webnovel

Bab 2 Gaun Pengantin

Didalam kelas

Hampir semua mahasiswa jurusan Design Komunikasi Visual sudah duduk tenang dikursi masing-masing, berbedan dengan Narin yang masih dilanda kegelisahan, pasalnya orang yang digadang-gadang jadi masa depannya tak kunjung datang.

"Kok dia belum dateng ya?"

"Dia siapa?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba sudah berada disebelaknya, pria dengan kaus putih berbalut jaket denim yang begitu manis padahal tidak sedang tersenyum.

Itu adalah Daniel, Laki-laki yang sudah ditunggu-tunggu kedatangannya oleh Narien, Laki-laki yang mampu membuat senyum gadis berambut coklat itu langsung mengembang seolah baru saja ditaburkan bubuk pengembang.

"Kamu cari siapa?" Daniel bertanya lagi.

"Bukan siapa-siapa kok" Dengan lagak sok imut Narien menjawab pertanyaan Daniel.

Narien memang seperti itu, berubah menjadi se imut bayi kucing jika sedang berada di dekat Daniel padahal aslinya gadis itu lebih mirip seperti seekor induk harimau yang kalau marah langsung mengeluarkan taringnya.

Daniel meletakkan sekotak susu strobery di atas meja Narien, Itu sudah seperti ritual pagi hari bagi Narien, yaitu menikmati susu stroberi pemberian Daniel, Tapi bukan berarti Daniel adalah penjual susu stroberi, ia hanya laki-laki baik hati yang sudah terbiasa berbagi makanan dengan Narien.

"Minum rin"

"Emm makasih Daniel"

Tidak tau kenapa susu stroberi pemberian Daniel rasanya lebih manis jika dibandingkan dengan susu stroberi yang dijual di supermarket, Entah karna gratis atau karna diminum sambil memperhatikan senyum manisnya seorang Daniel Maranda.

Daniel sendiri adalah laki-laki yang ditaksir Narien sejak semester pertama, ini seperti cinta pada pandangan pertama bagi Narien, Wajar saja jika Narien langsung jatuh hati pada Daniel pasalnya Daniel memang pria yang baik, lembut dan juga perhatian kepada Narien, Sayangnya Daniel tidak pernah sekalipun mengajak Narien berkencan.

Pukul 14.30.

Seluruh mahasiswa Design Komunikasi Visual meninggalkan kelas karna jam kuliah telah usai, Mereka sedang memadati koridor kelas karna hanya itu satu-satunya akses keluar, ada yang ingin lanjut nongkrong bersama teman, ada yang ingin mampir perpustakaan dan ada yang ingin langsung pulang untuk tidur siang.

"Rin"

"Ya?"

"Nanti malem ada film bagus, Mau nonton bareng gak?"

Bagi seorang Nariena haram hukumnya menolak ajakan daniel, tidak ada alasan baginya untuk menolak, ajakan ini adalah hal yang selalu di tunggu-tunggu oleh Narien, Sayangnya ponselnya mendadak berdering sesaat sebelum gadis itu mengiyakan ajakan Daniel.

"Bentar ya Dan, aku angkat telphone dulu"

Daniel mengangguk mempersilahkan Narien menerima panggilan masuk di ponselnya.

Incoming Call Mamah

"Halo mah"

"Sayang kamu udah pulang kuliah?"

"Narien baru aja keluar kelas,"

"Kalau gitu cepat pergi ke alamat yang mamah kirim, ini darurat!"

Call ened

1 massage recived

Mamah

Jl Rajawali No 11 Jakarta

Wajah Narien langsung meredup seolah tertutup awan tebal setelah menerima pesan singkat dari mamahnya, Senyum sumringahnya mendadak pudar, wajahnya yang meredup sontak menyita perhatian Daniel

"Kenapa Rin? Apa ada masalah?"tanya Daniel

"Daniel gimana dong? Mamah tiba-tiba ngajak ketemuan"

"Yaudah,, Kamu temuin mamah kamu dulu, Siapa tau itu penting"

"Tapi kan aku pengen nonton bareng sama kamu"

"Nontonnya kan bisa besok-besok Rin, Mending sekarang kamu cepet ke mamah kamu dulu"

"Maaf ya Daniel"

"Kenapa minta maaf?"

"Aku ngak rela kalo harus nolak ajakan kamu"

"Ngak pa pa Rin,, Aku anter me mobil kamu ya"

Daniel mengandeng tangan Narien menuju area parkir, sekedar memastikan bahwa Narien benar-benar pergi menemui mamahnya,

"Hati-hati dijalan ya dan jangan ngebut"

"Emm,, sampai ketemu besok Daniel"

Sepanjang perjalanan Narien sibuk mengoceh sambil mengunyah permen coklat kesukaannya, bahkan sesekali umpatan keluar dari mulutnya, beruntung Narien tidak sampai tersendak oleh permen coklat yang ia kunyah.

"Kenapa mamah selalu ngerusak rencana gue sih? Gue ngak habis fikir bisa-bisanya mamah ngejodohin anak gadis satu-satunya sama orang narsis modelan Jimian cuma karna wasiat konyol, harusnya yang pantas dicariim jodoh itu bang San bukan gue!!, Ya ampun,, sial banget sih idup gue!!"

Pukul 15.10

Narien sampai di alamat yang dikirimkan mamahnya.Sebuah butik pengantin dengan kesan mewah sekaligus elegan bernuansa italia yang dengan melihatnya saja bisa di pastikan bahwa semua gaun didalamnya adalah yang termahal.

"Bener ngak sih ini alamatnya?"Narien memeriksa kembali pesan dari mamah-nya dan memang benar inilah tempatnya.

"Benar kok, tapi ngapain nyokap nyuruh gue ketempat kayak gini? Sumpah ya, nyokap gue makin lama makin aneh!"

Narien memutuskan masuk kedalam butik itu, meskipun sebenarnya terasa aneh baginya menyambangi tempat yang seharusnya dikunjungi oleh calon pengantin, bukannya gadis belia seperti dirinya.

"Narien, mamah disini!" Itu adalah seruan Ny Herlambang kepada putrinya yang baru saja sampai, Sambil melambai Wanita dua anak itu tak berhenti mengembangkan senyumnya seolah puas dengan kedatangan Narien.

Dari kejauhan Narien melihat mamahnya sedang duduk bersama seorang ibu-ibu yang beljm pernah ia temui, Dan yang membuatnya lebih aneh adalah keberadaan Jiminan diantara kedua wanita ibu-ibu itu.

"Kenapa tu cowo ada disana?" Begitulah Narien membatin.

Narien menghampiri mamah-nya lalu duduk dikursi kosong sebelah Jimian, Bukan karna ingin dekat dengan Jimian tetapi hanya itu kursi kosong yang tersisa.

"Jeng Ini Narien anakku" Ujar Nyonya Herlambang kepada wanita disebelahnya.

"Cantik ya" Ibu itu langsung memuji wajah Narien, Pujian itu membuat lelahnya sedikit terobati, karna hampir Sembilan puluh persen wanita dibumi menyukai pujian, Narien adalah salah satunya.

"Makasih tante"

"Jangan panggil tante, panggil mamah aja,, Oh iya Rin, Cowo ganteng di sebelah kamu itu namanya Jimian, dia juga kuliah di kampus kamu loh"

"Iya mah, tadi Narien juga udah ketemu kok di kampus "

"O ya? Wah bagus dong? Jadi hubungan kalian udah sampe mana?"

"Kita Cuma ngobrol aja kok mah" Kata Narien.

"Terus,, terus,, gimana? Enak kan ngobrol sama Jimian?"

"Mah,, kita Cuma ngobrol biasa aja kok" Sahut Jimina.

"Yaudah jeng kalo gitu kita langsung pilih gaunnya aja, biar Jimian sama Narien ngelanjutin ngobrolnya" Kata Ny Herlambang.

Setelah oberolan singkat itu Ny Herlambang dan Ny Bayanka sibuk memilih gaun pengantin untuk anak-anaknya, Sedangkan yang dipilihkan hanya duduk malas tanpa mau membantu apapun, Itu wajar pasalnya datang ke tempat seperti itu bukanlah kemauan Jimian dan juga Narina.

"Harusnya gue lagi di bioskop sama Daniel, Makan popcron barengan, pegangan tangan sambil nonton film, bukannya duduk ditempat horor kayak gini!" Batin Narien seraya memutar bola mata malas.

"Harusnya sekarang gue lagi main game sama Titan, bukannya buang-buang waktu ditempat ngak jelas kayak gini" Sekarang giliran Jimian yang membatin.

Satu jam berlalu dan itu sudah seperti penantian panjang untuk Narien dan juga Jimian yang sudah terlanjur merasa malas, berbeda halnya dengan para orang tua sedang semangat-semangatnya memilih gaun pengantin.

Totalnya ada sebelas gaun dan mau tidak mau harus di coba oleh calon pengantin. Narien dan Jimian berjalan dengan langkah malas menuju Fitting room untuk mencoba satu persatu gaun yang dipilihkan oleh Ny Herlambang dan Ny Bayanka.

Fitting selesai dan itu benar-benar melelahkan, wajah kedua calon mempelai berangsur meredup menandakan bahwa mood mereka sudah habis terkikis.

"Anak-anak jangan lupa minggu nanti kosongkan jadwal ya" Pinta Ny Bayanka

"Hari minggu nanti Narien ada tugas kelompok mah" Kata Narien yang sudah membiasakan diri memanggil Ny Bayanka dengan sebutan mamah.

"Hari minggu nanti aku punya pertandingn basket mah" Jimian ikut menolak

"Pokoknya kalian harus meluangkan waktu" Ny Bayanka memaksa

"Emangnya hari minggu ada acara apa sih mah? kenapa harus meluangkan waktu?" Jimian bertanya.

"Karena minggu nanti ada acara pernikahan kalian" Jawab Ny Herlambang

"Apa?!!" Jimian dan Narina terperanjat bersama.

Disaat Nariena dan Jimian masih terperagah karna hari pernikanannya tiba-tiba sudah berada di depan mata, Ny Herlmbang dan Ny Byanka justru salin bertukar senyuman seolah baru saja mendapatkan kocokan arisan. Padahal apa yang mereka lakukan itu jahat, mereka dengan sengaja melukiskan mimpi buruk yang merenggut hari esok Jimian dan juga Narien melalui perjodohan.

"Jim tolong anter Narien pulang ya" Pinta Nyonya Herlambang dengan senyum yang sengaja di lebar-lebarkan.

"Mah, Narien kan bawa mobil sendiri" Sahut Narien.

"Mamah mau pake mobil kamu buat visit gedung pernikahan" Jelas Ny Herlambang yang memang sudah berencana memberikan putrinya kepada pria bernama Jimian.

"Jim kamu mau kan anter Narien pulang? Ny Herlambang kembali mengutarakan permintaannya.

"Iya mah, biar Jimian yang anter Narien pulang"

"Jim tolong jaga menantu mamah ya"Pinta Ny Bayanka kepada putranya.

Diperjalanan pulang,,

"Lo pasti kaget banget" Itu adalah pertanyaan Jimian untuk Narien yang masih saja berdiam seperti orang bodoh dikursi penumpang.

"Ini beneran ngak sih? Gimana mungkin hari pernikahan gue tiba-tiba ada di depan mata?"

"Ya gitu deh nyokap gue, hobinya emang bikin keputusan aneh"

"Astaga, bener-bener deh nyokap kita! bisa-bisanya nentuin hari pernikahan seenaknya? Seengaknya obrolin dulu kek? ini malah ngambil keputusan sendiri seenak jidat"

"Tenang dulu Rin,, jangan panik, kita kan udah bikin kesepakatan buat ngejlanin perjodohan sialan ini, Gue yakin semua bakal baik-baik saja, untuk sekarang ini kita turuti aja maunya mereka, dan setelah itu kita kan bisa carai"

"Bukan pernikahan kayak gini yang gue impiin, gue mau nikah sama cowo pilihn gue, Ngerencanain pesta bareng-bareng sama dia,, milih kertas undangan berdua, trus mikirin masa depan bareng-bareng. Tapi kenyataannya gue bahkan udah ngerencanain perceraian sebelum pernikahan, Meskipun kayak gini tapi gue bersyukur karna calon suami gue adalah Jimian, orang yang sama - sama menolak perjodohan ini, yang bersedia ngak nyentuh gue bahkan setelah menikah nanti, dia juga udah janji ngak bakal nyampurin urusan gue" diam-diam Narien membatin lega.

Setelah tiga puluh menit perjalanan Jimian menghentikan mobilnya didepan sebuah rumah dengan pagar besi berwarna hitam pekat yang mungkin sebentar lagi berubah menjadi merah jambu karna permintaan Sanendra, Dia itu pria gagah yang diam-diam mencintai warna pink.

"Salam ya buat Bang San" Pinta Jimian kepada wanita yang sedang melepas sit belt disebelahnya.

"Oke, ntar gue sampein"

Narien turun dari mobil Jimian, gadis itu bergegas membuka gerbang supaya bisa segera masuk kedalam rumah, sama halnya dengan Jimian yang langsung tancap gas karna beralasan punya urusan negara, padahal aslinya ia hanya ingin cepat-cepat menemui Taetan untuk bermain game.

Begitu membuka pintu Narien langsung dihadapkan dengan sosok laki-laki penyuka warna pink sedang duduk santai didepan tv bersama setoples kripik kentang.

"Tumben?" Cletuk Narien setelah menyaksikan pemandangan yang cukup langka di depnnya, pasalnya Sanendra adalah orang yang biasa pulang terlambat karna masalah pekerjaan.

"lagi males gue ama Yoga"

"Yah elah,, berantem mulu lo berdua, kayak orang pacaran aja"

"Tiap hari si Yoga kerjaannya pacaran mulu ama si Yusna, Rasanya sakit mata gue ngeliatin mereka mulu" Diam-diam Sanendra melakukan curhat colongan kepada adik perempuannya.

"Mata lo apa ati lo bang yang sakit? Narien malah meledek kakak laki-lakinya.

"Dua duanya! Puas lo?!

"Mending lo ke dukun deh bang, biar di buka aura lo? Sedih gue ngeliat abang gue satu-satunya jadi jones kayak gini" Kata Narien sambil melempar tasnya ke atas sofa, Dan sekarang gadis itu sudah duduk disebelah keripik kentang milik kakak laki-lakinya.

"Emangnya aura gue kenapa hah?"

"Kayaknya aura lo ketutupan setan deh bang, makanya ngak ada cewe yang mau sama lo" Lagi-lagi Narien meledek kakaknya.

"Pleatak!!!"

Sanendra menjentikkan jarinya ke dahi Nariena, tepat sasaran dan cukup keras.

"Sakit!!! Rintih Narien sembari memegangi dahi bekas jentikan kakaknya barusan, karna jujur itu cukup menyakitkan.

"Sama, omongan lo juga nyakitin"

"Tapi ngomong-ngomong gue ngak ngeliat mobil lo diluar? lo pulang sama siapa emangnya?" Sanendra penaasan.

"Jimian"

"Wadidaw!! Calon penganten udah pada akur aja ni ya?"

"Gilak lo bang?!

"Lo kok bisa bareng ama Jimian dek? abis foto prewed yak?"

"Lo bisa diem ngak bang? apa harus sepatu gue yang bikin lo diem?"

"Bercanda kali dek,,"

"Tapi kok itu anak tiba-tiba muncul di kampus gue yak?"

"Siapa? Jimian?"

Narien menganguk

"Ya iya lah dia di sono, secara itu bocah juga kuliah di tempat lo"

"Serius lo bang?"

"Jimian ngambil jurusan Teknik, kalo ngak salah dia udah semester enem deh"

"Tapi kok selama ini gue ngak pernah liat dia yak di kampus?"

"Jelas aja lo ngak bisa ngeliat dia, karna mata lo udah ketutupan sama kudanil"

"Namanya Daniel bangl! Bukan Kudanil!"

"Iya gue tau, Daniel Marandha gebetan yang lo taksir setengah mati, tapi gak pernah nembak lo itu kan dek?"

Penjelasan Sanendra seperti pukulan keras untuk jiwa Narien. Namun apalah daya karna yang diucapkan kakaknya memanglah kenyataan pahit yang harus ia telan.

"Bang lo bisa kan ngak usah terlalu jujur kayak gitu? Sakit ati adek bang"

"Lebay lo".

"Ngomong-ngomong tadi si Jimian nitip salam buat lo"

"aturan itu bocah nitip makanan bukannya nitip salam!" Sanendra mengerutu.

"Bang lo deket ya ama Jimian?"

"Kenapa? Lo penasaran ya?"

"Dikit"

"Ya udah, bikinin gue indomie dulu, tar gue kasih tau"

"Yah elah, Go food aja sih"

"Gue lagi pengen makan mie"

Gadis itu berdecak kesal karna kelakuan kakaknya yang selalu meminta imbalan untuk segala hal, Meskipun begitu Narien tetap pergi kedapur untuk menjalanka titah kakanya yaitu membuatkan indomi pedas rasa soto.

a few moments later...

"Nih Mie nya udah jadi" Narien menaruh semangkuk indomei di depan kakaknya.

"Makasih dek"

"Sekarang buruan cerita"

"Entar sih, gue makan dulu"

"Ngak boleh! Cerita dulu baru makan" Narien mengambil kembali mie instan didepan kakaknya.

"Ya elah dek, ntar keburu kembung mie nya"

"Makanya buruan cerita"

Kakak laki-laki itu akhirnya mengalah pada adiknya, meskipun sejujurnya Sanendra bukanlah tipe kakak yang suka mengalah kepada adiknya, ini hanya untuk mie instan ditangan Narien,

"Waktu lo masih sekolah di Jepang Jimian sering banget maen ke sini. wajar sih karna dulu dia tinggal disebelah rumah kita, tapi dia pindah beberapa taun yang lalu. selain Jimian, anak-anak lain juga sering maen kesini, Taetan, Jordan, Nakula, Yoga juga. Kadang mereka nginep disini. Lo tau sendiri kan dulu abang lo ini cuma tinggal sendirian.

"Rumah ini udah kayak rumah kedua buat mereka, kita sering ngumpul bareng dirumah ini, main bareng, makan bareng, tidur bareng, banyak deh pokoknya"

"Tapi kok sekarang gue ngak pernah liat kalian ngumpul bareng?"

"Setelah lulus kuliah, gue jadi sibuk ngurus perusahaan, Yoga juga sibuk jadi sekertaris gue dikantor, Nakula,Jordan sama Jimian pasti juga sibuk sama kuliahnya, Kadang gue suka kangen sama bocah-bocah itu" Seokjin seolah bernostalgia.

"O jadi gitu,, Yaudah nie mie instan lo bang" Narien menyerahkan kembali semangkuk mie instan kepada kakaknya.

Dan setelah merasa puas dengan cerita kakaknya, Narien memilih masuk kedalam kamarnya, entah itu untuk mandi atau langsung tidur, sedangkan Sanendra muli melahap mie instan buatan adiknya itu.

"Nah kan jadi bengkak mie instan gue!!"