webnovel

Pernikahan yang Ku Sesali

Lydia Minora Tan adalah seorang wanita muda cantik dan sukses, di usia 25 tahun dia sudah mendapat berbagai gelar mentereng seperti B.A, MBA, PhD. Diusia 16 tahun dia sudah lulus SMA karena 2 kali ikut program kelas akselerasi di SMP dan SMA. Sebagai anak orang terkaya di daerah Jogja, dia juga mewarisi banyak perusahaan dari ayahnya. Prestasi cemerlang di pendidikan berbanding terbalik dengan kehidupan percintaannya. Lydia sama sekali belum pernah pacaran. Sebagai penganut kristiani yang sangat ketat dan taat, keluarganya tidak memperbolehkan ia berpacaran karena takut terjerumus ke dalam dosa. Lydia yang baru berusia 25 tahun sudah menjabat sebagai direktur utama di salah satu anak perusahaan milik keluarganya. Sebagai keluarga kaya dan terhormat, Hariyanto Tan, ayah Lidya, sangat menjaga citra keluarganya. Sehingga diusia 25 tahun, merupakan usia wajib sudah menikah bagi wanita di keluarga Tan. Begitupun dengan Lydia, dia pun diharuskan menikah dengan laki-laki pilihan keluarganya apabila ingin mendapat jatah warisan keluarga. Sebagai anak satu-satunya di keluarga Hariyanto Tan, mau tidak mau mengikuti perintah ayahnya untuk menikah dengan Ardi, anak angkat dari William Wongso. Walaupun Ardi hanya anak angkat, tetapi William sangat sayang kepada Ardi, itu dikarenakan Ardi adalah anak dari adik perempuan Wiliam yang meninggal bersama suami dan anak bungsunya karena pesawat yang ditumpangi mengalami kecelakaan. Selain itu William yang juga ditinggal meninggal oleh istri dan anak perempuan semata wayangnya akibat tersapu tsunami saat liburan di Puket tahun 2004 membuat Ardi menjadi satu-satunya ahli waris William apabila dia meninggal. Namun Ardi yang dari luar terlihat sempurna sebagai seorang dokter yang baik dan penuh perhatian rupanya aslinya adalah seorang playboy kelas kakap dan egois. Setelah 2 tahun menikah dan dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik jelita, sifat Ardi yang sebenarnya mulai muncul Apakah yang akan dilakukan Lydia? Apakah akan mempertahankan pernikahannya demi nama baik keluarga atau bercerai dengan Ardi?

Aprock410 · Urban
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

Resepsi

[Hi.. Kamu dmn? kbrin kl uda smp smrg] whatsapp dari Ko Ardi menanyakan aku dimana.

[Sudah sampai Ko.. Ini sedang menuju crown] balasku.

[Ooo.. Uda sampai.. Sama siapa tadi ke sini? Sendiri?] tanya Ko Ardi lagi via whatsapp.

[Brg temen, naek bus, td dia turun di ungaran] tulisku membalas whatsappnya dengan berbohong.

[Ok.. Kalau uda sampe Crown, kabari ya. W nanti turun] tulis Ko Ardi kepadaku minta dikabari.

[Ok] jawabku singkat menutup pembicaraan kami lalu memasukan kembali hpku ke sling bagku.

‐-------

"Halo Ko.. Aku uda sampe" teleponku ke Koko Ardi saat sudah di lobi hotel.

"Ok.. Aku turun. Tunggu sebentar ya" jawab Koko Ardi.

Setelah 10 menit Ardi turun hanya menggunakan towel gown menutupi tubuhnya.

"Hai Ko.. Ko cuma pakai towel gown? tanyaku saat dia mendekat.

"Iya.. baru selesai mandi" jawab Koko singkat.

"Ini kunci kamarmu, di 510, mau aku temenin ke kamar?" tanyanya sembari menyerahkan kunci.

"Ngga usa Ko.. Aku capek mau istirahat sesampai di kamar" jawabku.

"Ok.. O iya.. Uda makan?" tanya Ko Ardi lagi.

"Uda tadi dijalan"jawabku singkat

"Ok.. Selamat istirahat kalau begitu" ujarnya tersenyum padaku.

‐-------

Aku merapihkan baju- bajuku setelah aku selesai mandi membersihkan badanku setelah menemani Budi ke bandara. Sudah dua setengah jam sejak Budi masuk ke bandara, namun belum ada kabar sama sekali darinya membuatku cemas. Saat aku mulai gelisah, iphoneku berdering, aku segera berlari mengambil handphoneku itu di dalam sling bag hitam channelku untuk melihat siapa yang menelepon. Rupanya yang meneleponku persis seperti yang aku harapkan, nama Budi muncul di panggilan masuk, aku dengan gembira menekan tombol 'jawab' di handphoneku untuk menerima teleponnya.

"Halo sayangku" sapaku di telepon

"Halo cintaku" jawab suara yang aku rindukan walau hanya 2 jam setengah terpisah dengannya.

"Kok kamu jahat, uda lama banget ga kasi kabar" ujarku merajuk.

"Iya.. Maaf ya sayangku, aku baru sampai di bandara, baru bisa menyalakan hp, makanya baru bisa menghubungi kamu" ujarnya.

"Oh iya.. Kamu rencana menunggu dimana Sayang? Kan pesawat kamu baru terbang jam 1 pagi ke London?" tanyaku pada Budi.

"Biasa.. Di mushola, sekalian tilawah" jawab Budi santai.

"Tilawah itu apa?" tanyaku bingung

"Baca kitab suci sayang" jawab Budi singkat.

"Ooo.. Apa ga capek, nunggu di mushola?" tanyaku kwatir.

"Ngga.. Uda biasa kok. Lagian cuma nunggu 2 jam saja kok" ujarnya.

"Ok.. Kalau kamu bilang begitu." jawabku

"Kamu lagi apa sayangku?" tanya Budi padaku.

"Abis mandi sayang.. Ini lagi beres- beres pakaian." jawabku.

"Oh iya.. Terus kamu pulang ke Jogja kapan? Naik apa? Kamu belum kasi tahu apa- apa sama aku."

"Besok sayang, abis dari nikahan teman anak papa yang aku bilang. Naik travel, kan kamu udah ajarin aku caranya kemarin" jawabku menjelaskan pada Budi.

"Ok.. Baguslah" jawab Budi singkat.

"Iya, kamu ga ngantuk baca kitab suci malam- malam sayang?" tanyaku.

"Justru baca kitab suci supaya aku tidak mengantuk, nanti di pesawat baru aku istirahat" ujarnya menjelaskan

"Ga mau aku temenin via telepon?" tawaku padanya.

"Jangan.. Kamu butuh istirahat.. Biar aku baca kitab suci saja" ujarnya.

"Ya udah kalau itu maumu" ujarku.

"Kamu belum ngantuk?"

"Sebenarnya sudah si, tapi nunggu kabar kamu dahulu makanya aku beberes pakaian" ujarku.

" Kalau begitu kamu istirahat ya.. Aku ga mau kamu sakit.. Kalau sakit, aku sedih dan kwatir disini. Kamu ga mau aku kwatir kan?" tanya Budi padaku.

"Ngga dong.. Aku ga mau"jawabku.

"Bagus.. Ya uda kalau gitu, sekarang kamu bobo ya, kalau besok aku sudah sampai London aku kabari kamu" pinta Budi padaku.

"Ok sayang.. Kalau begitu aku bobo dulu ya.. Love you.." ujarku.

"Love you too" jawabnya lalu memutuskan hubungan telepon kami.

Setelah selesai berbicara dengan Budi, aku pun bergegas naik ke ranjang hotel, memasang alarm weker jam 6 pagi lalu mematikan lampu kamar agar aku bisa nyaman beristirahat sesuai permintaan Budi di telepon.

‐-------

Paginya aku berdandan secantik mungkin karena akan ke acara resepsi temannya Ko Ardi. Aku menggenakan off shoulder wrap maxi dress hitam rancangan Sapto Djojokartiko, dan sendal ankle strap dengan heels setinggi 5 cm warna hitam saint laurent. Sedangkan untuk rambut aku tata model pramugari dengan bentuk cepol dan memakai tiara dari permata.

Setelah selesai berdandan aku duduk santai di lobi menunggu Ardi untuk turun. Setengah jam kemudian Ardi turun menggunakan tuksedo hitam, dan segera menghampiriku yang duduk di sofa lobi hotel bermain handphoneku.

"Pagi Lydia.. Kamu cantik sekali pagi ini" sapa Ko Ardi padaku.

"Terimakasih Ko, kamu juga tampak gagah dan rupawan dengan tuksedo hitammu" ujarku memuji penampilannya Ardi.

"Terimakasih, yuk kita berangkat ke acara pemberkatan nikah temanku di vihara Mahabodhi jam 9 pagi ini acaranya." ajak Ardi untuk meninggalkan hotel menuju ke tempat pemberkatan yang kira- kira berjarak 3-4 km dari hotel tempat kami menginap.

Rencananya setelah acara pemberkatan selesai dari jam 9 sampai jam10.30 siang, maka acara dilanjutkan ke pesta resepsi yang akan diadakan di grand ballroom Crown Plaza Hotel jam 13.00 sampai selesai. Kami berdua berangkat ke vihara menggunakan rental mobil yang disewa Ardi.

‐-------

Setelah mengikuti acara pemberkatan pernikahan dengan hikmat kami berdua lalu bergegas ke hotel kembali. Perjalanan hanya membutuhkan 20 menit, karena jarak yang tidak begitu jauh walau agak macet. Setelah sampai ke hotel aku izin kepada Ardi untuk ke kamar sebentar untuk meretouch makeup-ku sebelum menghadiri acara resepsi.

Saat aku memperbaiki makeupku, dari handphone ku masuk notifikasi pesan whatsapp baru. Aku menghentikan kegiatanku lalu membuka pesan whatsapp handphoneku, rupanya pesan dari papa.

[Kamu kapan kembali nak?] tanya papa di pesan itu.

[Rencananya besok pagi bersama Ko Ardi, Pa] tulisku membalas pesannya papa.

[Naik apa?] tanya papa kepadaku.

[Kata Ko Ardi, naik travel Pa] jawabku di pesan whatsapp.

[Ok.. Kamu setelah sampai Jogja pulang dulu atau langsung ke kantor?] Papa menanyakan rencanaku setelah sampai di Jogja.

[Kantor lha Pa.. Aku besok ada rapat dengan pihak pemkot terkait perpanjangan izin usaha Pa.] ujarku menjelaskan.

[Ok.. Papa kira kamu lupa. Besok papa juga akan hadir, nanti kita urus bersama] tulis papa di whatsapp.

[Iya Pa.. Pa, udahan dulu ya, aku lagi dandan, nanti kasihan Ko Ardi kelamaan nunggu dibawah] tulisku menerangkan situasiku kepada papa.

[Ok.. Have fun with him.. Bye.. JBU] tulis papa membalas whatsappku.

Aku meneruskan meretouch makeup ku, setelah aku lihat sudah lebih fresh aku pun turun ke lobi untuk menemui Ardi kembali.