webnovel

13. Surat misterius

“Mm. Aku mengerti,” panggilan pun diputus Daniel. Cristhian menoleh ke kanan dan kaget menyadari keberadaan Evelin yang mungkin mendengar semuanya. Gadis itu perlahan mendekatinya.

“Maafkan aku, Kak.”

“Ini bukan salahmu.”

“Tapi orang tuamu—”

“Yang terpenting kita!” tegas Cristhian. “Lagi pula hanya Megan yang mati, jadi aku tak peduli.” Evelin terbungkam. Sapuan angin laut seakan berteriak padanya. Begitu kasar membuat rambutnya berantakan. “Maafkan aku karena membentakmu,” pemuda itu memeluknya.

Tangan Evelin terkepal erat. Sungguh, keadaan ini menyesakkan batinnya. Hanya informasi selama di organisasi yang bisa ia gunakan untuk bersembunyi. Tapi, itu masih tak menutup kemungkinan kalau mereka akan tetap ditemukan.

Kemampuan informasi Robert sangat mengerikan. Terlebih ada Antonio yang merupakan kunci untuk laju jaringan organisasi. Mereka punya banyak mata di mana-mana. Sosok-sosok lemah dari penguasa bawah tangan, dengan kaki terikat di bawah rangkulan Robert. Walau kuasa mereka dan dirinya, masih tak bisa mengalahkan Presiden Jason di negara ini.

Pemakaman untuk Megan yang merupakan ibu angkat dari Daniel dan Cristhian, dipenuhi hiruk-pikuk sekarang. Pelepasan dan penghormatan untuk ibu negara itu tak henti-hentinya mengalir. Terlebih kata-kata yang menanyakan di mana keberadaan putra kedua Presiden Jason mulai menjadi tanda tanya.

Tapi, kalimat-kalimat yang mengalir itu hanya dianggap angin lalu oleh putra pertama. Baginya yang terpenting sekarang adalah keselamatan ayah dan adiknya. Bahkan lirihan duka dari keluarga tunangan lolos lepas di telinga.

Raut dingin, itulah yang tertoreh di rupa. Langkahnya di keramaian itu mulai memudar ditelan mobil. Dirinya tak ingin berlama-lama di sana, tidak saat kekacauan negara terjadi akibat hiatusnya pimpinan mereka, tidak saat ayahnya masih terbaring koma tanpa ada tanda kesadaran akan muncul tiba-tiba.

Kejadian ini akan menjadi hantaman besar bagi negara. Terlebih banyaknya yang mempertanyakan seberapa besar kemampuan pertahanan dan keamanan mereka sampai-sampai kejadian yang memicu isu internasional itu menjadi topik panas.

Akan tetapi, sepertinya orang-orang lupa. Lupa siapa pelaku sebenarnya, lebih sibuk membahas kelalaian mereka yang berdiri di sistem keamanan dan pertahanan akibat kecerobohan.

Para menteri cuma saling mencurigai, mungkin saja ada pengkhianat di antara mereka. Mengarahkan busur dan panah pada sosok yang tak disukai. Mencari kesalahan dan mengungkit opini kalau yang diselidiki mungin saja tersangka.

Sudut hati yang mencoba menjadi detektif justru memunculkan rasa egois. Rasa egois dari pribadi sendiri, dan memanfaatkannya agar menjadi keuntungan. Miris, saat duka tertoreh untuk seseorang, lainnya hanya memikirkan kondisi masing-masing.

Bukankah begitulah manusia? Walau tidak semuanya, tapi kemungkinan pemikiran seperti itu tetap ada. Akhirnya, hal tersebut pun memunculkan keretakan untuk semua, menjadi celah untuk beberapa sosok yang menjalankan skenario berbeda. Membuat lubang, agar masuk dalam konflik dan mengendalikannya.

Rencana yang hebat bukan? Sekalipun bisa menerka siapa pelakunya, tapi mereka takkan berdaya. Tidak begitu mengetahui siapa saja sosok yang terlibat. Robert sudah memperkirakan semuanya. Dari awal ia memulai organisasi, dirinya sudah merangkul dengan tepat anggota inti, penyokong, dan pijakannya.

Di antara begitu banyaknya pihak berpengaruh, ada beberapa sosok yang tak bisa ia taklukan untuk diajak kerja sama. Sosok salah satunya adalah Presiden Jason. Kehebatannya dalam mengamati situasi, membuat ia ditakuti.

Karena hal itu Robert menyetujui misi untuk membunuh anak Presiden Jason demi memunculkan kisruh. Walau dirinya sudah memperkirakan kegagalan, namun akhirnya mendapat hasil yang setimpal sekarang.

Saat ini, yang perlu dilakukannya hanyalah mencari sosok Evelin. Informasi kalau sang bawahan gagal dan mengkhianatinya sudah sampai ke telinga. Bagaimanapun walau masih muda, tapi gadis itu tetaplah anggota inti organisasi. Bakat menyusup dan membunuh dalam diam miliknya, bukanlah omong kosong.

Jika Evelin dan Cristhian Ronald sampai ditemukan pihak lain, itu akan menjadi masalah besar. Terlebih jika fakta siapa saja sosok yang berada dalam organisasi lolos dari sang gadis. Semuanya justru akan menimbulkan kerugian.

Karena kenyataannya, orang-orang yang berada dalam organisasi adalah mereka yang dikhianati lingkungan dan negara. Termasuk Evelin sendiri. Saat menyadari suatu jejak, mereka pun akan menemukan tanda lainnya.

Gadis itu tak boleh tertangkap oleh siapa pun juga. Sebab bisa membuat misi dan tujuan sebenarnya dari organisasi, terbongkar ke mata dunia.

Empat hari kemudian, dengan mengabaikan semua kepelikkan yang sedang terjadi, pasangan baru belum terikat pernikahan ini, memulai pelarian tanpa berpikir panjang akan bersembunyi di mana.

Lagi, mereka harus berpindah-pindah kapal. Sekarang keduanya ada di sebuah kapal samudra. Bermodal koneksi di bawah tangan, Cristhian berencana membawa Evelin ke negara yang mungkin takkan diperkirakan sebagai tempat persembunyian. Hanya itu pilihan yang tersisa.

Terlebih Daniel sang kakak, melakukan kerja sama dengan beberapa orang bertaring mengerikan yang mempunyai kursi di masing-masing negaranya. Entah sosok balik layar atau tidak, mereka menawarkan bantuan, mengingat Presiden Jason tak hanya punya nama di mata orang-orang tertentu.

Sekarang, tampak seorang gadis kondisinya tidak baik-baik saja. Evelin mual. Apa pun sajian di depan mata yang diantar pelayan terasa menjijikan. Aroma orang-orang di sekitar sangat tak mengenakkan. Sudah berulang kali ia ke kamar mandi. Memuntahkan segala yang bisa lolos di mulut. Rasanya, diri tak ingin keluar dari sana.

“Evelin! Kamu kenapa?” Cristhian panik melihatnya. Dielus lembut punggung gadis muda itu demi kebaikannya.

“Aku tidak tahu!” Lagi-lagi ia mual.

“Kamu tunggu di sini,” Cristhian pergi terburu-buru saat menyadari ada yang mengetuk pintu kamar.

Tak ada siapa-siapa, kecuali sebuah surat dan obat di depan pintu masuk. Dibukanya surat itu.

Jadilah pintar. Robert takkan mengampunimu. Bunuh anak itu, sebelum dia yang membunuhmu. Kau masih bisa kembali, dan aku akan melakukannya untukmu.

Ms

Hanya sebuah kalimat singkat yang membuat Cristhian Ronald membeku. Dicengkeramnya surat itu sambil mata menatap tajam pada obat di tangan. Rasanya, waktu dan keadaan sedang tidak memihaknya.

“Kak Cris? Ada apa?” tampak Evelin mendekat dengan wajah basahnya.

“Evelin.”

“Ada apa?” matanya teralihkan dengan apa yang ada di tangan Cristhian. “Apa itu?” sambil merebutnya.

“Evelin!”

“Ini!” sang gadis tersentak. Debaran jantung seakan berteriak, apa yang ia takutkan benar-benar terjadi. Segera Evelin keluar kamar menatap sekelilingnya.

Tak ada siapa-siapa, kecuali bar waiter dan pelayan kabin dengan setelan terbaik muncul di ujung sana berbincang santai dalam pekerjaannya.

Ditatap lekatnya, mencoba memastikan apakah mereka sosok mencurigakan atau tidak. Tiba-tiba, Cristhian Ronald menariknya masuk ke kamar.

“Kak!”

“Jawab aku, Evelin. Apa kamu akan membunuh anakku?” sambil mencengkeram erat lengan gadis itu.

“Apa maksudmu? Aku tidak hamil!”

“Berhenti bersikap polos. Kita sama-sama tahu kalau mualmu itu tanda kamu hamil. Apa perlu kucarikan test pack untuk membuktikannya? Atau menyeretmu menemui dokter kapal?” Rahang menegas, raut menekan, sang gadis dibungkam oleh ekspresinya. “Jawab aku, Evelin!”