webnovel

Pernikahan Sementara

Arsyilla Ayunda, gadis menawan yang baru berusia 17 tahun. Gadis itu baru merasakan yang namanya masa puber. Ya … dia telat merasakan puber karena sifatnya yang terlalu kekanakkan, tapi tidak manja. Lagi senang-senangnya mengenal cinta, Cia (panggilan akrabnya) harus menerima kenyataan pahit, almarhum kakeknya yang telah meninggal beberapa tahun silam meninggalkan wasiat yang membuatnya ingin hilang dari muka bumi. Wasiat gila itu berisikan tentang perjodohannya dengan seorang pria yang memiliki selisih usia sepuluh tahun darinya (udah pasti si pria yang lebih tua). Bahkan perjodohan itu sudah terjadi saat dirinya masih menjadi benih dalam kandungan sang ibu. Sialnya lagi ‘situa bangka’ (julukkan Cia untuk pria yang dijodohkan dengannya) itu adalah guru sekaligus kepala sekolahnya. "Saya, nggak mau nikah sama BAPAK!” "Kamu pikir Saya mau?" "Kalau gitu ngomong dong! Jangan diem aja kayak ban kehabisan angin." "Saya tidak mau membuang energi, tidak merubah apapun." * Mahardhika Addhipratma Sanjaya, pria berusia 27 tahun, memiliki wajah tampan dan tubuh sempurna. Pria berkepribadian dingin itu di paksa menikah dengan remaja labil, cucu dari sahabat kakeknya. Bisakah dia menjalani perjodohan ini? Mampukah dia bertahan demi tujuan tersembunyinya? Lalu bagaimana dengan Cia? Bisakah gadis itu melewati cobaan ini dengan waras? Gadis barbar itu menganggap kisah hidupnya seperti sinetron azab. Dimana dirinya terkena karma karena terlalu sering berganti pacar. 'Oh, Tuhan! Bisakah Engkau membuatku menjadi zigot lagi?’ jerit batin Cia. Nikmati kisah mereka yang akan membuat kalian tertawa, menangis, sedih dan juga bahagia. Pastinya baper parah ....

Ardhaharyani_9027 · Urban
Zu wenig Bewertungen
638 Chs

Kenapa? Bosan?

Dhika bangkit dan mengambil sarapan mereka. Pagi ini sengaja Dhika pesannya steak, dia ingin Cia makan-makanan berat. Pendamping steak ada kentang, dan sayuran rebus serta jagung yang sudah di iris dan di bumbui saus garlic dengan taburam daun ketumbar.

"Nggak ada nasinya?" Cia minum air putih lalu jus jeruk untuk menetrlakan perutnya dulu.

"Ini kurang?" Menurut Dhika posrsinya udah banyak. Lagipula sejak kapan steak makam pakek nasi?

"Kalau ada nasik kan lebih enak, berasa makan daging semur." Dhika menggeleng mendengar itu.

"Dua jenis makanan itu berbeda."

"Bagi saya sama aja. Nggak masalah dong." Dia mulai menyantap sarapannya. Lumernya daging buat lidah menari-nari. Belum lagi mash potatoes yang udah di bumbui, rasanya enak sampe ke langit ke tujuh.

"Chefnya pinter banget masak. Sesuai selera saya." Puji Cia. Dia makan pagi lahapnya kaya habis nguli.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com