Setelah menghela nafas beberapa kali, terdengar Cempaka Ungu berkata lagi, "Aku sendiri tidak menyangka bahwa diriku mau menghalangi jalanmu. Padahal sejatinya, aku sendiri sudah tahu bahwa kau tidak sudi lagi memandang wajahku,"
Cempaka Ungu masih dapat tertawa. Namun tawa yang beda dari biasanya. Suara tawa itu terlihat begitu memilukan. Seperti seseorang yang sedang merasakan penyesalan.
"Kalau kau sudah tahu jawabannya, lantas kenapa masih nekad ingin menemuiku lagi?" tanya Raka dengan dingin.
Watak pemuda itu keras. Dia memang selalu baik dan percaya kepada orang lain. Kepada siapapun selalu demikian. Tapi jika kebaikan dan kepercayaannya dibalas dengan keburukan dan pengkhianatan, maka baginya tiada maaf lagi.
Perduli apakah orang itu sahabat atau bahkan keluarga sekalipun. Sebab sekali dirinya berubah, maka selamanya akan tetap berubah.
Lalu apakah hal tersebut juga berlaku terhadap Cempaka Ungu?
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com