webnovel

Ch. 4 - Penjelasan

Dataran Nirwana adalah wilayah yang berada diantara alam fana dan alam dewa, bisa dibilang tempat tersebut menjadi pembatas antara kedua alam yang saling bersebrangan.

Dataran Nirwana sendiri dihuni oleh manusia setengah dewa, bisa dibilang mereka adalah ras campuran yang keberadaanya di tolak oleh alam fana maupun alam dewa, sehingga mereka menciptakan dunia mereka sendiri.

Selain perbedaan ras dan kultivasi, Xiao Zhan juga mendapati perbedaan tentang penyebutan siluman, dimana di Dataran Nirwana mereka sering menyebutnya sebagai Spirit Hell.

"Spirit Hell yang memiliki kekuatan setara dengan kultivator Mortal Emperor di sebuah sebagai Spirit King Hell atau Spirit Queen Hell." Jung An melanjutkan penjelasannya.

Jung Fu mengangguk membenarkan, "Sebenarnya ada satu lagi, mereka sering di sebut sebagai Spirit Heaven, tetapi mereka tidak tinggal di Dataran Nirwana, melainkan di dimensinya tersendiri."

Spirit Heaven berbeda dengan Spirit Hell, dimana Spirit Heaven bisa membuat kontrak dengan kultivator. Spirit Heaven bisa di gunakan dalam pertarungan atau membantu kultivator ketika dia sedang kesulitan, bisa dibilang Spirit Heaven lebih bersahabat jika dibandingkan dengan Spirit Hell yang buas dan haus akan darah.

"Lalu bagaimana dengan singa itu?" Xiao Zhan menunjuk kearah singa yang memiliki ukuran tiga kali lebih besar dari tubuh Jung Fu dan Jung An di gabungkan.

"Singa ini termasuk Spirit Hell, hanya saja dia belum melakukan kultivasi, sehingga kekuatannya jauh lebih lemah dari kami yang berada di tingkat Deva Qi 1. Tetapi jika dia bertarung dengan kalian, aku yakin kalian hanya akan berakhir menjadi nutrisinya." Jung An tertawa kecil, begitupun dengan Jung Fu.

Dimata keduanya, Xiao Zhan dan Liu Ruyu tidak lebih dari sekedar seseorang yang baru menginjak dunia kultivator.

Sebenarnya tebakan tersebut tidak sepenuhnya salah, mengingat tingkat kultivasi Xiao Zhan dan Liu Ruyu masih berada di tingkat dasar jika mengikuti kultivasi Dataran Nirwana.

Akan tetapi, jika mengukur secara kekuatan atau sejenisnya, Xiao Zhan dan Liu Ruyu jelas berada sangat jauh, mereka bahkan yakin bisa mengimbangi jagoan kultivator Mortal Emperor.

'Sebaiknya kita menyembunyikan kekuatan kita yang sebenarnya, mari kita mulai semuanya dari awal. Anggap saja saat ini kita berdua hanyalah kultivator Deva Qi.' Xiao Zhan mengirim pesan telepati.

'Ah! Aku mengerti....'

Bersamaan dengan itu keempatnya tiba di desa yang terlihat sangat sepi, saat Xiao Zhan dan ketiganya memasuki desa lebih dalam, mereka mulai melihat beberapa penduduk yang menatap penuh minat pada Xiao Zhan dan Liu Ruyu.

Jung Fu dan Jung An menatap kearah para penduduk seolah memberi isyarat untuk menghiraukan keduanya.

Tidak lama berselang, mereka tiba di kediaman sederhana namun memiliki ukuran yang sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan kediaman lainnya.

"Ayah! Ibu! Kami pulang..." Jung An berseru lantang.

Sesaat setelahnya, dari dalam kediaman muncul sepasang suami istri berusia kurang dari 40 tahun dengan senyum hangat, mereka terlihat sedikit terkejut ketika mendapati Xiao Zhan dan Liu Ruyu.

"An'er, Fu'er! Siapa mereka..." Sepasang suami istri itu menatap penuh tanya.

Jung Fu memperkenalkan Xiao Zhan serta Liu Ruyu, "Mereka tersesat di hutan dan tidak tahu jalan, sehingga kami mengajaknya kemari."

"Ah! Jika demikian selamat datang di desa kami, ku harap Tuan dan Nona tidak keberatan dengan tempat kami yang sederhana ini."

Pasangan suami istri itu menyambut kedatangan Xiao Zhan dan Liu Ruyu dengan ramah seraya memperkenal diri, keduanya bernama Sao Jung dan Mei Fu.

"Senior terlalu sungkan, maaf jika kami merepotkan." Xiao Zhan tersenyum hangat, begitupun dengan Liu Ruyu.

Mei Fu kemudian mengajak Xiao Zhan dan Liu Ruyu masuk kedalam, sementara Jung An, Jung Fu serta Sao Jung mulai mengelola singa hasil buruan mereka, kemudian dagingnya di bagikan secara merata pada penduduk desa.

Xiao Zhan memperhatikan dinding kediaman yang penuh akan lukisan Divine Beast, dimana terdapat lukisan Naga, Phoenix dan lain sebagainnya. Hal tersebut menarik perhatiannya sampai sebuah suara mengejutkannya.

"Lukisan itu dibuat oleh kakek An'er dan Fu'er, beliau sering mengatakan pernah melihat mereka dengan mata kepala sendiri. Tetapi sampai ajalnya tiba, tidak ada satupun yang mempercayainya, termasuk putranya sendiri." Mei Fu menjelaskan.

"Sangat di sayangkan. Tetapi kenapa tidak ada yang mempercayainya, bukankah mereka sungguh nyata?"

"Sebagain memang menganggapnya nyata, tetapi tidak sedikit yang menganggapnya hanya dongeng belaka. Sulit mempercayai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya." Mei Fu tersenyum tipis, "Apakan anda termasuk kedalam orang yang mempercayai keberadaan Divine Beast?"

"Tidak ada alasan untukku tidak mempercayainya, karena aku sudah melihat dan berurusan dengan mereka secara langsung."

Mendengar perkataan Xiao Zhan membuat Mei Fu tertawa kecil, "Ah! Maaf, saya tidak bermaksud...."

"Tidak masalah. Seperti yang anda katakan sebelumnya jika sulit mempercayai sesuatu yang tidak pernah terlihat sebelumnya."

Xiao Zhan mengambil cangkir berisi teh hangat tersebut, selama beberapa saat dia mernikmati aroma harum yang menenangkan hati, kemudian Xiao Zhan mulai meniupnya dan meminumnya secara perlahan.

"Teh ini sangat enak...." Liu Ruyu memberi pujian.

"Nona terlalu sungkan, itu hanya teh biasa yang saya petik dari alam liar."

"Dia tidak berbohong, teh ini memang sangat enak..." Xiao Zhan meminum teh tersebut hingga tak tersisa. "Boleh aku..." Xiao Zhan sedikit merasa sungkan saat ingin menambah.

Mei Fu tersenyum hangat, dia menuangkan teh kembali pada cangkir Xiao Zhan. Kemudian ketiganya larut dalam obrolan kecil, baik Xiao Zhan maupun Liu Ruyu berusaha mengorek lebih dalam informasi tentang Dataran Nirwana.

Akan tetapi keduanya melakukannya secara bertahap agar tidak menimbulkan kecurigaan, tanpa terasa waktu berlalu begitu saja dan malam telah tiba.

Saat Xiao Zhan, Mei Fu dan Liu Ruyu masih asik berbincang, ketiganya mendengar suara gaduh dari halaman, hal tersebut sontak menarik perhatian mereka. Mei Fu lebih dulu berjalan keluar yang langsung diikuti oleh Xiao Zhan dan Liu Ruyu.

"Tuan, mohon beri saya waktu. Saya berjanji akan membayar upeti dua kali lipat...."

"Kau sudah mengatakan itu berulang kali, kami sudah muak dengan janji busuk mu itu."

"Tuan mohon belas kasihnya, beberapa tahun terakhir panen kami selalu gagal, penduduk desa juga tengah dilanda kesulitan."

"Hentikan omong kosong itu, jika desa ini tidak memberi upeti lagi, maka kami akan mengambil sesuatu yang lain sebagai gantinya."

Jung An dan Jung Fu mengepalkan kedua tangan, tatapannya menjadi dingin dan tajam, keduanya bahkan tidak segan melepaskan nafsu membunuh yang kuat.

Menyadari hal itu, salah satu dari mereka tersenyum mengejek. "Bocah, apa kau sedang bercanda? Sebaiknya kau tarik nafsu membunuh mu itu dari pada desa ini akan kami hancurkan."

Bukannya takut atau merasa terintimidasi, Jung An dan Jung Fu justru melancarkan serangan, membuat kultivator itu seketika terpukul mundur beberapa langkah.

Aksinya itu sontak membuat Sao Jung ketakutan, dia bahkan sampai bersujud dan memohon ampun pada belasan kultivator di hadapannya yang berada di tingkat Deva Qi 3 hingga 6, tubuhnya tidak bisa berhenti bergetar seraya meminta kedua putranya untuk menjaga sikap dan meminta maaf.

"Ayah! Mau sampai kapan kau tunduk pada mereka?"

"Itu benar? Jangan biarkan orang-orang luar ini menginjak-injak harga diri kita."

"An'er, Fu'er! Kalian tidak tahu apa-apa, sebaiknya kalian diam dan turuti perkataan Ayah." Sao Jung naik pita.

Kultivator yang baru saja mendapat pukulan berdecak kesal, dia terlihat murka seraya menarik pedang dari sarungnya. Dia sudah tidak peduli dengan Sao Jung yang memohon ampun dan berlutut dibawah kakinya.

Tanpa berkedip kultivator itu menendang tubuh Sao Jung hingga terhempas beberapa meter. Kemudian dia mengayunkan pedang bersiap memenggal kepala Jung An dan Jung Fu dalam waktu bersamaan, tetapi dengan mudah kedua bocah laki-laki itu dapat menghindarinya.

Sontak hal tersebut tidak hanya mengejutkan sang kultivator, tetapi juga Jung An dan Jung Fu itu sendiri, keduanya merasa jika tubuh mereka bergerak dengan sendirinya.

"Bocah sialan!"

Kultivator tersebut berseru lantang, dia kembali mengayunkan pedang dan melancarkan serangan, namun tidak ada satupun serangannya yang berhasil mengenai Jung An maupun Jung Fu.

Kemudian Jung An mempersempit jarak seraya melancarkan serangan, tidak hanya itu dia juga mengambil alih pedang yang ada di tangan sang kultivator dan mulai mengayunkannya.

Dalam waktu singkat kultivator tersebut kehilangan nyawa, sontak hal itu membuat rekan-rekannya merasa terkejut. Tetapi sebelum salah satu dari mereka ada yang bisa melakukan sesuatu, Jung An kembali bergerak, kecepatannya meningkat tajam dan dengan mudah dia membunuh belasan kultivator tersebut.