"Taruma Sana …" teriak Cantaka Cakrawala. Dia berlari seperti angin. Orang tua itu sudah tidak memperdulikan keadaan di sekitarnya. Dia menuju ke arah orang tadi, yang memang adalah Senopati Taruma Sena.
"Tahan sebentar, jangan kerahkan tenaga. Aku akan mengobati lukamu itu," kata Cantaka Cakrawala dengan mimik wajah serius.
Dia begitu khawatir melihat keadaan senopati itu. Saking khawatirnya, sampai-sampai wajah tua yang sudah dipenuhi oleh keriput itu pun terlihat pucat seperti mayat. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya.
"Percuma saja orang tua. Lukaku sudah sangat parah, daripada kau hanya membuang tenaga, lebih baik menyingkirlah. Aku akan gunakan sisa segenap tenaga untuk menggempur musuh," ujar Senopati Taruma Sena.
Meskipun dia tahu kondisi tubuhnya sudah parah dan tidak ada kesempatan untuk melanjutkan hidup, namun bagaimanapun juga, dia adalah pendekar. Mati di medan perang adalah impian para pendekar, oleh karena itulah dia sudah bertekad untuk mengadu jiwa.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com