Tanpa berpamitan sama William, Dhika langsung membawa Cia pergi dari cafe tersebut bahkan Cia nggak sempat nyamber kopi sama cemilannya yang ada di atas meja, padahal masih banyak kan sayang mubazir. Dia cuma bisa menatapnya dengan-- nanar.
Ok, bagian itu lebay.
"Kenapa buru-buru kayak di kejar hantu?" Langkah Cia jadinya cepat untuk menyamai langkah suaminya yang lebar karena kakinya yang panjang.
Dhika tidak menjawab, dia tetap berjalan dengan langkah yang lebar dan tangan semakin kuat menggenggam pergelangan tangan Cia. Gadis itu melihat suaminya menahan marah.
'Nampaknya emang terjadi perang' batinnya.
Begitu sampe mobil, Boy langsung membukakan pintu untuk Cia sementara Dhika langsung masuk dari pintu satunya. Boy yang paham dengan raut wajah bosnya langsung menutup kabin.
"Bapak ribut? Perang dunia?" Tanya Cia dengan polos. Dhika menatapnya tanpa mengatakan apapun, dia langsung mencium bibir istrinya yang berani bicara dan tersenyum pada pria lain.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com