"Jadi sekarang aku harap Ayah dan Ibu mengijinkan aku untuk melanjutkan studyku dengan menerima beasiswa itu." Pinta Edward kepada kedua orangtuanya yang saat ini saling menatap satu sama lain. Mereka berdua sepertinya tidak sanggup kalau harus berpisah dari Edward. Terutama Emily yang merasa sangat khawatir dengan pemikiran Edward yang diatas rata-rata.
"Edward, apakah kamu harus meninggalkan kami seperti ini? Banyak sekali universitas sains di Wagola ini, apakah kamu tega meninggalkan kami, Nak?" Tanya Emily dengan mata yang mulai berair. Dia merasa sangat sedih saat dia mengetahui kalau putranya akan meninggalkannya, Felix sendiri tidak bisa melakukan apapun dan dia segera mengambl kertas yang diberikan oleh Edward lalu memberikan tanda tangan disana.
"Sayang, kita sebagai orangtua yang baik harus mendukung apa yang menjadi keinginan putra kita. Semua itu adalah bentuk kasih sayang kita yang tulus untuknya. Kita harus percaya kepada Edward karena kita orangtuanya, sedangkan orang lain saja mempercayainya tentu kita harus menjadi orang yang berdiri paling depan untuk mendukungnya." Ucap Felix sangat bijaksana. Emily akhirnya juga menandatangani kertas itu dan langsung merentangkan tangannya meminta pelukan dari Edward yang langsung menghambur ke dalam pelukan ibunya.
Felix tersenyum bahagia, dia berdoa semoga putranya bisa meraih apa yang menjadi impian dan cita-citanya. Akhirnya mereka harus melepaskan ketiga putra mereka saat anak-anak itu mulai menemukan jati diri dan kehidupan mereka.
"Lalu kapan kira-kira akan berangkat ke Inggris?" Tanya Tuan Felix kepada putranya. Edward tersenyum dan dia kemudian menatap kedua orangtuanya dengan penuh cinta. Pemuda berusia tujuh belas tahun itu sangat tampan dan menyayangi kedua orangtua juga kedua adiknya, Edrick dan Alan Walker.
"Aku akan berangkat minggu depan, Ayah, Ibu. Aku akan berangkat sendiri bersama pihak kampus yang menjemputku dan saat tiba disana nanti aku akan memberi kabar kepada kalian berdua. Kalian tidak usah khawatir dan tidak perlu mengantarkan aku. Aku akan baik-baik saja." Ucap Edward menenangkan kedua orangtuanya yang tentu saja sangat khawatir dengan keselamatan putranya.
"Baiklah kalau begitu, besok Ayah akan menjual beberapa hewan ternak agar kamu bisa menggunakan uangnya untuk bekal kamu di negara baru kamu. Kamu jangan khawatir akan kekuarangan uang, kalau uang yang kami berikan habis, kamu tinggal memberitahu kami saja." Felix sebenarnya belum tega untuk melepaskan putranya yang masih sangat muda untuk belajar ke luar negeri.
Apalagi Edward kurang bisa bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. Terus terang Emily dan Felix masih sangat khawatir, tetapi Edward langsung meyakinkan kedua orangtuanya kalau dia pasti akan baik-baik saja.
"Ayah tidak perlu menjual apapun. Aku memiliki sedikit tabungan dan kalian bisa memberikan aku uang saku seadanya saja. Lagipula semua keperluanku ditanggung oleh universitas. Untuk bulan selanjutnya, kalian tidak perlu mengirim uang karena aku akan mendapatkan uang saku sebesar sekitar 12.000$ pertahun." Edward memberitahu kedua orangtuanya agar tidak perlu khawatir tentang keuangan.
Felix dan Emily sangat bangga dengan putra mereka ini. Edward memang sangat jenius meski kadang penalarannya tidak seperti kebanyakan orang.
"Ya sudah, kalau begitu kamu persiapkan semua yang akan kamu bawa dan jangan sampai ada yang tertinggal. Karena kamu akan pergi ke negara yang sangat jauh." Emily kembali mengingatkan Edward karena menganggap usia Edward masih belum dewasa.
"Tentu saja, Bu. Aku ini sudah mempersiapkan semuanya. Besok aku akan ke imigrasi untuk mengurus paspor dan visa. Aku akan melakukan sidik jari dan membuat foto diri." Edward tersenyum kepada ibunya. Sementara Felix kini sedang menuju ke dalam kamarnya untuk melihat berapa banyak uang tunai yang dia miliki untuk diberikan kepada Edward. Meskipun Edward mengatakan dia tidak perlu uang saku, tetapi sebagai orangtua Felix dan Emily tetap akan memberikan uang saku untuk Edward.
Satu minggu berlalu begitu saja. Kini saatnya Edward meninggalkan perkebunan milik kedua orangtuanya di Wagola dan akan terbang ke Inggris untuk melanjutkan studynya. Dia akan berjang untuk mewujudkan cita-citanya dan menjadi kebanggaan kedua orangtuanya saat dia bisa mencapai kelulusan dengan hasil yang sangat memuaskan dan Edward yakin kalau dia bisa.
"Ayah, Ibu, Edrick, Alan, aku berangkat dulu. Kalian jaga diri baik-baik dan mohon maaf kalau nanti aku jarang menghubungi kalian semua karena aku harus beradaptasi dengan lingkungan yang baru." Ucap Edward sambil memeluk kedua orangtuanya juga adik-adiknya. Setelah berpamitan dia kemudian segera meninggalkan rumah tempat dia dilahirkan untuk meraih cita-citanya.
Mobil mini van sudah menunggu Edward dan kini dia segera memasukkan barang-barang bawaannya ke dalam bagasi mobil itu. Setelah semuanya masuk bagasi, Edward kembali memeluk kedua orangtua dan saudara-saudaranya. Dia segera memasuki mobil dan harus segera ke bandara karena pesawatnya akan berangkat satu jam lagi.
Saat ini keluarga Edward tinggal di Wagola yang merupakan bagian dari pulau Greenland negara Denmark. Kalau Edward akan ke Inggris berarti dia akan menempuh perjalanan kuranglebih selama satu jam, tetapi untuk sampai ke kampusnya tentu saja akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
"Edward! Jaga diri baik-baik ya!"
"Kakak, kami akan sangat merindukanmu!"
Semua kata-kata itu terngiang ditelinga Edward dan kini dia hanya bisa tersenyum sambil melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Edward sebenarnya merasa sangat sedih, tetapi dia bertekad akan menjadi orang yang sukses karena dia ingin menyelidiki sesuatu. Dia menemukan sebuah informasi yang sangat membuatnya tertantang untuk menyelidikinya. Dia akan menjadi seorang ilmuwan agar dia bisa mewujudkan apa yangmenjadi keinginannya.