Waktu berlalu.
Tidak disadari. Cien yang menunggu proses alkemi di depannya untuk selesai pun tertidur di pojok ruangan.
Matahari pagi mulai bersinar. Namun karena Cien berada di ruang bawah tanah. Dirinya tidak terbangun oleh cahaya pagi yang biasa hinggap di wajah. Begitu juga dengan nyanyian burung dan serangga yang saling beriringan, yang sudah dianggap Cien sebagai alarm alami.
Cien tanpa tahu kalau proses asimilasi tombaknya telah usai malah terus tertidur pulas. Hingga waktu mencapai puncak siang.
Cien yang tidur, membalikkan badan.
Dang!
Kepalanya tidak sengaja membentur rak. Terkejut, matanya terbuka. Melihat tembok pertama kali, lalu memindai ke seluruh ruangan.
Dari wajahnya, Cien nampak kebingungan. Seperti bertanya-tanya di mana dirinya. Hingga pada waktu matanya melihat tombak di tengah ruangan, barulah dia sadar kalau sedang memproses tombak barunya.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com