Pendekar Tombak Hijau tidak bicara. Dia hanya bisa menatap Pendekar Pedang Pencabut Nyawa dengan tatapan benci. Dia sangat kesal kenapa tidak berhasil membunuh pemuda itu.
Sementara di sisi lain, diam-diam Senopati Taruma Sena melirik ke arah Pendekar Tombak Hijau. Dari lirikan mata tersebut, siapapun sudah bisa melihat bahwa dia sangat marah kepadanya.
Sayang sekali, lagi-lagi tiada satu pun orang yang menyadari hal tersebut.
"Kau sudah kalah, kenapa tidak segera kembali ke tempatmu?" tanyanya dengan dingin.
Pendekar Tombak Hijau tidak menjawab. Dia hanya bertunduk lesu, lalu melangkah secara perlahan. Perasaannya berkecamuk. Apalagi ditambah dengan patahnya senjata pusaka yang selama ini dia banggakan.
Dalam pada itu, setelah pertarungan Raka Kamandaka selesai, pertarungan yang lainnya juga sama.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com