webnovel

Posesif Bos

"Aku suka kamu!" Tiga kata terlontarkan dari mulut seorang lelaki yang amat di kesal oleh Helen sendiri. Antara terkejut, shock, waktu berhenti seketika. Helen Jovanka Kimberly harus bersabar menghadapi Bos sinting yang selalu ia juluki tersebut. Kehidupannya yang terus di ganggu setiap hari, setiap saat hingga setiap waktu. Bagaimana untuk kehidupan Helen bisa dirinya mengatasi semua cobaan di alami pada Bos sinting itu?

Lsaywong · Urban
Zu wenig Bewertungen
35 Chs

Pertunangan Deon & Nina ^^

Masa kehamilan Helen telah menuju bulan ke-4. Memang berat badan mulai meningkat selama kehamilannya fisik yang di alami Helen naik-turun tidak stabil sampai Bryan mengurus kelelahan. Kondisinya menurut drastis karena lemah pada Helen sampai masuk ke rumah sakit. Sekarang Helen tidak akan melakukan pekerjaan berat, Bryan terpaksa mencari asisten pribadi mengurus rumah.

Dari hasil pemeriksaan bulan lalu, Helen akan mendapatkan buah hati si kembar. Betapa bahagiakah mereka berdua. Namun fisik Helen dan diharuskan lebih banyak beristirahat. Sekarang saja Helen seperti nyonya besar duduk santai, kedua kaki di angkat ke atas kursi empuk. Bajunya ia pakai longgar. Bryan bolak-balik dari kamar tidur sampai ke dapur lihat mengerjakan rumah.

Hari ini asisten pembantunya lagi tidak datang. Karena ada keluarga yang sakit. Jadi Bryan yang mengurus semuanya. Helen duduk sambil menikmati camilan di tangannya sambil nonton film drama Korea. Mengharapkan wajah anaknya nanti mirip Lee Min Hoo sama Suzy.

Tapi tentu disingkirkan oleh Helen masa ia yang lahirkan kedua buah hati wajahnya mirip orang lain sih? Tidak baik yang ada Bryan malah kecewa.

"Akhirnya selesai juga. Sungguh melelahkan, nonton apa, Yang?" Bryan menghempaskan tubuhnya di sofa sebelah Helen.

"The legend of blue sea sama Uncontrollably Love," jawab Helen

Bryan mencomot camilan di tangan Helen . Tapi yang bikin Bryan heran kenapa semua perempuan suka nonton film Korea daripada film Indonesia?

"Kamu suka nonton drama Korea? Kenapa tidak nonton drama Indonesia?" Bryan mulai bersuara.

"Drama Korea itu peran pemainnya ganteng-ganteng dan lucu-lucu apalagi peran perempuannya dari jelek jadi cantik. Kalau Drama Indonesia rata-rata jiplaknya Korea semua. Apalagi filmnya enggak berbobot kayak cinta fitri dulu sampai season berapa? Sampai season 3 terus episodenya bisa 200 lebih. Bayangi bagaimana ceritanya itu?" jawab Helen menerangkan selengkapnya pada suami sendiri.

"Tetap saja kamu orang Indonesia, lahir di Indonesia, seharusnya nonton itu film Indonesia juga! Jangan salah peran Indonesia juga ada yang ganteng seperti orang Korea tanpa harus operasi!" tegas Bryan membela Indonesia.

"Siapa yang bilang orang Indonesia tidak ganteng, aku cuma bilang filmnya saja suka menjiplak bukan orangnya!" balas Helen tidak mau mengalah.

Perdebatan 2in1 mana yang lebih unggul apakah Bryan atau Helen dan janinnya. Namun tetap saja lebih unggul itu Bryan karena apa? setiap perdebatan kata-kata Bryan memang jago cukup memuji dirinya sendiri dan membanggakan diri sudah buat Helen terdiam.

"Pokoknya yang ganteng itu Indonesia bukan Korea atau mana pun!" Akhir kata dari Bryan

"Tetap saja yang ganteng itu Lee—"

"Yang ganteng ini suamimu bukan Lee Min Hook!" potong Bryan bersihkekeh beritahu pada Helen.

Helen terdiam sikapnya kumat lagi, suka potong pembicaraan. Helen langsung duduk menyandarkan punggung di wajah sofa kemudian melipat kedua tangan di depan dadanya. Wajahnya masam artinya ia sedang mengambek.

Bryan menyadari kalau istrinya sedang mengambek. Bryan sih colek-colek dagu istrinya kalau posisi wajah begini paling disenangi si Bryan.

"Hei, yang. Ambek, ya? Jangan marah, dong. Kalau wajah kayak begini pengin dicium itu bibirnya," goda Bryan mulai dekat wajahnya.

Helen sudah wanti-wanti sikap suaminya. Tinggal sejengkal jarak mereka berdua, Bryan benar-benae nyali kuat amat.

"Aku lagi hamil, Bryan." Helen mulai bersuara.

Bryan menatap ke bawah perutnya memang terlihat tapi tidak pengaruh sama dirinya. Langsung saja di gendong tubuh istrinya masuk ke kamar. Sontak buat Helen terkejut memeluk lehernya.

"Bryaaann!" pekik Helen

Blam!

*****

Pertunangan Deon dan Nina, dimeriahkan salah satu Jakarta pusat. Hotel berbintang lima dengan rancangan dan dekorasi mewah. Banyak para undangan datang menyambut pertunangan mereka.

Helen dan Bryan menyambut tamu yang datang, Helen memakai busana terusan selutut lengan panjang warna hijau tua. Cantik banget untuk di dirinya, Bryan sampai kagum walaupun sudah berbadan dua tetap saja masih cantik.

Deon dan Nina di pertunangan memang di rencanakan untuk melanjutkan nanti di jenjang pernikahan setelah semua selesai proyek milik Deon sendiri. Helen yang berbadan tiga bukan dua tapi tiga. Memiliki buah hati kembar bukanlah mudah di bawa ke sana-sini. Tetap saja Helen tidak ingin bermanja, ia lebih suka jalan kaki mondar-mandir membuat suaminya mengekori takut terjadi sesuatu padanya.

"Jadi kapan ini lahirnya? Sudah tidak sabar lihat keponakan lucu. Kira-kira bakalan mirip siapa nih?" tanya Sera divisi Admin HRD.

"Pastinya mirip aku dong! Tidak mungkin mirip orang lain, kan?!" jawab Helen ketawa bersamaan dengan lainnya.

"Tapi, ngomong-ngomong saat mbak Helen menikah dengan Pak Bryan. Pak Bos makin baik ya sama kita-kita. Tahu enggak saat Mbak Helen waktu pertama hamil. Si Pak Bryan sampai bolak-balik tanya sama Ibu Susan soal kehamilan. Benar-benar itu momen yang sangat lucu banget," gosip para arisan staf PT. Bryant Grup.

Helen sih senyum, ia tahu dari Nina menceritakan padanya. Bryan benar sangat antusias menjaga kehamilannya. Sekarang saja dia sedikit lelah saat masa kehamilan Helen menuju bulan Ke-4. 5 bulan lagi bagaimana nantinya. Apa Bryan tidak panik sama istrinya saat akan proses persalinan.

"Jadi, mbak Helen sudah rencana melahirkan normal apa Caesar?" tanya Kimmy.

"Sepertinya normal, ya, lihat saja bagaimana nanti si Bryan-nya. Takutnya nanti tidak kuat proses persalinan normal," jawab Helen.

"Iya sih, Caesar juga bagus," ucap Leni.

"Betul itu."

Sedangkan Bryan sedang bercengkerama tiba-tiba seseorang datang menyambut Bryan di sana. Tentu Bryan terkesima diam saat melihat seorang yang pernah memecat dari perusahaannya. Siapa lagi kalau bukan Cindy Amora. Cindy yang dulu posisi accounting.

Helen menghampiri Bryan, lalu mengapit lengannya. Bryan tentu paham maksud Helen cara mengapit lengannya tentu cemburu dong.

"Selamat ya, Pak. Sudah menikah. Maaf kalau saya tidak hadir di acara pernikahan bapak dan ibu Helen." Cindy menyambut selamat. Walau terlambat tapi tetap saja menyambutnya hangat.

"Iya tidak apa-apa. Jadi kamu sekarang datang bersama siapa?" Bryan balas tentu hormat dan sopan.

"Saya datang bersama suami saya, Pak," ucap Cindy.

"Oh ..."

"Iya, Pak. Kalau begitu mari saya permisi dulu." Cindy meninggalkan mereka berdua.

Bryan melirih Cindy tanpa kedip sedikit pun. Helen sudah waspada dari tadi lalu melepaskan jepitan lengan Bryan. Lebih memilih pergi darinya. Bryan menahannya, Bryan sengaja biar istrinya cemburu tidak mungkin dong berbadan tiga, Bryan tidak mencintainya lagi. Malah makin cinta.

"Jangan cemberut begitu, nanti aku cium di sini biar yang lain lihat." Helen langsung memasukkan bibirnya ke dalam biar Bryan tidak bisa menciumnya.

Bryan tertawa lepas begitu gemas sikap istrinya ini. Bryan bawa Helen ke suatu tempat. Taman indah, untuk mereka berdua pertama kali Bryan menyatakan perasaan yang sesungguhnya.

"Kamu masih ingat, pertama kali saat aku mengajak kamu di pesta pertunangan sahabat Ayahku?" Bryan mulai mengingat kembali memori pertama saat Helen masih menjadi sekretarisnya.

"Masih, lelaki yang mengotot meminta aku menerima perasaannya," balas Helen menyandarkan kepala di bahu Suaminya Bryan menyambutnya.

"Lalu saat itu, kamu menerimaku di rumah sakit saat kamu overdosis makan durian."

"Kalau dipikir - pikir durian aku jadi ingin makan." Helen menatap Bryan mengharap agar dirinya membelikannya.

"Tidak boleh. Kamu masih hamil, lain kali saja makan setelah melahirkan."

"Tapi, aku mau sekarang bagaimana dong!" Helen mengekspresikan memohon.

Bryan mendengkus panjang, tetap ia tidak mengizinkan. Ia takut janinnya tidak akan kuat menerimanya.

"Lain kali saja ya, Sayang. Kalau tidak alpukat saja, tidak kalah enak kok dari durian."

"Enggak! Aku mau durian!"

"Belah durian saja mau?"

"BRYAAANN!!"

Bryan menutup kedua telinganya, kalau Helen sudah mengamuk tidak akan bisa membantah lagi.