webnovel

Pendekar Pedang Pencabut Nyawa

Raka Kamandaka adalah seorang pemuda tampan yang berasal dari Keluarga Kamandaka. Keluarga tersebut sangat ternama di Tanah Pasundan. Selain ternama, keluarga itupun merupakan keluarga yang sangat kaya raya. Kekayaannya di mana-mana, bisnis perdagangannya maju pesat. Di sisi lain, Kepala Keluarga Kamandaka juga seorang pendekar. Namanya sangat termashur di dunia persilatan. Setiap orang-orang yang berkecimpung dalam rimba hijau, pasti pernah mendengar nama Pendekar Pedang Tunggal. Sepak terjangnya membuat semua pendekar golongan hitam merasa jeri. Kalau namanya disebut, pasti mereka bakal merasakan seluruh tubuh bergetar karena saking takutnya. Sayang, suatu ketika sebuah malapetaka menimpa keluarga ternama itu. Seluruh anggota keluarganya tewas dibunuh oleh puluhan orang tidak dikenal. Bahkan malapetaka juga menimpa guru dari Raka Kamandaka sendiri. Setelah terjadinya pembunuhan berantai yang dilakukan secara sadis tersebut, Raka Kamandaka memutuskan untuk memecahkan misteri yang menimpa keluarganya. Dia akan terjun ke dunia yang penuh dengan pertarungan sebagai seorang pendekar muda pilih tanding. Dengan sebilah pusaka yang bernama Pedang Pencabut Nyawa, Raka bertekad akan menggetarkan dunia persilatan.

Junnot_senju · Ost
Zu wenig Bewertungen
407 Chs

Askara dan Astingkara

Degg!!!

Jantung Raka Kamandaka segera berdetak tidak karuan. Entah kenapa, dia sendiri tidak tahu alasannya. Apakah hal itu disebabkan karena dirinya sekarang sedang berhadapan dengan satu tokoh sakti? Ataukah karena sekarang dia sudah mengetahui siapa namanya?

"Baik, Eyang. Terimakasih sudah bermurah hati untuk memberitahukan namamu …" ujar Raka masih tetap di posisinya berdiri.

Eyang Kasepuhan tidak menjawab. Dia hanya melemparkan senyuman tulus. Senyuman itu sangat tulus, seperti senyuman ibu kepada anaknya. Juga terasa hangat. Sehangat sinar mentari di pagi hari.

"Nah, ini kedua muridku. Yang ini namanya Askara, dan ini Astingkara," ujar Eyang Kasepuhan memperkenalkan juga kedua muridnya.

Raka kemudian memberikan hormat kepada mereka.

"Salam kenal untuk Paman sekalian. Mohon maaf atas kelancangan yang telah aku lakukan sebelumnya,"

"Kau tidak perlu sungkan. Kesalahpahaman bisa terjadi kepada siapa saja," jawab Askara mewakili saudaranya.

Gesperrtes Kapitel

Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com