Di sebuah kerajaan yang terlupakan, tersembunyi di pegunungan tinggi dan dikelilingi hutan lebat, hiduplah seekor burung legendaris yang dikenal sebagai Phoenix. Burung ini bukan sembarang burung. Dengan bulu berwarna emas dan merah menyala, Phoenix selalu memancarkan cahaya yang mampu mengusir kegelapan malam.
Setiap seribu tahun sekali, Phoenix akan terbang ke puncak Gunung Eternia, tempat ia membangun sarang dari ranting-ranting pohon suci. Saat waktunya tiba, Phoenix akan membakar dirinya sendiri dengan nyala api yang dahsyat, hanya untuk bangkit kembali dari abu dengan kekuatan baru. Siklus kehidupan dan kematiannya melambangkan keabadian dan harapan bagi seluruh makhluk di kerajaan tersebut.
Namun, suatu hari, kerajaan tersebut dilanda bencana besar. Naga hitam dari tanah seberang menyerang, membawa kehancuran dan kegelapan. Raja dan ratu mengerahkan seluruh pasukan mereka, tetapi naga itu terlalu kuat. Dalam keputusasaan, mereka mengirim seorang pangeran muda, Alaric, untuk mencari bantuan dari Phoenix.
Alaric menjalani perjalanan yang penuh bahaya dan rintangan. Ia melintasi hutan yang dihuni oleh makhluk-makhluk ganas dan melewati lembah yang dijaga oleh roh-roh jahat. Namun, dengan keberanian dan tekadnya, Alaric akhirnya tiba di puncak Gunung Eternia tepat saat Phoenix sedang menjalani siklus kebangkitannya.
Melihat Phoenix bangkit dari abu, Alaric memohon bantuan. Phoenix yang bijaksana memahami situasi kerajaan dan memutuskan untuk membantu. Dengan kekuatan api yang dimilikinya, Phoenix terbang bersama Alaric kembali ke kerajaan. Saat naga hitam melancarkan serangan terakhirnya, Phoenix menghadang dengan api suci yang mampu memurnikan kegelapan.
Pertarungan antara Phoenix dan naga hitam berlangsung sengit, tetapi pada akhirnya, kekuatan suci Phoenix berhasil mengalahkan naga hitam. Kerajaan kembali tenang, dan cahaya kembali menerangi negeri yang hampir tenggelam dalam kegelapan.
Alaric kembali ke istana sebagai pahlawan, dan Phoenix terbang kembali ke pegunungan, siap untuk menjalani siklus hidupnya yang berikutnya. Kerajaan itu tak akan pernah melupakan jasa Phoenix dan pangeran muda yang berani. Setiap seribu tahun, saat Phoenix membakar dirinya untuk bangkit kembali, rakyat kerajaan akan mengadakan perayaan untuk mengenang kebangkitan dan keabadian harapan.
Reinhardt cardinal adalah jenis bilangan kardinal besar dalam teori himpunan yang dinamai dari William Reinhardt, seorang matematikawan yang memperkenalkannya. Bilangan kardinal Reinhardt adalah bilangan kardinal x yang memenuhi kondisi berikut:
1. x adalah bilangan kardinal yang tak terhingga
2. Terdapat fungsi pemetaan j: VV (di mana Vadalah alam semesta
himpunan), yang disebut elementary embedding, dengan properti j(K) > к
3. Pemetaan j mempertahankan semua struktur himpunan hingga batas tertentu, artinya untuk setiap himpunan dalam V (himpunan semua himpunan dengan rank kurang dari ), j memetakan z ke dalam V
Secara lebih teknis, sebuah embedding j: V Vadalah elementary jika dan hanya jika untuk setiap formula dan himpunan 21, 22V, berlaku V (21,22,...) jika dan hanya jika V = ((1)(2)...())
Bilangan kardinal Reinhardt adalah konsep yang sangat besar dan memiliki implikasi mendalam dalam teori himpunan, Namun, salah satu masalah utama dengan bilangan kardinal Reinhardt adalah bahwa eksistensi mereka tidak kompatibel dengan aksioma regularitas dalam Zermelo Fraenkel set theory (ZF) dengan aksioma pilihan (AC). Jika ada bilangan kardinal Reinhardt, maka aksioma pilihan harus diabaikan, yang menyebabkan berbagai konsekuensi signifikan dalam teori himpunan.
Meskipun eksistensi bilangan kardinal Reinhardt menarik bagi para teoretikus, sampai sekarang, belum ada konsensus yang diterima luas mengenai keberadaan mereka dalam kerangka ZF tanpa aksioma pilihan
Namun, semakin dalam Phoenix menyelami dunia Reinhardt cardinal, semakin ia merasa bahwa ada sesuatu yang kurang. Kekuatan matematis yang rumit dan kemampuan untuk mengubah struktur himpunan dengan elemen kardinal yang besar tidak dapat menandingi kekuatan yang sebenarnya Phoenix bawa: keabadian, kebangkitan dari abu, dan harapan yang menginspirasi.
Akhirnya, Phoenix menyadari bahwa kekuatan yang sejati tidak terletak pada bilangan kardinal atau entitas matematis semata, tetapi dalam kemampuan untuk menghadirkan harapan, kebangkitan, dan inspirasi bagi mereka yang menghadapi kegelapan. Phoenix, dengan kebijaksanaannya yang telah teruji selama berabad-abad, akhirnya memutuskan untuk menggunakan kekuatannya untuk membawa cahaya dan harapan kepada alam semesta, melampaui apa pun yang bisa dipahami atau diukur oleh bilangan kardinal Reinhardt/Phoenix melampaui Reinhardt cardinal