Melihat kesempatan baik itu, si Racun Timur tidak mau membuangnya dengan percuma. Tiba-tiba dia berteriak nyaring, sekejap kemudian tubuhnya meluncur ke depan. Serangan berupa tusukan dilayangkan secara beruntun.
Ribuan titik bunga pedang tercipta. Hawa dari senjata itu begitu tebal. Seperti kabut di tengah kegelapan malam. Serangan itu adalah serangan terakhir. Sekali gagal, dia tidak akan bisa melakukan apa-apa lagi.
Namun di sisi lain, Racun Timur sangat yakin kalau usahana itu bakal berhasil.
Tetapi yang terjadi berikutnya justru diluar dugaan Datuk Timur tersebut. Ketika ujung pedangnya hampir menusuk tenggorokan lawan, tiba-tiba terdengar suara yang sangat nyaring.
Tingg!!!
Seluruh batang pedang bergetar keras. Sampai-sampai tubuh pemiliknya juga sama. Hampir saja pusaka tersebut lepas dari genggaman tangan si Racun Timur.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com