webnovel

Permainan cinta (Annabela)

Balas dendam adalah tujuan utama Annabela saat ini. Rasa kecewa dan  sakit hati yang dialaminya tidak akan bisa terobati begitu saja. Annabela sangat membenci  Axton. Laki-laki yang  sudah membuat hatinya hancur. Axton tidak datang di saat acara lamaran yang sudah ia janjikan. Axton adalah laki-laki yang sudah menghancurkan harapan Annabela. Laki-laki yang sudah menabur garam diatas luka. Laki-laki yang sudah membuat hati Annabela seperti disayat-sayat oleh tusukan ribuan pedang. Hingga saat ini Annabela tinggal dipusat kota Jakarta. Ia merubah penampilannya menjadi lebih cantik dan lebih berkelas. Pada hari yang tidak disangka, Annabela bertemu sama laki-laki yang bernama Brandon Carlos, laki-laki yang terkenal sombong dan selalu menganggap dirinya paling sempurna. Brandon Carlos adalah laki-laki yang memiliki wajah tampan, cerdas dan kaya raya. Tapi, satu kekurangannya, ia belum pernah jatuh cinta. Karena sikapnya yang terlalu dingin dan mendomisi membuat semua wanita yang mendekatinya mundur sebelum melangkah. Hingga saat ini usia Brandon sudah 34 tahun, ia bahkan belum kepikiran untuk menikah. Siapa sangka pertemuannya dengan Annabela membuat dunia Brandon terasa berbeda. Brandon jatuh cinta sama Annabela pada pandangan pertama. Brandon seperti orang gila, ia tidak bisa tidur dengan tenang. Wajah Annabela selalu terbayang-bayang. Brandon memutuskan untuk mencari tahu tentang Annabela. Ia akan melakukan segala cara agar Annabela menjadi miliknya. Akankah Annabela bisa membalaskan dendamnya,? Dan bagaimana juga dengan Brandon Carlos? Apakah dia mampu meluluhkan hati Annabela?? ................................................................................ Temukan jawabannya dengan mengikuti setiap bab di novel ini. Kalau kalian suka, jangan lupa dukung novel ini dengan memberi Power Stone sebanyak-banyaknya. Dan tulis pendapat kalian di kolom review dan kolom komentar agar saya bisa memperbaiki yang salah. Satu Power Stone dan komentar atau review daru kalian adalah penyemangat saya untuk menulis. Happy Reading!

Linayanti · Urban
Zu wenig Bewertungen
41 Chs

Aku akan mengikuti kamu

"Maafkan saya Tuan!! Karena saya pikir Tuan Lebih mengetahui terlebih dahulu daripada saya"

"Arghhh ... Sial!!" Batin Axton, ia mengigit jari-jemarinya.

"Jam berapa Tuan besar mau datang?"

"Untuk waktunya saya kurang tahu Tuan. Karena Tuan besar ingin datang secara tiba-tiba. Sepertinya Tuan besar mempunyai tujuan tertentu"

Axton semakin resah, pikirannya menjadi tidak tenang.

"Kalau begitu kamu jalankan mobilnya dengan lebih cepat, saya tidak mau jika sampai Tuan besar tahu saya datang terlambat sampai kantor"

"Baiklah Tuan"

Asisten Lusi menggunakan kecepatan tinggi, ia tidak perduli meskipun banyak kendaraan di sepanjang perjalanan. Asisten Lusi sangat pandai dalam mengendarai mobil, makanya Axton sangat percaya kepada dirinya.

Tiba-tiba terdengar suara deringan handphone Axton. Ia mengambil handphone dari dalam saku jaznya, ia melihat nomor Stella.

"Bukankah dia lagi ngambek?" Batin Axton. Ia kemudian mengabaikan panggilan istrinya. Karena ia sangat malas sekali mendengar ocehan Stella.

Beberapa menit kemudian Stella kembali menelpon Axton, ia tidak akan berhenti menghubungi Axton sampai ia benar-benar menjawab panggilannya.

📞"Halo!!" Jawab Axton.

📞"Sayang kamu lagi Dimana?" Tanya Stella "Kenapa kamu tidak memberitahu aku kalau kamu pergi  ke kantor hari ini" Lanjut Stella.

📞"Aku lagi di perjalanan, nanti aku telpon kembali setelah sampai kantor"

Tanpa basa-basi Axton menutup telponnya. Melihat sikap Tuannya membuat Lusi menjadi Aneh. Semenjak pertemuan Axton dengan gadis yang tadi, ia menjadi sensitif.

Tanpa menunggu waktu lama, Axton dan Lusi sampai di kantor. Dengan segera Lusi membukakan pintu mobil untuk Axton. Setelah itu ia mengikuti langkah Axton dari belakang.

Sambil merapikan Jaznya, Axton meminta Lusi untuk menutupi kejadian yang tadi. Karena Axton tidak mau jika Lusi sampai membocorkan rahasianya.

"Saya minta kamu jangan sampai menceritakan kejadian yang tadi kepada siapapun" Pesan Axton.

"Baik Tuan" Jawab Lusi.

"Dan satu lagi!!" Lanjut Axton sambil berhenti berjalan.

"Apa Tuan?"

"Apakah kamu sudah memperbaiki berkas yang kemarin?"

"Sudah Tuan! Semuanya sudah saya rubah"

"Bagus kalau begitu" Axton kembali melanjutkan langkahnya.

Beberapa karyawan yang melihat dirinya menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.

Ruang pribadi Axton.

Didalam ruangan ini, tidak ada karyawan yang boleh masuk sembarangan. Hanya orang-orang tertentu yang diizinkan. Karena ini merupakan ruangan tertutup.

Jauh berbeda dengan Lusi, ia di bebaskan masuk. Meskipun begitu Lusi tetap menjaga etika.

"Sebaiknya sekarang kamu keluar, kamu atur meteeng hari ini"

"Baik Tuan!!"

Lusi pergi meninggalkan ruangan Axton, ia melihat ruang rapat ternyata belum ada persiapan sama sekali. Lusi merasa kesal, ia mencari beberapa karyawan yang di tugaskan kemarin. Lusi marah kepada mereka, karena tidak menjalankan tugasnya dengan baik.

"Dimana tim Kalian? Bukankah saya sudah memerintahkan Kalian untuk mengatur semuanya? Saya melihat aturan kursi dan mejanya tidak ada yang tertata dengan rapi"

"Maafkan saya nyonya, saya sudah mengatur semuanya dengan baik. Saya juga bingung siapa yang sudah membuat ruangan itu berantakan lagi" Ucap salah satu karyawan itu.

"Pokoknya saya tidak mau tahu alasannya. Saya memberikan Kalian waktu Lima menit untuk merapikan semuanya. Ingat jangan sampai ada yang berantakan"

"Baik Nyonya, kami akan segera melaksanakan tugas"

Lusi menghelai napas panjang, karena pagi ini ia benar-benar merasa capek. Belum mengurus masalah yang lainnya juga.

Menjadi asisten harus siap siaga dan harus mempunyai tanggung jawab yang tinggi. Kelihatannya memang Santai, tetapi sangat menguras tenaga dan pikiran.

Sedangkan Annabela masih bersama Brandon didalam mobil "Sepertinya aku pernah melihat gadis itu?" Batin sekertaris Neron.

Ia memang pernah bertemu di tempat makan, tetapi Neron tidak ingat.

"Sebaiknya saya turun di sini saja" Ucap Annabela secara spontan.

Neron langsung menghentikan mobilnya secara spontan. Annabela langsung membuka pintu mobil dan keluar begitu saja "Terimakasih sebelumnya" Ucap Annabela Lewat kaca mobil.

Brandon kesal sekali sama sikap Annabela, seharusnya ia bisa berbicara dengan santai dulu.

"Gadis aneh!! Kenapa dia tidak mengerti sama sekali tujuan saya" Batin Brandon.

Ia langsung kabur dengan langkah kaki yang sangat cepat "Hari ini benar-benar Sial. Aku harus menelpon Reni" Gumam Annabela.

"Tuan selanjutnya kita pergi kemana?" Tanya Neron.

Ternyata Brandon tidak mendengarkan perkataan Neron, kedua bola matanya masih mengarah ke arah luar.

"Tuan  apakah anda baik-baik saja?" Tanya Neron.

Tersadar Brandon langsung menjawab "Tidak ada!! Apakah kamu mengenal wanita yang tadi?" Tanya Brandon.

Sekertaris Neron menggelengkan kepalanya "Saya tidak mengenalnya Tuan!! Tapi sepertinya saya pernah bertemu sama Nona yang tadi, tapi saya lupa dimana?" jawab sekertaris Neron.

"Sebaiknya kamu ikuti dia kemana perginya" Perintah Brandon.

"Mengikuti Nona yang tadi?"

"Ya!!"

"Baiklah Tuan"

Sekertaris Neron menghidupkan mobilnya kembali, ia mengikuti Annabela sesuai perintah Brandon.

"Aneh sekali!! Untuk apa Tuan mengikat Nona itu? Apakah dia ada hubungan?" Batin sekertaris Neron bertanya-tanya.

Karena ia memiliki pekerjaan yang lebih penting daripada harus mengikuti seseorang yang tidak di ketahui.

Tapi Annabela masuk melewati gang kecil "Tuan nona itu masuk melalui jalan Kecil, sepertinya mobil kita tidak bisa melewati jalan sempit ini" Ucap sekertaris Neron.

"Sebaiknya kamu tunggu disini, biar aku yang mengejarnya" Sambung Brandon.

Sekertaris Neron terkejut melihat Brandon mengejar Annabela "Apakah Tuan yakin?"

"Sangat yakin!!"

Brandon membuka pintu mobilnya, ia langsung masuk mengikut jalan kecil yang tadi. Tetapi Brandon tidak menemani jejak langkah Annabela, mungkin dia sudah sampai.

Karena tidak mau menyerah, Brandon terus saja mengikuti jalan kecil itu. Ia terus saja lurus "Kemana perginya?" Batin Brandon.

Ternyata Annabela dari tadi tahu kalau dirinya di ikuti oleh Brandon. Ia bersembunyi di belakang tembok besar. Jantung Annabela seperti mau copot, napasnya tidak beraturan. Ia khawatir jika Brandon macam-macam sama dirinya.

Pikirannya kembali kacau, apalgi di tempat ini Annabela tidak mengenal siapa-siapa. Jadi ia harus menyiapkan tenaganya untuk bisa melawan Brandon Jika dia berani macam-macam.

"Kenapa cepat sekali menghilangnya?" Gumam Brandon dengan kesal.

Kedua bola mata Annabela tidak sengaja melihat seekor kecoak yang sedang merayap. Karena memiliki phobia sama kecoak, Annabela berteriak histeris.

"Aaaaaaaaa!!" Ia langsung menampakkan dirinya.

Annabela merasa geli di sekujur tubuhnya, ia terus saja meraba-raba tubuhnya "Iiiiiich...Dasar kecoak tidak punya sopan santun" Annabela menggerutu sendiri.

Brandon kaget melihat Annabela yang tiba-tiba muncul didepannya. Ia memperhatikan Annabela yang terus saja menggerakkan tubuhnya seperti seekor cacing.

"Kenapa dia?" Tanya Brandon sama dirinya sendiri. Secara perlahan Brandon melangkahkan kakinya, ia mendekat ke arah Annabela.

"Apakah anda baik-baik saja nona?" Tanya Brandon.

"Hah ... Jangan mendekat!! Mau ngapain kamu mengikuti saya? Bukankah saya sudah mengucapkan kata terimakasih?"

"Tenang dulu Nona!! Anda jangan berpikiran yang tidak-tidak"