Sudah tiga hari Lalisa tidak masuk sekolah karena flu, untung saja ada Jennie yang siap siaga merawatnya. Walaupun Lalisa harus terus menerus mendengar omelan Jennie tapi Lalisa bahagia. Setidaknya ada orang yang mengkhawatirkannya saat mommy dan daddynya tidak berada di dekatnya.
Lalisa meregangkan tubuhnya, saat ia bangun sekujur tubuhnya kaku. Ini semua karena ulah Jennie yang semalam tidur diatas tubuhnya. Ingin rasa menolak tapi apa daya Lalisa terlalu lemah jika Jennie sudah mengeluarkan rengekan dan aegyo andalannya.
"engghhh" Lalisa merentangkan tangannya ke atas.
Di atas kasur Lalisa meregangkan tubuh, mengendurkan otot ototnya yang tegang.
"Li mandilah!" Lalisa menoleh ke sumber suara, matanya terbelalak melihat Jennie keluar dari kamar mandi mengenakan bathrobe dengan rambut yang masih basah terurai menambah kesan seksi.
"Yak Manoban, kau menatapku seolah kau ingin menerkamku" Jennie membalikkan tubuhnya. Ia bergedik ngeri saat melihat Lalisa menatap tubuhnya dengan tatapan mesum.
"cepatlah mandi! Aku ada ujian pagi ini" masih dengan memunggungi Lalisa Jennie perlahan melangkah menyamping menuju walk in closet.
Lalisa memutar bola matanya malas, siapa bilang Lalisa ingin menerkam Jennie. Lalisa hanya tidak ingin menyianyiakan pemandangan indah ciptaan Tuhan.
.
Di meja makan Seo yeji menyiapkan beberapa makanan dan bekal untuk Lalisa dan juga Jennie. Semenjak Lalisa sakit Seo y ji berada di Thailand dan tidak bisa pulang ke Korea karena ada jadwal meeting yang tidak bisa di batalkan. Dengan berat hati Seo yeji meminta bantuan Jennie untuk merawat dan menemani putri tunggalnya, untung saja Jennie tidak menolak.
Setelah jadwal meetingnya selesai So yeji langsung memutuskan untuk kembali ke Korea dan baru pagi tadi dia menginjakkan kaki di mansion.
"mommy?" Lalisa berteriak saat melihat mommynya menyiapkan beberapa makanan di meja makan.
"baby, hati hati nanti terjatuh" Seo yeji menggelengkan kepala melihat Lalisa menuruni tangga dengan tegesa gesa, bahkan langkah panjangnya melompati langsung beberapa anak tangga.
"mommy, Lili rindu mommy" Lalisa merengek dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Seo ye ji.
"anak mommy semakin hari semakin manja saja. Apa sudah merasa sehat?" seo ye ji terkekeh mengelus punggung putrinya.
saat mereka sedang asik melepas rindu, tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang terus mengawasi Lalisa.
"ekhemm" Jennie berdehem.
"eoh Jennie, terima kasih sudah merawat putri kecil mommy" Seo ye ji melepaskan pelukan Lalisa dan berganti memeluk Jennie.
"tidak perlu berterimakasih mom, sudah menjadi tanggung jawab Jennie membantu mommy menjaga Lalisa" Jennie membalas pelukan Seo ye ji.
"apa kalian akan terus berpelukan" Lalisa mendengus sebal dan mengerucutkan bibirnya.
Seo ye ji yang tersadarpun tertawa melihat raut wajah masam Lalisa, anaknya satu ini kalau sudah menjadi mode manja posesif sekali.
"mommy sudah menyiapkan kalian sarapan dan juga bekal untuk makan siang kalian" Seo ye ji menuangkan nasi goreng kimchi ke piring Lalisa dan Jennie bergantian.
"terima kasih mommy" Jennie dan Lalisa bersamaan.
Seo ye ji mengerutkan keningnya merasakan suasana canggung menyelimuti sarapan pagi ini. Jenlisa menyantap sarapan dalam keheningan, terlebih tidak biasanya Jenlisa memilih duduk bersebrangan, biasanya mereka duduk berdampingan dan menempel satu sama lain.
"Jennie" panggil Seo ye ji lembut
si pemilik nama menolehkan kepala menghadap sang calon mertua.
"ne mommy?" jawab Jennie tidak kalah lembut
"apa Lalisa merepotkanmu selama ini?" pertanyaan Seo ye ji bukan hanya menarik perhatian Jennie tapi juga yeoja berponi yang sedang asik menikmati nasi goreng kimchi di hadapannya.
Lalisa menghentikan suapannya dan menatap Jennie, ia menunggu jawaban Jennie.
"tidak mom, Lalisa tidak merepotkan Jennie sama sekali" Jennie menjawab pertanyaan Soe ye ji dengan menampilkan senyum terbaiknya.
Jennie tidak terpaksa berbohong kepada Seo yeji, ia tidak ingin Seo Yeji merasa bersalah karena sudah menitipkan Lalisa padanya.
Seo ye ji bernafas lega mendengar ucapan Jennie, walaupun sedikit menjanggal tapi ia tidak ingin membuat suasana semakin canggung. Senyuman yang Jennie berikan juga sudah cukup untuk memastikan bahwa keduanya baik baik saja.
Setelah menghabiskan sarapannya Jenlisa segera pamit lebih cepat dari biasanya. Jangan lupakan bahwa Jennie ada ujian pagi hari, oleh karena itu ia mempercepat sarapannya dan memberikan kode pada Lalisa. Untung saja yang dikode segera peka.
.
Kecanggungan menyelimuti Jenlisa pagi ini. Di perjalanan menuju sekolah tidak ada percakapan diantara Lalisa dan Jennie. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing. Jennie sendiri juga harus fokus berkendara.
Begitupun saat sudah sampai di parkiran sekolah, Jennie langsung turun dari mobilnya dan pergi menuju lorong meninggalkan Lalisa yang terseok seok mengikuti langkahnya. Walaupun Jennie memiliki langkah pendek tapi Jennie memiliki kecepatan yang mampu membuat langkah panjang Lalisa kewalahan. Sesampainya di depan kelas Jennie langsung melenggang begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Lalisa. Lalisa hanya bisa menghela nafas panjang merasakan sikap Jennie yang sangat dingin.
Flashback on
Setelah Jennie menyiapkan seragamnya dan seragam Lalisa, ia berjalan menuju merja rias untuk mengeringkan rambutnya. Saat hendak mengambil hairdryer Jennie dikejutkan oleh suara notifikasi dari ponsel Lalisa. Jennie yang awalnya ingin mengeringkan rambut menundanya dan mengambil ponsel Lalisa yang ada di meja nakas. Mata Jennie membulat sempurna saat melihat banyaknya nomor asing pada notifikasi pesan. Tapi ada satu nomer asing yang menarik perhatiaannya, nomor asing itu baru saja mengirimkan Lalisa pesan. Jennie mengerutkan dahinya berpikir keras.
"seperti tidak asing?" Lirih Jennie.
Tanpa menungu sang pemilik Jennie yang penasaran langsung membuka pesan dari nomor asing tersebut.
Dan begitu terkejutnya Jennie saat membaca banyak pesan yang dikirimkan pada gadisnya itu.
Unnamed
3 Maret
Lili cepat sembuh ne, aku tidak sabar mengajakmu dan Leo berjalan jalan.
"Leo? Ah aku ingat bukan kah ini nomornya Jungkook?" Lirih Jennie dengan mata semakin menyipit membaca pesan demi pesan yang jungkook kirimkan kepada gadisnya.
4 Maret
Aku dengar hari ini kau tidak masuk sekolah
Apakah sakitmu begitu parah?
Berikan alamatmu, aku akan menjengukmu
Kenapa pesanku tidak kau balas?
Kenapa panggilanku tidak kau angkat?
Lili?
Yasudah, istirahatlah dan lekas sembuh ne
jennie tersenyum kemenangan "Jangan harap Lalisa membalas pesanmu. Ponselnya saja dalam pengawasanku"
5 Maret
Morning Lili, apa hari ini kau juga berencana tidak masuk sekolah?
Aku sangat mengkhawatirkanmu.
Ah, ternyata kau tidak masuk hari ini.
Apa kau baik baik saja?
Kenapa kau selalu mengabaikan pesanku?
Mungkin kau sedang istirahat. Kalau begitu istirahatlah yang cukup dan kembalilah bersekolah.
Aku merindukanmu.
Jennie mengumpat saat membaca pesan terakhir Jungkook.
"What the f***. berani beraninya dia merindukan gadisku. Dia belum tau siapa pawangnya" Jennie memicingkan mata kucingnya.
Pesan jungkook tidak sampai disitu. Perlu digaris bawahi yang diatas merupakan pembukaan sebagai pemanasan ringan. Yang lebih panas sudah siap menunggu Jennie
Hari ini
Lili aku akan mengunjungimu hari ini.
Aku sudah mendapatkan alamatmu dari bambam.
Kira kira aku harus membawakan apa untukmu?
Bagaimana kalau boneka beruang?
Atau kau menginginkan sesuatu?
Ah, aku tau pasti kau menginginkan aku kan? hehe
Aku juga sangat merindukanmu
Tunggu aku ne
LalisaM
Tidak perlu repot repot
Ah dan satu lagi
Jangan menghubungi gadisku lagi
By Jennie Kim
Jennie melemparkan ponsel Lalisa ke sembarang arah menimbulkan suara bising membuat Lalisa yang berada di dalam kamar mandi mematikan shower .
"Nini, r u okay?" Teriak Lalisa dari dalam kamar mandi. Dia belum tau kalau suara itu adalah suara dari ponselnya yang dibanting Jennie.
"I'm okay Hon" jawab Jennie sedikit berteriak.
"Bisa bisanya dia sepercaya diri itu" jennie mengatur nafasnya yang naik turun dan menetralkan amarahnya.
"Apa ini ada hubungannya dengan dia menelepon Lalisa kemarin? Jangan jangan Lalisa berbohong padaku" pikiran Jennie dipenuhi dengan pikiran negatif tentang Lalisa.
"Aku harus menanyakannya sendiri pada Lalisa" Jennie mendudukkan dirinya di tepi ranjang menunggu Lalisa keluar dari kamar mandi.
Jennie langsung memberikan tatapan tajamnya tepat saat Lalisa keluar dari kamar mandi. Lalisa sedikit terkejut saat mendapat tatapan tajam Jennie.
"W- wae?" Tanya Lalisa sedikit gugup
"Aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan jujur Manoban" Jennie menekan suku kata akhir.
"Katakan saja" tidak bohong, saat ini Lalisa sangat gugup. Walaupun dia tidak tau apa yang terjadi dengan Jennie dan juga ancaman apa yang menunggunya. Tapi Lalisa berusaha sebisa mungkin untuk terlihat santa.
"Saat kau mengatakan mengangkat panggilan dari jungkook. Kalian membahas apa saja?" Tanya Jennie penuh selidik. Matanya seolah menelanjangi Lalisa yang masih mengenakan bathrobe sama sepertinya.
Lalisa mengernyitkan dahinya.
"Bukankah Lili sudah mengatakan jika Jungkook sunbaenim hanya menanyakan kabar Leo saja" Lalisa menghindari tatapan Jennie dan menyibukkan diri mengambil seragam sekolah yang sudah Jennie siapkan.
"Kau berbohong Manoban!" Jennie berdiri dan mendekat pada Lalisa
Lalisa bergidik ngeri saat mendengar nada berat jennie. Ia merasakan hawa panas memenuhi ruang kamarnya. Dan saat ia ingin berbalik untuk kembali ke kamar mandi Jennie sudah berdiri di belakangnya.
"Hmm i- itu hmmm itu anu" Lalisa gelagapan saat matanya tak sengaja bertemu dengan mata kucing Jennie.
"Jungkook mengirimmu beberapa pesan" tanpa mengalihkan pandangannya Jennie menunjuk ponsel Lalisa yang sudah hancur berserakan di ubin.
Seperti tau terancam Lalisa meneguk kasar salivanya mengamati ponselnya yang sudah tidak berbentuk. Ternyata suara bising tadi itu adalah suara ponselnya yang Jennie banting ke lantai.
"Kenapa kau tak jujur?" Jennie semakin mendekat mengikis jarak diantaranya dan Lalisa.
"A- ak- aku" seperti tercekat sesuatu Lalisa tidak bisa mengeluarkan suaranya.
"Aku marah padamu Manoban" Jennie mengelus lembut rahang tegas Lalisa. Tatapannya tidak berpindah dari mata hazel Lalisa.
Lalisa memejamkan matanya merasakan tangan lembut Jennie. Sebenarnya, saat ia menghindari tatapan Jennie ia menundukkan kepala. Tapi hal lebih buruk terjadi, karena tubuh Jennie yang lebih pendek darinya dan juga Jennie mengenakan bathrobe, mata Lalisa tidak sengaja melihat melon milik Jennie. Oleh karena itu Lalisa memilih untuk menutup matanya.
"Aku anggap kau setuju dengan kemarahanku"
Flashback off
Perlakuan dingin Jennie terus berlanjut. Selama makan siang Jennie mendiami Lalisa yang berusaha berbicara dan membujuknya. Bahkan Jennie tidak menggubris Lalisa barang sekalipun. Jisoo yang menyadari ada aura kegelapan yang menyelimut kedua sahabatnya itu memberanikan diri untuk bertanya drama rumah tangga apa lagi yang terjadi diantara mereka.
"Jen, kau sedang marahan dengan anak ayamku?" pertanyaan Jisoo membuat semua orang yang berada di meja terdiam. Sebenernya sejak tadi mereka semua menyadari ada yang aneh dari Jennie dan juga Lalisa, tapi mereka tidak ada yang berani untuk bertanya. Apa lagi raut wajah Jennie yang begitu datar membuat mereka paham jika Jennie dalam mood yang mengerikan.
"tanyakan saja pada anak ayammu" dingin Jennie, pandangannya tidak ia alihkan dari makanan yang sejak tadi hanya ia aduk aduk saja.
"aku heran dengan kalian berdua, jika berdekatan bertengkar, jika berjauhan saling merindukan" jennie mendongakkan kepalanya memberikan tatapan mematikan kepada Seulgi.
"a- aku hanya bercanda" Seulgi menyembunyikan wajahnya di kedua telapak tangannya. Tatapan Jennie meresahkan nyawanya.
Irene hanya bisa mengulum senyum melihat tingkah sahabat sahabatnya.
"kalian sudah merencanakan liburan musim dingin ini?" Joy yang tau keadaan semakin canggung memilih untuk mengalihkan topik.
"eoh, bahkan aku tidak kepikiran sama sekali" Wendy
liburan musim dingin merupakan libur yang selalu di tunggu tunggu, karena memakan waktu yang paling lama dan juga panajang. Libur musim dingin bisanya mereka gunakan untuk berlibur bersama. Seperti tahun lalu mereka memilih menghabiskan libur musim dingin di Kanada. Bahkan liburan sebelumnya mereka memilih menghabiskan waktu di Hawai.
"bagaimana kalau kita liburan ke Thailand?" usul Jisoo
"itu juga yang ada dipikiranku" tambah Irene
"Yeri mengikut saja" Yeri menyeruput jus jeruk milik Rose, dan langsung mendapat tatapan mematikan dari manusia berpipi chipmunk di sebelahnya.
"bagaimana dengan mu Li?" Seulgi mengibas ngibaskan tangannya di depan wajah Lalisa.
"hhmm?" Lalisa memasang wajah linglung.
"apa kau setuju?" tanya Seulgi
"setuju apa?" tanya balik Lalisa, jelas saja Lalisa tidak paham maksud Seulgi. sejak tadi dia sedang melamun, entah apa yang dilamunkannya.
"kami berencana menghabiskan libur musim dingin ini di Thailand. Apa kau keberatan?" Jisoo meraih tangan Lalisa yang tergeletak diatas meja, Jisoo juga mengelus punggung tangan Lalisa.
Jennie mendesah lirih saat melihat kegiatan tangan Jisoo, belum tau dia bahwa Jennie sedang dalam mood yang buruk. Pancing teros.
"boleh, Lili akan memberitahu mommy" Lalisa menjawab pertanyaan Jisoo dengan senyuman terbaiknya.
Jennie yang semakin jengah melihat drama Lisoo segera beranjak dan pergi begitu saja.
"yak, kenapa lagi kucing betina itu?" celetuk Seulgi.
"biar saja, mungkin moodnya sedang buruk" Irene mencekal lengan Seulgi yang hendak menyusul Jennie.
"Li, kau bertengkar dengan Jennie unnie?" Rose yang sudah mendapatkan kembali kesadarannya, setelah asik dengan dunianya sendiri.
Lalisa menekuk wajahnya, ia pun menceritakan kejadian tadi pagi kepada sahabat sahabatnya.
Seulgi manusia yang tidak tau diri malah tertawa saat Lalisa bercerita bahwa ponsel miliknya menjadi korban kemarahan Jennie.
"kang Seulgi biasakah kau melihat situasi sebelum tertawa?" Irene mencubit pinggang Seulgi yang tertawa terbahak bahak.
"awh, Irene ini sakit" Seulgi mengaduh merasakan sengatan kecil di pinggangnya
"aku tertawa karena dalam waktu satu bulan ini sudah 2 kali ponsel Lalisa menjadi korban" seulgi masih terkikik mengingat kejadian dimana dia membanting ponsel Lalisa karena kesal kepada si pemilik. Dan sekarang giliran Jennie yang membanting ponsel milik Lalisa. Lalu besok giliran siapa lagi?
Lalisa melirik Seulgi sekilas lalu melanjutkan ceritanya.
Semua nampak serius menyimak cerita Lalisa termasuk Jisoo. Ia sibuk mencerna semua kata kata Lalisa.
"aku akan mencoba berbicara pada Jennie" Jisoo bersuara setelah Lalisa menyelesaikan ceritanya.
"jangan unnie, aku tidak ingin Jennie unnie semakin marah" Lalisa menggelengkan kepalanya
"dia terlalu posesif padamu Li" Jisoo
"tapi unnie, Jennie unnie ada benarnya juga. Jennie unnie melarang larang Lili karena Jennie unnie tiadak mau melihat Lili disakiti oleh orang asing" Lalisa memberikan pendapatnya dengan wajah yang super polos.
Semua sahabatnya hanya bisa menghela nafas panjang mengingat bahwa Lalisa sangat polos.
.
Jam pulang sekolah Lalisa menunggu Jennie di depan kelasnya. Setelah mencurahkan semua masalahnya, para sahabatnya memberikan beberapa solusi untuk Lalisa. Semua tergantung bagaimana Lalisa kedepannya apakah bisa menjalankan dengan baik atau malah sebaliknya.
Lalisa sebenarnya sedikit risih saat mendapat tatapan demi tatapan dari setiap kakak kelas yang melewatinya, tapi ia berusaha mengabaikannya dengan bermain ujung kemeja seragam yang ia kenakan.
"eoh Lalisa? Kau Lalisa kan?" seorang namja mendekat pada Lalisa dengan jari telunjuk mengacung pada Lalisa.
"wae?" dengan malas Lalisa menjawab, ia merasakan situasi semakin rumit karena kehadiran namja yang tidak di harapkan ini.
"kenapa kau berada di sini? Bukankah kelasmu ada disebrang sana?"
Lalisa POV
"tak ada angin, tak ada hujan kenapa manusia semacam dia bisa ada disini sih?" aku mendengus sebal melihat kehadiran namja satu ini.
"terserah Lili lah. Sunbaenim sendiri kenapa ada disini?"
"eoh, aku? Apa kau lupa ini gedungku? Kelasku saja bahkan ada disebelah" jawabnya dengan nada menyebalkan ditambah dengan lipatan tangan di depan dadanya.
"ckk" aku mendengus sebal dan memilih untuk mendiaminya.
Aku terus saja mengamati setiap gerak gerik namja yang berada di sebrangku, dia sedang berdiri bersandar di tulang pintu dan memainkan poselnya. Aku hanya bisa memutar bola mataku malas saat melihat dia tertawa tidak jelas asik dengan ponselnya.
Tidak begitu lama beberapa siswa keluar dari kelas menandakan bahwa kelas sudah dibubarkan. Aku menfokuskan diri mencari keberadaan Jennie unnie, tubuhnya yang mungil cukup membuatku kesusahan mencarinya diantara kerumunan teman teman kelasnya.
Mataku berbinar saat melihat Jennie unnie berjalan keluar, tapi dia tidak menyadari keberadaanku, dia sedang sibuk mengetik seuatu di ponselnya. Saat jarak kami sudah dekat aku memutuskan untuk menggapai tangannya, dan alangkah terkejutnya aku saat namja dihadapanku tadi juga menggapai sebelah tangan Jennie yang satunya.
"Yak, eoh Lalisa, Kai" Jennie unnie mengabsen nama kami bergantian.
Iya namja menyebalkan itu adalah Kai.
"apa yang kalian lakukan disini?" Jennie unnie mengerutkan keningnya menatap kami bergantian.
"aku ingin mengajakmu pulang bersama" Kai menjawab terlebih dahulu dan memasang wajah manjanya. Rasanya aku ingin mutah saat ini juga.
"aku tidak bertanya kepadamu Kai" Jennie melemparkan tatapannya padaku. Wajahnya yang dingin membuat nyaliku menciut seketika.
"Lili menunggu unnie, bukankah kita akan pulang besama?"
Aku melirik Jennie unnie dan menunggu jawabannya.
"Yak Jennie, bukankah eomma sudah mengabarimu bahwa aku akan menjemputmu?" lagi lagi sunbaenim-ku satu ini membuatku sangat muak. lihatlah wajahnya yang dibuat buat agar terlihat imut.
Jennie unnie menatapku sekilas, lalu mengalihkan pandangannya lurus kedepan.
"hari ini aku ingin pulang sendirian" ucap Jennie unnie dingin dan berlalu bergitu saja
"Yak Jennie pulanglah bersamaku" teriakan Kai sunbaenim yang keras menggema di lorong
Aku melihat punggung Jennie unnie semakin menjauh, tidak aku sangka Jennie unnie akan menolak pulang bersamaku. Setelah tidak lagi melihat bayangannya aku menepuk dahiku, aku melupakan sesuatu.
"bukankah aku tadi berangkat bersama Jennie unnie, lalu sekarang aku harus pulang dengan siapa?"
~to be continued.