukup dekat dengan Sharon. Lexa tidak tahu apakah Ayu akan memihak padanya atau Sharon.

Ini Nick kemana sih? Kok belum juga memberi kabar? Ia tidak ketahuan, kan? Aduh, lagipula kenapa juga Lexa percaya pada Nick yang tidak pernah berpikir panjang itu sih? Lexa yakin, Nick bahkan tidak tahu langkah apa yang harus ia lakukan satu jam dari sekarang. Lexa jadi panik sendiri.

Sakin khawatirnya, selama di butik Lexa terus memperhatikan ponselnya menanti kabar dari Nick. Tapi sudah satu jam sejak mereka berpisah, Nick belum juga memberi kabar walaupun Lexa berkali-kali mengirim pesan pada Nick.

Lexa meluruskan lehernya sebentar, menggoyangkannya ke kiri dan ke kanan. Pegal sekali. Ia sudah menunduk terus selama hampir lima belas menit.

Saat itulah Lexa sadar. Ia melihat Sharon yang sedang duduk di seberangnya. Seperti biasa, matanya terpaku pada ponselnya. Tentu saja! Selama ini Sharon juga tidak hanya trading saham dan kripto! Tetapi juga terus bertukar kabar dengan Satrya! Kenapa Lexa tidak pernah sadar kalau gerakan tangan dan jari Sharon seringkali seperti gerakan tangan untuk mengetik pesan, bukannya gerakan tangan orang yang memantau saham atau jual beli saham? Orang yang jual beli saham sangat jarang mengetik. Hanya sesekali ketika memasang harga atau jumlah lot saham. Ya ampun! Sakin seringnya Sharon bermain ponsel, tidak ada satu pun yang memperhatikannya lagi!

Ayu keluar dengan ballgown off shoulder hijau tua yang cantik. Semua berseru melihatnya.

"Woa! Your majesty." kata Lexa sambil berdiri kemudian membungkuk seperti memberi hormat dengan mengangkat kedua sisi roknya.

Anggota QS yang lain tertawa dan ikut membungkuk seperti Lexa. Ayu tersenyum geli. Membuat semua anggota QS terpana. Seorang Ayu memang sangat ayu (bahasa Jawa 'cantik') kalau tersenyum.

"Bagus banget, Yu! Ya sudah fix ya Ayu pakai gaun ini?" kata Debby sambil tertawa.

Semua anggota QS setuju. Setelah itu dimulailah kehebohan anggota QS yang lain, berkerumun di meja Katty Tanned, menyerukan model seperti apa yang terbaik untuk masing-masing mereka kenakan nanti. Entah berapa lama mereka beradu pendapat di sana sampai Katty Tanned yang tadinya tertawa gemas menjadi kesal. Akhirnya Katty Tanned menyuruh mereka semua duduk supaya ia dapat menggambar dengan leluasa.

Para anggota QS, khususnya Lexa dan Debby, protes pada satu sama lain. Menganggap model mereka masing-masinglah yang paling baik.

Ketika Lexa akhirnya duduk kembali, ponselnya tiba-tiba berbunyi. Dengan cepat Lexa menyambar ponselnya dan melihat satu pesan dari Nick. "Xa, lu bisa kontak patty?"

"Heh gila! Lu kok ga ada kabar sih?"

"nanti gw ceritain semua. lu kontak patty bisa ga xa?"

"ya bisa aja. gw ngomong apa ke dia? Yg jelas kek!"

"wah tenang bun wkwkwk. iya ya gw lupa ga bilang, coba tanya dia di rumah ga"

Idih, kenapa juga malah tanya Patty di rumah atau tidak? Nick kenapa sih tidak jujur saja bilang ada apa? Tapi…Lexa senang dibuat penasaran. Rasanya bersemangat dan seru.

"patty my dear, km di rumah ga?"

"ya xa tp gw mau me time" Patty menjawab tidak lama setelahnya.

Waduh gimana nih? Lexa mengangkat kedua bahunya. Biarlah itu urusan Nick. Ia lalu mengetik pesan pada Nick,

"patty bilang dia di rumah tp mau me time nih"

"yauda bagus. bilang ayu jam 8 kita kumpul di rumah patty."

"ayu?!"

Tapi Nick tidak menjawab lagi. Lexa melirik Ayu, yang sudah kembali memakai seragam, sedang menarik ponselnya dari saku rok. Ayu berdiri kemudian mengangkat teleponnya sambil berjalan keluar butik. "Halo? Siapa ini? … oh hey… ya gua masih…" tidak terdengar lagi suara Ayu. Apa jangan-jangan itu Nick?

Tebakan Lexa benar. Sebelum Ayu kembali ke dalam, Lexa mendapat pesan dari Ayu katanya, "xa tadi nick tlp. setelah dr sini kita ke rumah patty. tp gw ga naik mobil lu spy sharon ga curiga."

Sebentar, sebentar. Jadi Ayu sudah tahu? Apa yang terjadi sih?