webnovel

Bab 3 Menikah

Hari pernikahan Narien dan Jimian,,

Sang pengantin pria sedang berdiri didepan cermin, merapikan dasi hitam dilehernya sembari memperhatikan pantulan wajahnya dipermukaan cermin, Raut wajahnya masih datar, tidak sedih dan juga tidak Bahagia, pria itu benar-benar biasa saja, seolah pernikahannya yang akan segera berlangsung bukanlah hal istimewa.

"Gue ngak tau apa rencana kalian, tapi yang jelas gue pengen kalian berdua bahagia. Narien itu anak yang baik, meskipun dia berisik, cerewet dan nyebelin tapi dia tetep adek gue. Dan lo Jim, lo udah gue angep sebagai adek gue sendiri. Gue harap perjodohan ini ngak akan nyakitin kalian. Itu adalah kalimat panjang dari Sanendra untuk mempelai pria yang sedang merapikan pakaian diruang ganti.

"Lo tenang aja bang, gue sama Narien baik-baik aja kok" Jimin tersenyum sambil merapikan kembali jasnya yang dipakainya.

"Kalau gitu gue titip Narien dan jangan pernah nyakitin dia?"

"Jangan khawatir bang, ngak akan ada yang tersakiti diantara kami. Tapi bang tolong rahasiain pernikahan ini ya? Jangan kasih tau anak-anak kalo gue udah nikah sama Narien? Cukup lo dan bang yoga yang tau,, pliss"

"Iya,, Lo tenang aja Jim"

"Makasih bang" Jimin tersenyum lega setelah mendengar permintannya diiyakan oleh pria yang sebentar lagi akan menjadi kakak iparnya itu.

Pernikahan dua insan yang tidak saling mencintai itu akhirnya terjadi. Pesta perayaannya digelar meriah dengan dekorasi megah bertabur buket bunga - bunga yang indah meskipun mempelainya menyimpan gundah.

Narien tidak mengundang teman-temannya begitu juga dengan Jimian. Mereka memang sepakat untuk merahasiakan pernikahan ini dari teman dan sahabat.

"Saya terima nikah dan kawinnya, Putri Nariena bin Hamdan Herlambang dengan maskawin seperangkat alat sholat dibayar tunai"

"Bagaimana para saksi?sah"

"Sah"

Begitu resepsi selesai Narien dan Jimian langsung digiring kerumah baru mereka, hadiah pernikahan dari orang tua Jimian. Rumah minimalis namun elegan yang sengaja dirancang dengan satu kamar tidur. Membuat Narien dan Jimian terpaksa menggunakan kamar yang sama.

"Mending lo keluar deh, gue mau ganti baju" Pinta Narien keapda Jimian yang juga sedang berada dikamar untuk menaruh Jasnya.

"Yah elah, lo telanjang juga ngak bakal napsu" Sahut Jimin meremehkan.

"Ngak usah sok kuat iman, Udah cepet keluar sana!" Hanna kembali menegaskan permintaannya.

"Iya, iya" Jimin keluar.

Setelah mengganti pakaian, Narien lekas bersiap-siap karna ada janji dengan Daniel, Sama halnya dengan Jiman yang juga punya rencana kencan dengan kekasihnya, Angel.

Setelah berkali-kali gagal pergi kebioskop bersama Daniel, Maka hari ini kesempatan itu akhirnya datang untuk Narien. Gadis yang baru saja menikah beberapa jam yang lalu itu kini sedang duduk disebelah Daniel bersama popcroan dan segelas cola sambil menikmati film layar lebar didepannya.

"Ya ampun Daniel,, lo ganteng banget sih?" Batin Narien sambil terus memperhatikan wajah laki-laki disebelahnya. Rupanya Narien lebih tertarik menyaksikan wajah Daniel ketimbang film yang sedang ditayangkannya.

"Kamu mau lihat film atau mau lihat mukaku?" Tanya Daniel sambil memasukkan beberapa popcroan kemulutnya. Pria yang di klaim tanpan oleh Narien itu rupanya menyadari bahwa sedari tadi ada yang memandangi wajahnya.

Narien mengalihkan fokusnya kelayar besar didepannya. Mereka menonton film action yang dibintangi oleh Ji Chang Wook.

Ketika muncul adegan saling menembak

Dor! dor! dor!!!!

Entah kenapa peluru itu seolah mengenai jantung Narien. tubuhnya bergetar sampai tak ingat bagaimana caranya bernafas. Ini lebih dari sekedar peluru untuk Narien, Ini adalah bom nuklir yang menjelma menjadi sebuah gengaman tangan, lembut dan hangat namun mematikan. Narien menoleh sebentar kearah tangannya, sekedar memastikan apakah yang mengenggam tangannya Daniel atau bukan.

Dan benar saja itu adalah tangan milik Daniel Marenda. Laki-laki yang sudah ia gaksir sejak lama, sekarang laki-laki itu sedang mengengam tangannya.

"Jadi seperti inikah devinisi dari kalimat rasanya pengen meninggal? Jantung rasanya mau meledak. Badan gue seolah-olah terbang sampai ke plafon bioskop. kepala orang-orang didepan mendadak berubah jadi balon berbentuk hati. Apa jatuh cinta emang seindah ini?" Batin Narien dengan pipi yang mulai kemerah-merahan. Beruntung bibirnya tak robek karna senyumnya yang terlampau lebar.

Disisi lain...

Jimian sedang menikmati makan malam romantis dengan Angel kekasihnya. Merka sudah berkencan sekitar satu tahun lebih dan bagi Jimian, Angel adalah prioritasnya, Setidaknya untuk sekarang.

"Sayank,, Kenapa seharian ini kamu ngak bisa di hubungin sih?" Angel memulai pembicaraan.

"Maaf sayank, tadi pagi aku nikah jadi ngak bisa angkat telphone kamu" Jimin keceplosan.

"Hah? Kamu bilang apa sayank?"

"Maksud aku, aku lagi ke acara pernikahan saudaraku, iya itu maksudku" Jimin lekas bersilat lidah. sebab bukan laki-laki namanya jika tak pandai bersilat lidah.

Selesai dengan makan malam romantisnya. Angel meminta Jimian menemaninya belanja sekaligus membayari belanjaannya. Jangan heran karna Angel memang tipe gadis yang gemar belanja sedangkan Jimian adalah tipe laki-laki yang tidak keberatan menghambur-hamburkan uangnya untuk sang kekasih.

Sementara untuk Narien, Gadis itu memutuskan untuk jalan-jalan ditaman seusai nonton. Meskipun tidak sedang menyebrang, tangan mereka masih bergandengan. berjalan beriringan dibawah lampu-lampu kecil yang terpasang rapi diantara ranting-ranting pepohonan.

"Narien"

" Emm?"

"Ada yang mau aku omongin sama kamu"

"Pasti Daniel mau ngungkapin perasaannya, gue mau Dan, gue mau jadi cewe lo" Narien membatin senang.

"Narien aku…" Sayangnya Kalimat Daniel harus terputus karna suara ponsel Narien yang berdering disaat yang tidak tepat.

Incoming call Bang San…

"Astagal!! Kenapa ini orang pake acara nelpon gue segala sih? Dasar penganggu ngak guna!" Narien membatin kesal sambil menatap tajam kelayar ponselnya.

"Angkat dulu gih tlphonenya, siapa tau penting,," Saran Daniel.

Narien sedikit menjauh dari Daniel supaya bisa leluasa memaki Sanendra yang menelphone disaat-saat sakral bagi asmaranya.

Incoming call Bang San…

"Dek lo dimana?"

"Ditaman! Kenapa lo nelpone gue? Awas saja kalau ngak penting!"

"Pulang sekarang!"

"Ada apaan sih?!"

"Bokap nyokap lagi OTW ke rumah lo"