webnovel

Posesif Bos

"Aku suka kamu!" Tiga kata terlontarkan dari mulut seorang lelaki yang amat di kesal oleh Helen sendiri. Antara terkejut, shock, waktu berhenti seketika. Helen Jovanka Kimberly harus bersabar menghadapi Bos sinting yang selalu ia juluki tersebut. Kehidupannya yang terus di ganggu setiap hari, setiap saat hingga setiap waktu. Bagaimana untuk kehidupan Helen bisa dirinya mengatasi semua cobaan di alami pada Bos sinting itu?

Lsaywong · Urban
Zu wenig Bewertungen
35 Chs

Kencan Buta

Esok paginya, Bryan sudah berada di depan rumah kontrak Helen, menunggu calon istri itu memang harus sabar ya. Perempuan selalu banyak penampilan, tapi berbeda untuk Helen sendiri. Dia sudah siap dari sebelumnya hanya karena tugas menjadi juru masak untuk si Bos sintingnya.

Helen keluar untuk menutup pintu, Bryan menyusul untuk membawanya rantangan. Sekarang Bryan sudah tidak pernah makan di luar lagi. Lebih banyak makan di kantor. Sampai para staf di gedung Bryan iri sama Helen. Mereka juga ingin seperti Helen menjalin mesra, di sayangi. Helen sungguh beruntung memiliki Bos yang super perhatian.

Perhatian itu ada maunya menurut Helen, karena dalam pekerjaan Helen memang sudah terhendel segala kinerja ada di perusahaan Bryan. Tahu sendiri Bryan orangnya bagaimana, Helen sih sesuai peraturan SOP yang ada. Mungkin sudah terbiasa dengan sikap Bryan bikin orang kecewa.

Perusahaan Bryan sekarang berbeda, lebih banyak karyawan baru bekerja di sini. Tapi desas-desus dari para Staf tidak pernah kapok kalau tiba surat PHK tepat di depan mereka. Mereka tidak pernah takut jika di PHK malahan mendapat pujian untuk Bryan.

Gosip hangat untuk Helen dan Bryan tentunya setiap mereka tiba di kantor. Senyuman manis untuk mereka berdua. Helen tentu selalu senyum menyambut mereka walaupun yang lain ingin tahu kedekatan Helen pada Bryan.

"Pak, hari ini akan ada jadwal pertemuan dengan Mr. Adam dari Malaysia, untuk jam pertemuan pukul sepuluh lewat lima belas menit. Mungkin sebentar lagi mereka sampai di kantor ini, Pak," lapor Helen pada Bryan, Bryan sih tidak terlalu respons.

"Oke, persiapkan semuanya. Mungkin pertemuan kali ini sedikit menguras tenaga, ya," respons Bryan.

"Ya bisa jadi, Pak."

Bryan keluar dari lift kemudian disusul oleh Helen tentunya. Nina sih menyambut Helen seperti biasa. Helen tentu menyambut dengan baik.

Di dalam ruangan Bryan seperti biasa, sarapan bersama. Menu sarapan nasi uduk ada serundeng terbuat dari parut kelapa diolah sebagaimana jadinya. Karena ini adalah andalan sarapan pagi di kampung Helen. Ibunya selalu membuat serundeng setiap hari untuk berjualan. Karena nasi uduk biasa memang enak di makan campur dengan serundeng.

Pokoknya Bryan tinggal menyantap rasa enak saja deh, Bryan bakalan makmur terus setiap hari di masak oleh Helen. Ya pasti akan makmur perestuan mereka tinggal menunggu orang tuanya Helen menyetujui. Setelah itu, tinggal deh jenjang pernikahan.

Bryan sudah tidak memilih makanan lagi sejak sayur hijau buatan Helen membuat Bryan semakin ingin minta lebih. Helen senang bisa membuat Bryan menyukai sayuran. Tapi tetap Helen memasak dengan beraneka macam menu berbeda dengan lauknya ikan, daging, tahu, tempe. Pokoknya sehat empat lima sempurna itu yang tidak boleh dilewatkan.

Tok tok tok!

Suara pintu ruangan Bryan terdengar, Bryan sedang menikmati sarapan jadi terusik. Helen berdiri dan membuka pintunya. Oh dari Officeboy Syamsul.

"Ada apa, mas?" tanya Helen sopan.

"Ini Mbak, ada pesanan dari seseorang untuk Pak Bryan. Katanya dari sang kencan butanya," jawab Syamsul menyerahkan bungkusan plastik berisi beberapa makanan.

Ekspresi wajah Helen mulai berubah datar, Officeboy pun berlalu pergi, Helen kemudian menutup pintu kembali melangkah kaki ke meja makan. Bryan baru saja selesai sarapan menatap Helen meletakkan plastik transparan di atas meja tidak ikhlas.

"Dari siapa?" tanya Bryan melihat isi plastik transparan itu.

"Katanya dari kencan butamu! Ada berapa kencan butamu??" jawab Helen nadanya datar banget. Bryan sendiri bingung jawaban Helen.

"Kencan buta? Kencan buta mana lagi?" bantah Bryan. Jelas-jelas dia sudah tidak punya kencan buta selain Indri.

"Alasan, jawab sejujurnya. Kencan buta dengan siapa? Atau saya benar-benar keluar dari sini?!" Helen seperti marah banget, eh... bukan sepertinya kecewa. Padahal kemarin sudah janji tidak akan ulangi lagi.

"Jangan dong! Kok pergi sih. Kan, saya sudah bilang kalau pun masih ada kencan buta, Kamu boleh marahi aku, atau mengumpat. Tapi tidak tinggali aku," ucap Bryan tidak ingin Helen pergi sulit loh kalau dia pergi. Bisa nangis kering.

"Jawab, kencan buta yang mana lagi? Sampai antar makanan untuk kamu!"

Bryan menelan air liurnya serasa tersedak di tenggorokan sulit turun sedalam-dalamnya. Kalau Helen sudah marah tanduk singa betina bangun dari tidurnya. Bryan sebenarnya tidak tahu kencan buta mana lagi yang ia dapat. Jelas-jelas setiap hari bareng sama dia kemanapun, bagaimana punya kencan buta.

"Benaran, saya tidak punya kencan buta! Suer, demi Tuhan kalau perlu demi petir kalau saya berbohong."

Duaaarrttt!!!

Suara petir tiba terdengar buat Bryan terkejut seketika. 'Sialan Petir, enggak bisa ajak kompromi.' - umpat Bryan dalam hati.

"Petir saja tahu kalau kamu berbohong! Apalagi mau di jelaskan. Saya tanya sekali lagi ada berapa kencan buta kamu selain Ibu Indri?"

Bryan sulit menjawab, dia sendiri bingung mau jawab bagaimana. Dilihat plastik dan disana ada tulisan dari kencan buta. Nama saja tidak tertulis.

"Kalau tidak jawab, saya keluar." Helen mulai melangkah kaki ke pintu. Tapi ditahan langsung sama Bryan.

"Tidak boleh, kamu tetap disini. Biar saya yang pergi, ke kamar mandi maksudnya. Jangan kemana-mana sebelum saya kembali!" titah Bryan kembali menutup pintu lalu mengunci Helen dari luar.

Helen langsung tersadar dirinya dikunci dari luar. Helen berteriak sekuatnya, Bryan sih membiarkan Helen mengumpat sesuka hati itu yang ia mau.

"Buka pintunya, dasar Bos Sintiiinnggg!" teriak Helen.

Sedangkan Bryan tengah sibuk mengerjakan sesuatu entah apa yang dia kerjaannya. Yang penting bukan melakukan soal kencan buta. Ini lebih spesial untuk Helen. Helen sendiri kesal duduk di sofa mengetuk kakinya di lantai, Helen kembali mempertanyakan dari plastik transparan itu.

'Sialan, awas kamu ya. Bryan sialan, masih juga bohongi aku. Benara-benar kesal, kesal, kesal!' batin Helen kesal.

Bryan sedang berbincang-bincang dengan seseorang di telepon. Entah apa yang direncanakan oleh Bryan untuk ini. Helen di dalam kantor sudah mati bosan.

"Pokoknya kamu atur semua, jangan sampai gagal lagi. Itu saja yang saya perintahkan padamu. Apa pun itu, jangan sampai salah lagi. Oke, tunggu sampai saya memberi tanda kode kamu sudah harus standby di sana, terima kasih."

Bryan menutup ponselnya kemudian kembali ke kantornya. Senyuman panjang terlukis dan tercetak di bibir Bryan. Kali ini Bryan akan buat pujaan hatinya tidak berkutik. Ya mungkin terlalu banget sih agar dia tidak termakan cemburu.

Pintu dibuka oleh Bryan, saat masuk ke dalam Helen tidak ada di ruangannya. Bryan kalang kabut sendiri. Perasaan pintunya dikunci, tidak mungkin dia punya duplikat lain. Sedangkan Helen ada dibelakang sofa mencari manik belian yang jatuh saat terlepas dari talinya. Jadi Helen harus mengumpulkan kembali.