April berada di keramaian sekolah pada jam istirahat, ada banyak siswa yang sedang bermain atau pun tertawa bersama. Tapi tidak dengan gadis berkulit putih dan berambut hitam legam itu.
Semuanya terasa jauh bagi April, bukan karena April dijauhi oleh teman-temannya terutama Nita dan Amy. Tapi karena April memilih untuk menghindari dua orang itu sesuai dengan permintaan Om Tio.
April duduk sendiri di kantin, memesan semangkuk bakso dan segelas es lalu mencari tempat duduk di pojok kantin. Nita dan Amy yang baru saja keluar dari kelas melihat April duduk sendirian di pojokan kantin, tidak seperti biasanya gadis itu selalu aktif.
Tapi kali ini April terlihat diam menikmati semangkuk baksonya.
"Ke kantin nggak ngajak-ngajak!" Seru Nita yang mengambil duduk tepat di sebelah April.
"Iya nih, kenapa sih diem mulu dari pagi?" Ujar Amy, April hanya diam tak menanggapi. Ada perasaan tidak enak saat ia mengabaikan teman-temannya itu, tapi saat wajah Om Tio selalu terbayang di benak April. Gadis itu lalu mengabaikan teman-temannya begitu saja tanpa merasa kasihan, sepertinya pengaruh Om Tio sekarang jauh lebih besar dari pada teman-temannya.
"Bu, bakso dua ya!" Seru Amy, di dalam hati April menggerutu. Baru saja hari ini dirinya berniat menjauhi kedua orang itu, malah mereka berdua memesan bakso dan sudah pasti akan duduk dengannya.
Buru-buru April menghabiskan makanannya yang ada di dalam mangkok lalu menyeruput esnya sedikit saja, padahal April masih ingin duduk di kantin sambil chatting dengan Om Tio.
"Aku udah selesai, aku duluan ya!" Seru April yang segera pergi meninggalkan kedua orang temannya itu, membuat Amy dan Nita mengernyit heran.
"Duluan kemana?" Cicit Amy.
"Kamu ngerasa nggak sih? Semenjak April pacaran sama Om Tio, dia itu berubah!" Bisik Nita yang masih tidak terima dengan hubungan April dan Om Tio.
"Kamu ngomong kaya gitu karena kamu cemburu sama April atau gimana sih?" Sahut Amy, sontak sana Nita menatap ke arah wajah Amy.
"Maksudnya?"
"Iya, kamu kaya nggak suka kalau si April itu deket dan akhirnya pacaran sama Om Tio." Jawab Amy sembari menaikan sebelah alisnya menunggu jawaban dari Nita.
"Cemburu, sama April? Terus aku suka sama Om Tio? Yang bener aja!" Cecar Nita, suaranya mulai meninggi seolah tak terima dengan perkataan Amy barusan. Yang sebenarnya Amy hanya lelah dengan Nita yang selalu mencampuri urusan orang lain.
"Terus?"
"Ya, mungkin sih Om Tio awalnya terlihat sempurna. Aku suka pandangin Om Tio dari dalem rumah, dia emang ganteng. Tapi makin ke sini, makin kelihatan sifat aslinya." Jelas Nita yang bicaranya tergagap.
"Jadi, kamu cemburu 'kan?" Tegas Amy.
"Bukan cemburu, aku sih seneng-seneng aja kalau April punya pacar. Bahkan waktu itu Om Tio sering nanya soal April ke aku, terus aku jawab aja berharap mereka bisa deket. Tapi sekarang, masa kamu nggak ngerasa perubahan April sejak kenal sama Om Tio?" Kata Nita, Amy lalu terdiam. Berpikir keras perkataan Nita mungkin ada benarnya disamping sikap cemburu Nita kepada temannya sendiri, tapi tentang perubahan April..
"Ini udah dua hari, April nggak ikut latihan voli. Kata dia, nilai olahraganya udah mulai bagus. Makanya dia berhenti latihan, masuk akal nggak sih? April kan suka voli, bukan cuman karena mau nilai tambahan kaya kita-kita." Ujar Nita berusaha meyakinkan Amy.
Dan hal itu adalah benar, April selalu menghindar jika ditanyai tentang latihannya.
"Apa Om Tio yang nyuruh April untuk berhenti dari latihannya?" Amy mengernyitkan kening.
"Ya siapa lagi." Nita memutar kedua bola matanya malas.
"Uh, akhirnya dateng juga nih bakso!" Nita mengambil sendok dan garpu, di sela asap dari kuah bakso yang mengebul Amy masih melihat ke arah wajah temannya itu sambil terus memikirkan April.
"Kalau gitu Om Tio Toxic Boyfriend dong!" Kata Amy.
"Hm, baru nyadar. Kemarin-kemarin kemana aja!"
"Habisnya kamu kaya cemburu gitu!" Cecar Amy.
"Cemburu ke April? Hello! Dia ngga ada masalah apa-apa sama aku, My! Dia juga orang pertama yang suka nolong aku kalau lagi ada masalah, cemburu sama dia sama aja aku jahatin dia. Justru karena aku perduli sama temen-temen aku termasuk kamu, maka dari itu aku nggak suka kalau April cuman kaya dijadiin boneka aja sama Om Tio!" Cecar Nita tak mau kalah, sontak membuat seisi kantin melirik ke arah Nita dan Amy.
"Ya pelan-pelan aja dong ngomongnya, nggak usah sampe keluar gitu urat-urat lehernya. Udah kaya pemain tinju aja banyak uratnya!" Bisik Amy yang menahan malu karena terus diperhatikan.
"Mungkin, April itu kelihatan sempurna. Anak baik-baik, selalu nurut sama orang tua. Nggak kaya kita! Udah gitu cantik, rajin, pinter. Semua orang aku rasa cemburu sama dirinya yang kelihatan sempurna gitu, tapi aku belum sejahat itu untuk cemburu sama April. Karena, dia itu adalah salah satu temen baik aku selain kamu sedari jaman SD. Coba bayangin!" Nita melanjutkan perkataannya tadi.
"Oke... oke... kalau kamu nggak cemburu, kita balik ke topik Om Tio. Sebenarnya kamu suka atau nggak, kalau Om Tio berhubungan sama April?" Tanya Amy.
"Jujur, nggak suka!" Jawab Nita dengan mantap.
"Alasannya, selain yang tadi Om Tio ngelarang April latihan voli itu? Dan itu juga belum tentu bener kalau Om Tio yang ngelarang April, gimana kalau orang tuanya April yang ngelarang. Atau April emang udah capek dan pengen udahan? Hayo!"
"Oke.. gini! Anggap aja pendapatmu itu bener, mungkin aja bukan Om Tio yang ngelarang April buat stop latihan voli. Tapi yang bikin aku nggak suka sama Om Tio, waktu sore itu Om Tio ngajak April pulang padahal permainan belum selesai. Terus ngajaknya kaya maksa gitu, kamu inget 'kan?" Kata Nita, Amy mengangguk meng-iyakan dan baru menyadari hal itu.
"Dan satu lagi, Om Tio itu. Udah dewasa banget, usianya udah dua puluh tujuh tahun. Sementara kita baru delapan belas, April malah masih tujuh belas. Bisa bayangin nggak sih, cara pacaran orang dewasa gimana? Ini itu segalanya diatur, belum lagi anunya."
"Anunya apa, Nit?" Sahut Amy sambil melotot ke arah sahabatnya itu.
"Anu, anunya itu dianuin!"
"Apasih!" Cecar Amy.
"Ya pokoknya anu lah." Nita terkekeh.
"Jangan mikir yang macem-macem! April nggak mungkin kaya gitu." Kata Amy.
"Iya aku tahu, April enggak! Om Tionya gimana? Baru aja pacaran April udah nurut banget gitu!" Tukas Nita, semua hal yang mereka berdua bicarakan seolah benar. Seolah Tio benar-benar sudah memenangkan hati April.