webnovel

Pernikahan Pura-pura (lanjutan dari akun ayla_amethyst)

Chloe terbangun di ranjang rumah sakit dan kehilangan memorinya selama tiga tahun terakhir. "sayang kamu sudah bangun" "siapa kamu ?" "aku suamimu" Chloe mengamati pria tampan yang menatapnya dengan cemas. "aku pasti mimpi, aku tidur lagi" katanya lalu merebahkan dirinya, menutup matanya sambil berpikir 'lelucon apa ini, kenapa setelah bangun dari pingsan dia langsung menjadi istri orang asing, bagaimana dengan Andrew tunangannya ???? aahh....ini pasti mimpi"

Nilam_Kurniawati_6896 · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
85 Chs

Ooopss......Apakah Kami Mengganggu ?

Marco akhirnya mengabaikan adik lelakinya, lalu menoleh pada istrinya dan tersenyum lembut sambil menyodorkan cup kopi di depannya "kalau begitu minumlah punyaku" katanya dengan suara yang cukup bisa di dengar oleh seisi ruangan.

Mendengar Pak Marco menyodorkan minumannya ke orang lain terlebih itu seorang gadis membuat para pegawai malang itu bergidik ngeri, apakah ada sesuatu yang buruk yang akan terjadi ? bukankah selama ini pak Marco terkenal sebagai pria penyendiri yang tidak suka barang-barang pribadinya di sentuh oleh orang lain, apa lagi kalau orang yang menyentuhnya berjenis kelamin perempuan, beliau akan memandang wanita yang telah menyentuhnya dengan hina dan akan menyingkirkannya tanpa ada rasa belas kasihan, tapi sekarang dia secara suka rela menyerahkan cangkir kopinya kepada seorang gadis, bisakah seseorang menjelaskan, apakah dunia akan runtuh ?.

Jocelyn menatap Chloe dengan mata yang sanggup membunuh orang di depannya, dengan nada penuh kebencian dia melontarkan pertanyaan pada Chloe "kenapa kamu ada di sini ? kamu hanya seorang pelayan di coffee shop, kamu tidak punya hak untuk ikut duduk di sini" geram Jocelyn tanpa menyembunyikan kebenciannya lagi di depan Marco, dia dengan sengaja menyebutkan pekerjaan Chloe untuk menunjukkan pada semua orang bahwa dia hanya pegawai rendahan yang bahkan lebih rendah dari pada semua pegawai yang hadir saat ini.

Dan reaksi peserta rapat sesuai yang dia harapkan mereka langsung saling pandang 'pelayan ?'

"aku yang membawanya ke sini, apa ada yang keberatan ?" kata Marco santai tanpa melirik Jocelyn sedikit saja.

Chloe meraih cup kopi di depannya menyeruputnya sambil melirik Jocelyn lalu meraih tangan suaminya dan berkata dengan senyum manis yang menunjukkan lesung pipinya "terima kasih sayang kopinya"

Jocelyn menatapnya dengan api berkobar di matanya, 'dia sengaja mengatakan itu' geram Jocelyn.

Sekali lagi para pegawai saling pandang dengan mata penuh gosip 'sayang ? oh gosh apakah mereka tidak salah dengar ?'

Marco menatap istrinya dengan lembut dan menepuk kepalanya "Laura berikan dia beberapa kertas dan pulpen" perintah Marco tanpa mengalihkan matanya dari istrinya.

"tidak perlu, aku bisa pakai ponselku" jawab Chloe sebelum Laura menyerahkan kertas, lalu dia mengeluarkan pen dari ponselnya "kalian bisa mulai rapatnya, abaikan saja aku, anggap aku tidak ada" kata Chloe sambil menyamarkan keberadaannya dengan menunduk dan mulai mencoret-coret di ponselnya.

"kalian sudah dengar ? ayo mulai rapatnya" kata Marco mengulangi perintah istrinya.

Peserta rapat bengong untuk beberapa saat atas sikap Marco, apakah pak Marco makan sesuatu yang membuat otaknya en....sedikit tidak beres hari ini ?. Tapi itu hanya beberapa saat saja karena Jocelyn segera memulai rapat dengan amarah yang masih berkobar di matanya.

💞💞💞💞💞

Chloe benar-benar duduk tanpa suara dan benar-benar bisa menyamarkan keberadaannya seolah dia tidak ada di situ.

Meski Chloe tampak tak peduli dengan lingkungan sekitar namun Chloe mendengarkan dengan seksama, dan setiap ada yang menyampaikan ide yang menarik perhatiannya dia akan meliriknya lalu menggambarnya di ponselnya.

Marco menatap istrinya tak berkedip seakan di ruangan itu hanya dia dan istrinya. Setiap gerakan sekecil apa pun yang di buat istrinya dia memperhatikannya.

Meski menunduk tapi Chloe bisa merasakan bahwa Marco tengah menatapnya seolah ingin menelannya bulat-bulat. Tidak tahan dengan tatapan suaminya yang mencolok Chloe mengirim pesan ke ponselnya tanpa mengangkat kepala

[berhenti memelototiku]

Merasakan ponsel di dalam kantong jasnya yang dia sampirkan di kursi bergetar Marco mengambilnya, membaca pesan istrinya dan membalas

[sebenarnya aku tidak ingin memelototimu, yang aku inginkan memakanmu 🥰]

[apa sebenarnya isi kepalamu 😒]

[isi kepalaku 🤫, kamu 😘😍]

[🤮🤮🤮]

[bagaimana pendapatmu tentang rapat ini, tema mana yang menurutmu paling menarik ?]

[temanya semua biasa, yang aku bilang tempo hari masih lebih oke, tapi saran untuk pegawai perempuan yang mendapat nomor undian bisa makan malam dengan anak bos yang masih lajang boleh juga]

[apa kamu menjual suamimu ? 😡]

[apa IQmu turun ?]

[??????]

[apa kamu masih lajang ? 😒]

[😘aku sudah sold out🥰, bagaimana kalau acara ulang tahun perusahaan kita gabung dengan resepsi pernikahan kita ?]

[tidak !, resepsi adalah urusan pribadi kenapa harus melibatkan perusahaan]

[kami tidak mau mengesahkan pernikahan kita ?]

[IQmu pasti turun karna kurangnya nutrisi otak, pernikahan kita sudah sah di depan agama dan pemerintah, dan itu cukup]

[lalu bagaimana kamu mengumumkan pada dunia bahwa aku lelaki milikmu ?]

[apa cincin di jarimu yang terukir namaku itu tidak cukup menunjukkan bahwa kamu milikku ?]

[😚😚😚😚😚]

Rapat berakhir dan semua orang mulai meninggalkan ruangan satu persatu sambil melirik penasaran pada Chloe. Di dalam ruangan tersisa Marco, Jason, Chloe dan Jocelyn.

"Marco" panggil Jocelyn "aku mau bicara denganmu" kata Jocelyn sambil melirik Chloe

"hmmm...."jawab Marco dengan malas

"aku keluar dulu.....selesaikan urusan kalian" Chloe berjalan keluar sambil menunjukkan jari manisnya pada suaminya dengan mata mengancam.

Menanggapi kode istrinya, Marco mengerlingkan sebelah matanya.

Setelah pintu tertutup dan tinggal mereka berdua Jocelyn langsung menyuarakan keluhannya "Marco apa maksudmu membawa orang luar dalam rapat perusahaan ?"

"siapa maksudmu ?" jawab Marco pura-pura bodoh

"tentu saja Chloe" sergah Jocelyn

"dia bukan orang luar, dia istriku" jawab Marco acuh

"Apa dia yang memintamu untuk masuk ke dalam perusahaan ?" tanya Jocelyn "Marco apa kamu tidak menyadari dia itu licik, dia perempuan miskin dengan latar belakang yang tidak jelas, dia menikahimu karna mengincar hartamu, dia tidak layak untukmu" mata Jocelyn memerah karna emosi

"heh....tidak semua perempuan seperti kamu dan ibumu, menikahi laki-laki hanya karna dia kaya.....sekarang aku mau bertanya padamu, kamu tidak memiliki saham di perusahaan ini, bagaimana kamu bisa menjadi direktur ? trik apa yang kamu lakukan yang membuat om Surya memberikan jabatan itu padamu ?...Jocelyn aku tau niatmu jadi jangan bermain trik denganku, dan aku peringatkan kamu jangan mencoba trik apa pun untuk mencelakai istriku, aku tau kamu adalah orang di balik penculikannya dan aku punya bukti, jadi aku menyarankan lebih baik kamu lari ke luar negeri dan jangan pernah kembali ke Indonesia lagi, kalau tidak aku akan memenjarakanmu dan memastikan kamu tidak akan pernah keluar" kata Marco dingin, lalu dia meninggalkan Jocelyn yang memucat.

💞💞💞💞💞

Marco masuk ke dalam ruangannya dan melihat istrinya berdiri di depan jendela kaca menatap ke luar membelakangi dirinya.

Dengan langkah pelan dan ringan Marco mendekati istrinya dan mengulurkan tangannya berniat memeluknya, namun tepat saat tangannya melingkari badannya, Chloe menurunkan badannya untuk mengindari pelukan, dan malangnya rambutnya tersangkut di resleting celana Marco.

Dengan posisi jongkok Chloe mencoba menarik rambutnya tapi tidak berhasil, semakin dia berusaha menarik malah membuat rambutnya makin kusut.

Marco menurunkan punggungnya mencoba membantu istrinya tapi Chloe berteriak

"ah....kamu diam saja, kalau kamu nunduk rambutku makin tertarik dan itu menyakitkan"

Jadi Marco kembali menegakkan badannya "lalu apa sekarang yang harus kita lakukan ?" tanya Marco cemas, dia tidak mau menyakiti istrinya

"kamu berdiri saja, aku akan mencoba melepaskannya dengan tanganku, menguraikannya satu persatu" jelas Chloe, lalu dia membalik badannya.

Marco menunduk menatap kepala istrinya yang berada tepat di depan selangkangannya dan tangannya kecilnya berada di resleting celananya. Sejujurnya kalau orang lain melihat posisi mereka saat ini tidak akan bisa di salahkan kalau mereka salah paham.

Setelah sepuluh menit berlalu Chloe masih belum berhasil melepaskan rambutnya, tangan dan lututnya mulai terasa pegal, keringat mulai muncul di keningnya.

"bagaimana kalau di gunting saja ?"

"tidak....tidak.....jangan coba-boa menggunting rambutku" ancam Chloe

"lalu apa ada solusi yang lain ?"

"lepaskan celanamu"

"apa kamu yakin ?" tanya Marco ragu,

Chloe mendongak menatap mata suaminya lalu kembali menunduk dan meraih resleting celana suaminya.

"aaahhhh.....pelan-pelan" teriak Marco

"diamlah, aku tidak akan menyakitimu"

Chloe berkonsentrasi menarik resleting sedikit demi sedikit sambil melepaskan rambutnya helai demi helai.

"masih lama ?" Marco kembali bertanya

"jangan berisik aku hampir berhasil" gumam Chloe tanpa mengalihkan matanya dari resleting.

"aahhh....pelan-pelan jangan pegang sembarangan" protes Marco

"berisik" sergah Chloe tidak sabar

Tepat saat resleting sampai di bawah rambut Chloe berhasil terlepas, saking senangnya mereka berteriak bersama

"yes !"

"yes !"

Lalu Chloe duduk untuk meluruskan lututnya dan mengangkat kepalanya menatap pintu, Marco memperbaiki resleting celananya dan berbalik.

Di ambang pintu berdiri Ny. Suri, Ny. Kim dan Jocelyn dengan wajah syok. Entah sudah berapa lama mereka berdiri di situ dan berapa banyak yang mereka lihat.

Pelan-pelan senyum ambigu muncul di bibir Ny. Suri dan dia berkata "ooopppsss......apakah kami mengganggu ?"

Marco dan Chloe merespon bersamaan

"en...."

"en...."

Sekarang mereka bingung apakah perlu meluruskan ke salah pahaman atau tidak.