Yun Xi tidak menyangka akan bertemu seseorang dari keluarga Jiang di sini. Wanita ini bukan orang biasa. Ia adalah bibinya Jiang Henglin, pria yang akan ditunangkan dengan Yun Xi.
Kakek Jiang memiliki dua putra dan seorang putri. Putrinya, Jiang Wanyun, menikahi Shen Ziliang yang merupakan putra tertua keluarga Shen, salah satu dari empat keluarga yang berkuasa di Ibukota. Ada dua keluarga berkuasa di belakang mereka. Jiang Wanyun menjadi wanita yang terhormat dan dimuliakan di Ibukota.
Kereta ini datang dari daerah tetangga dan melewati kota Muyang. Karena mereka berpakaian kasual, Yun Xi menduga bahwa mungkin mereka pulang sehabis mengunjungi kerabat atau pergi untuk jalan-jalan. Yun Xi hanya melirik pria yang duduk di samping wanita itu dan sepertinya pria ini sepantaran dengan Tuan Mu. Ia berpikir bahwa pria ini mungkin adalah Shen Yichen, putra tertua dari keluarga Shen.
Dalam kehidupan terakhirnya, Yun Xi tidak pernah mendapat kesan mendalam dari Shen Yichen. Ia bertemu dengannya di jamuan bisnis keluarga Jiang dan hanya melihat wajahnya sebentar karena tergesa-gesa. Saat itu, putra tertua keluarga Shen sudah menjadi sosok yang kuat di Ibukota. Ia juga adalah seorang orang yang terpandang dan mantan selebriti.
Setelah dilahirkan kembali, Yun Xi bertemu dengan mereka lebih awal.
Sekarang sudah memasuki waktu sarapan. Anak-anak yang berisik membuat seluruh gerbong kereta menjadi sangat gaduh. Yun Xi mengeluarkan roti kukus yang ia curi dari rumah dan memakannya sambil minum air. Tanpa diduga, Jiang Wanyun juga mengeluarkan beberapa buah roti isi kukus dan menyerahkannya pada putranya. Ia juga memberikan segelas air dengan lembut.
Mereka sama sekali tidak menunjukkan gaya seorang keluarga kaya. Yun Xi tidak tahu apakah mereka juga sesederhana ini pada hari biasa, atau apakah mereka terlalu terbiasa makan ikan besar dan daging segar, atau karena Jiang Wanyun adalah seorang ibu yang ingin mendidik putra sulungnya sendiri.
Singkatnya, Yun Xi telah hidup selama bertahun-tahun dan telah terbiasa dengan semua jenis sifat manusia. Namun, melihat ibu dan anak yang seperti ini membuatnya terkejut. Mereka tidak duduk di gerbong kelas satu, tidak mendapat pelayanan khusus, dan tidak menunjukkan rasa jijik atau keengganan. Tidak jauh dari sana, Yun Xi mendengarkan Jiang Wanyun memberi tahu putranya tentang warna dari nasi dan roti gandumnya. Ia pun berpikir bahwa tuan muda itu sepertinya tidak mengetahui hal-hal umum.
Kereta itu tiba-tiba bergoyang dan dua anak yang berlari dan melompat di lorong tidak berhenti. Mereka tidak tahu siapa yang akan mereka tabrak. Tanpa sengaja, mereka langsung menghantam Shen Yichen. Shen Yichen belum menelan rotinya, namun roti itu langsung tersangkut di tenggorokannya.
"Chenchen! Chenchen, ada apa denganmu?!"
Jiang Wanyun menatap wajahnya putranya yang menghitam dengan kedua tangan memegangi lehernya. Ia berdiri dan mendorong anak yang menabrak Shen Yichen. Anak itu didorong ke tanah dan menabrak kursi, lalu menangis dengan keras.
"Chenchen, ada apa denganmu? Jangan menakuti Ibu! Yichen!"
Teriakan anak itu membuat Jiang Wangyun semakin terdesak dan segera membuat suasana di gerbong menjadi panas. Yun Xi menoleh dan melihat Shen Yichen memegangi lehernya dengan kulit wajah yang menghitam. Matanya tertutup karena kesakitan. Reaksi bawah sadar ini tidak lain adalah karena tersedak.
Yun Xi melemparkan roti kukus di tangannya, lalu berlari menerobos kerumunan di yang mengerumuni Shen Yichen dan menepuk-nepuk punggung pria itu.
"Apa yang sedang kamu lakukan?!" Jiang Wanyun menjerit karena terkejut dengan tindakan tiba-tiba Yun Xi. Ia mendorong Yun Xi dengan keras karena takut bahwa gadis itu akan melukai putranya yang berharga.
"Dia tersedak. Jika dia tidak diberikan pertolongan pertama, dia bisa mati!" seru Yun Xi. Ia tidak bisa mengendalikan situasi terlalu banyak karena ini hampir sejalan dengan tugas dokter. Ia pun bangkit dan terus menepuk punggung Shen Yichen beberapa kali.
Jiang Wanyun melihat Yun Xi hanya sebagai seorang gadis kecil sehingga merasa tidak nyaman, cemas, dan tidak mempercayainya. "Minggir! Jangan menyentuh anakku!" kata Jiang Wanyun. Ia membalik punggung Shen Yichen untuk memblokir Yun Xi sekaligus untuk menepuk-nepuk punggung putranya tanpa berani menggunakan kekuatan sama sekali.
"Nyonya, dia tidak bisa bernapas sekarang. Jika Nyonya menundanya, putra Nyonya akan mati!"
Yun Xi memandang Shen Yichen yang tidak bisa bernapas. Metode pertolongan pertama Heimlich diperkirakan tidak akan berhasil, jadi ia hanya bisa mengambil tindakan pertolongan pertama darurat. Tanpa memedulikan apapun, Yun Xi segera menarik Jiang Wanyun untuk menjauh. Ia buru-buru mengeluarkan pisau bedah dari tasnya yang didapatnya di hutan Mu Feichi, lalu melemparkannya ke cangkir penuh air mendidih.