webnovel

PARTNER IN CRIME : FRIENDZONE

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi. Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

seinseinaa · Geschichte
Zu wenig Bewertungen
94 Chs

16. Moment [Sweet]

Partner in crime, sebuah hubungan yang mereka jalani. Hanya sebatas sahabat tapi terkadang melebihi kekasih. Chakra adalah moodboster Lova, selalu jadi tempat bercerita saat dia senang, sandaran saat dia bersedih. Chakra selalu mengusahakan bahwa apapun keadaannya, dia harus bisa berada di samping Lova saat gadis itu membutuhkannya. Pria itu selalu menyediakan bahu untuk tempat bersandar, jari untuk menghapus airmatanya, dan tangan yang senantiasa menggenggamnya kemanapun mereka pergi.

Bagi Chakra, Lova memiliki tempat tersendiri di hatinya. Bukan sebatas sahabat namun juga bukan sebagai kekasih. Meskipun banyak orang yang bilang hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan itu tidak lepas dari yang namanya love and lust….

***********

Lova berlarian di sepanjang koridor kelas X yang sudah sepi. Bel tanda di mulainya pelajaran memang sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Dia terlambat. Sedikit mengerem kakinya saat akan melewati deretan kelasnya, ia mengintip ke arah jendela ruang kelasnya.

Guru yang mengajar di kelasnya hari ini tengah berdiri di depan kelas dengan tatapan sangarnya. Pria paruh baya itu tengah menceramahi murid kelas X-B dengan segala petuahnya.

"Mampus! Pak Wiratama udah datang lagi. Aarh, gimana ini?" gumam Lova menggigit bibirnya lantaran gugup dan juga takut. Wajahnya terlihat panik.

Tentu saja. Pak Wirataman adalah salah satu dari sekian guru di sekolah ini yang mendapat predikat 'Guru Galak'. Pria yang sudah tak muda itu memiliki tatapan yang tajam, kumis tebal yang membuat siapapun kicep dan juga omelan yang membuat gendang telinga siapapun akan pecah. Oke, yang terakhir berlebihan. Tapi percayalah, kalau kalian pernah mendapat guru terkiler di sekolah. Gambarannya akan serupa dengan Pak Wiratama ini.

Lova tetap bersembunyi di balik tembok karena kelasnya terletak di perempat koridor. Setelah menimbang-nimbang, akhirnya ia memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya keluar dari persembunyiannya.

"Kepalang tanggung. Kalau gue nggak masuk, gue harus kemana. Semoga semuanya akan baik baik saja dan Pak Wiratamab cuma ngasih hukuman yang ringan," gumam Lova meyakinkan dirinya sendiri.

Saat Lova hendak muncul di balik jendela kelasnya, tiba tiba ada sebuah tangan yang menarik lengannya dan membawanya pergi dari koridor tersebut.

Lova menatap bingung pada cowok yang berjalan lebih dulu di depannya. Tangan mereka masih tertaut. Cowok itu menggenggam tangannya dengan lembut. Jantung gadis itu tiba-tiba saja menggila, ah, tidak, sebenarnya sudah menggila sejak tangan milik cowok itu meraih lengannya. Karena ia tahu siapa pemilik tangan yang tengah menariknya saat ini.

Cowok itu terus menarik tangannya, melewati lorong lab kimia dan fisika, melewati barisan kantin dan terus ke arah belakang sekolah. Jujur saja, Lova tak pernah memasuki area belakang sekolah. Kecuali waktu ospek dulu. Itu pun terpaksa untuk memenuhi 'tradisi' murid baru.

Di depan sana, ada sebuah bangunan yang cukuo asing bagi Lova. Gadis itu melihat ke sekeliling dengan raut wajah bingung. Mereka tiba di sebuah tempat yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Bangungan kaca yang penuh dengan berbagai macam tanaman. Cowok itu membawanya ke arah sudut yang tertutupi tanaman rimbun. Di sana ada dua buah kursi panjang yang saling berdekatan.

Mereka berhenti di salah satu titik, dekat dengan kursi tersebut.

"Eh, sorry." Cowok itu segera melepas tautan tangannya saat menyadari tangannya masih menggenggam erat tangan Lova.

Lova hanya tersenyum kikuk. Rasa gugupnya membuat suasana menjadi lebih canggung.

"Ehm, lebih baik kita di sini dulu sampai jam pelajaran pertama selesai. Gue tahu Pak Wiratama yang ngajar kelas lo pagi ini. Dia sering menghukum orang yang datang terlambat, jadi mending pagi ini kita bolos aja ya," ujar cowok itu panjang lebar. Ia tersenyum kikuk sembari menggaruk bagian belakang rambutnya. Mungkin ini adalah kali lertaman ia mengajak seorang gadis untuk membolos bersamanya.

Lova mengangguk dengan kikuk. "Lo sendiri gimana? Emangnya guru di kelas lo pagi ini juga killer?" tanyanya balik. Menciptakan obrolan supaya canggung segera pergi.

"Ehm, iya," sahut cowok itu berbohong. Padahal kelasnya sedang di ajarkan oleh Bu Sonia yang terkenal ramah pada murid-muridnya.

"Oh." Lova mengangguk paham.

"Lo keliling-keliling aja," ujar cowok itu kemudian. "Ini rumah kaca sekolah. Jarang ada yang mengunjungi tempat ini. Gue secara pribadi yang menyuruh Pak Joni untuk mengurus tempat ini," imbuhnya kemudian menjelaskan keheranan dan kebingungan Lova.

"Kenapa?" tanya Lova seraya melihat ke sekeliling. Banyak sekali bunga bunga yang di tanam di sini. Indah sekali.

"Sebelum kita sekolah di sini, tempatnya sangat tidak terawat. Sayang banget kalau menurut gue. Jadi ya gue ijin ke kepala sekolah buat renovasi tempat ini. So, hanya gue dan Pak Joni yang punya kunci untuk masuk ke tempat ini."

Sekali lagi Lova manggut-manggut. Ia melihat ke sekeliling. Sebelum kemudian melirik ke arah cowok yang duduk di kursi.

"Naka," panggil Lova pelan.

Cowok yang mengajaknya bolos pelajaran, memang Ranuchaka Sangabiru Arsangaji. Iya, salah satu cowok tampan yang menjadi idola di sekolah mereka. Betapa beruntungnya Lova bisa berduaan dengan cowok itu, walaupun hanya beberapa jam saja.

"Kenapa?" tanya Naka menoleh ke arah Lova yang masih berdiri.

"Hah? E... enggak. Enggak jadi." Lova menggelang pelan. Tiba tiba ia menjadi semakin gugup saat Naka menatapnya dengan penuh minat seperti tadi. "Gue mau keliling tempat ini aja," ocehnya kemudian mengalihkan topik.

Naka diam sejenak, lalu mengangguk mengiyakan. "Tempat ini sangat indah untuk di sia siakan, jadi gunain waktu lo buat keliling tempat ini," celotehnya tersenyum tipis.

Lova sempat tertegun saat melihat senyum milik cowok itu. Ia kemudian pamit pergi karena tidak ingin salah tingkah atau bahkan pingsan di hadapan Naka. Ia akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan sebentar melihat-lihat rumah kaca tersebut. Banyak sekali tanaman yang ada di sini. Bunga-bunganya terlihat indah dan berwarna-warna. Ada spot yang di sukai oleh Lova, spot bunga tulip, terlihat sangat indah karena perpaduan warnanya.

Setelah selesai berkeliling, Lova kembali ke tempat yang tadi. Sudut rumah kaca yang terdapat dua buah bangku. Saat sampai di sana, ia melihat cowok yang tadi membawanya ke sini sedang tiduran di atas kursi panjang berbantalkan tasnya. Lova tersenyum kecil melihatnya. Gadis itu memutuskan untuk duduk di kursi sebelahnya.

Tring!

Ponsel milik Lova berbunyi nyaring. cowok yang tadi tiduran menoleh ke arah Lova.

Kucing!" seru Lova saat menatap nama dilayar ponselnya. "Akhirnya ngasih kabar juga nih anak," gumamnya kemudian seraya mengangkat telpon dari Chakra.

"Eh, kok lo angkat sih, Bi? Bukannya masih pelajaran ya?" tanya Chakra ujung telfon. cowok itu tak menyangka jika panggilannya akan di angkat oleh Lova.

"Kalau lo tau ini masih jam pelajaran, ngapain lo nelpon gue?" omel Lova melupakan makiannya pada cowok itu

"Iseng aja," sahut Chakra disertai cengirannya yang tidak bisa dilihat oleh Lova. "Eh, jangan bilang lo bolos ya?" tanyanya kemudian.

"Iya ini 'kan gara-gara elu!" omel Lova.

"Hahahaha, maaf," ucap Chakra merasa bersalah.

Lova memutar matanya bosan. "Sebenarnya lo itu di belahan bumi bagian mana sih? Kenapa tadi pagi lo nggak bangunin gue? Terus kenapa lo nggak nganterin gue ke sekolah? Katanya lo mau jadi supir gue, baru beberapa bulan aja udah nyerah. Gimana sih lo?" omelnya mencak-mencak.

Di ujung telfon Chakra tertawa geli mendengar omelan Lova barusan. Sampai akhirnya ia terbatuk-batuk dan Lova menyadarinya.

"Lo sakit ya?" tanya Lova kemudian.

"Iya nih, demam. Nanti sepulang sekolah bisa nggak lo ke rumah gue? Bonyok lagi ke Jepang, nggak enak nih kalau sakit gini sendirian," pinta Chakra memohon.

Lova menghela nafasnya lelah sebelum mengiyakan permintaan Chakra. "Iya, nanti sepulang sekolah gue ke rumah lo."

"Makasih, Bi," sahut Chakra di ujung telfon.

"Lo udah makan? Kalau belum suruh mbok Darmi bikinin lo bubur. Habis itu langsung minum obat, kalau udah minum obat lo tiduran aja di kamar, jangan main game. Jangan lupa pakai baju hangat! Kalau panasnya belum turun-turun, suruh aja mbok Darmi ngompres lo. Kalau ada apa-apa lo telpon gue aja. Kalau bonyok lo malam ini nggak pulang, gue akan tidur di rumah lo," perintah Lova panjang lebar.

"Iya-iya, gue ngerti. Baek-baek lo di sekolah, jangan nakal, jangan bolos lagi," balas Chakra sebelum menutup panggilannya.

"Hehm." Lova menghela nafas pelan sebelum memutar badannya ke arah Naka yang sedari tadi serius memperhatikannya. Cowok itu sudah duduk di kursi sebelah Lova.

"Kenapa tuh anak?" tanya Naka kemudian yang melihat wajah muram Lova.

"Dia sakit, makanya tadi nggak bisa jemput gue," jawab Lova tanpa mengurangi ekspresi kekhawatirannya.

"Lo tenang aja, daya imun Chakra kuat kok. Nggak usah khawatir gitu. Kuman mah, takut kali sama dia," ucap Naka menepuk-pundak Lova pelan. Ia tertawa kecil untuk leluconnya barusan.

Lova juga ikut tertawa. "Gue sedikit khawatir aja. Soalnya kan orangtua Chakra lagi nggak di rumah. Kalau sakit 'kan tuh anak manja banget. Gue takut aja kalau demamnya nggak turun-turun, kalau dia jatuh di kamar mandi, kalau dia butuh apa-apa. Kalau dia ...," ucapan Lova terhenti saat sadar kalau sikapnya berlebihan. "Ehm, gue berlebihan banget ya, padahal cuma demam," ocehnya kemudian.

"Dia akan baik-baik saja, Lov." Hibur Naka mengusap rambut Lova.

Lov?

OMG, baru kali ini gue beruntung punya nama Lova! Jerit hati kecil Lova.

"Lova!" panggil Naka karena Lova haya diam saja.

"Hah?" Lova terlihat kaget. "Iya-iya, semoga saja Chakra baik-baik aja," kekehnya kemudian.

"Ya udah yuk balik ke kelas, sebentar lagi pelajaran kedua akan segera dimulai," ajak Naka pada Lova.

"Ayuk!" sahut Lova dengan semangat.

*****

Jangan lupa guys! Komen dan juga kasih review yaa..

Jangan lupa mampir ke cerita saya yang lainnya.

1. Not a CLassic Wedding

2. Jodoh [Aku yang Memilihmu], Partner In Crime [Sequel Jodoh [Aku yang Memilihmu]]

3. Black Tears

4. Selingkuhan

5. Merakit Perasaan

6. Cinderella Scandal's : I'am CEO, Bitch!

Dukung terus anak anak saya yaa....

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semuanya yang sudah mengikuti cerita ini sampai sejauh ini. Nunggu upnya luama banget, jangan lupa tab love terus komen ya guys. Biar anak saya rankingnya semakin naik. Saya jadi tambah semangat buat nulis kalau rangkingnya naik. wkwkwkwk

PYE! PYE!

Note : Saya akan lebih sering up lagi lho, stay tune....