webnovel

Our Secret

Setelah kelulusan SMA, Vini dan kakak kembarnya, Vino, menerima sebuah undangan beasiswa dari sebuah kampus dengan dijanjikan fasilitas yang nyaman termasuk asrama. Namun ternyata, undangan tersebut berasal dari sebuah sekolah agen rahasia. Dan yang lebih mengherankan, tidak lebih dari lima belas orang yang dipilih untuk masuk ke sana.

Reenxie · Teenager
Zu wenig Bewertungen
14 Chs

Drama

Tiba hari di mana mereka akan menampilkan drama yang beberapa hari ini sudah dipersiapkan.

"Aku menolak perjodohan ini!" Vini memasang wajah kesal menatap Vino dan Arsha yang berperan sebagai orang tuanya, "Aku hanya mau bersama pria yang aku cinta!".

Vini, Vino dan Arsha duduk di depan kelas yang digunakan sebagai panggung.

"Risa!" Arsha menaikkan nada suaranya memanggil nama peran Vini, "Mama dan Papa melakukan ini untuk kebaikanmu!"

"Ini bukan untuk kebaikanku," Vini berdiri dari kursinya, "Tapi kebaikan kalian!" Kemudian berjalan keluar kelas di mana di sana merupakan bagian luar panggung.

"Hah..." Arsha mengurut keningnya, "Bagaimana ini Pah, apa yang harus kita lakukan?"

Vino mengusap lembut punggung Arsha, "Nanti kita akan bujuk Risa pelan-pelan." Vino mengajak Arsha berdiri dan berjalan keluar kelas.

Beberapa detik kemudian, Vini kembali muncul bersama Barra. Keduanya berjalan lalu berdiri berhadapan di depan kelas.

"Apa aku kabur saja dari rumah?" Vini memasang wajah sendunya. Vini benar-benar bermain peran dengan bagus.

"Jangan," Barra menyentuh salah satu bahu Vini, "Kamu jangan lakukan itu. Apa perlu aku datang menemui kedua orang tuamu?"

Vini menggeleng sekilas, "Mereka tidak akan mendengarkanmu." Lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya, "Bawa aku kabur dari sini, aku ngga mungkin menikah dengan pria yang tidak aku suka!"

Tiba-tiba Barra memeluk Vini membuat semua yang menonton, kecuali Varen, sedikit terkejut.

"Andai aku bisa membawamu pergi. Tapi aku tidak mungkin membuat kedua orang tuamu bersedih karena hal ini."

"Mereka pun tidak memikirkan perasaanku!" Vini membalas pelukan Barra dan menyembunyikan wajahnya di dada Barra.

"Wah keren sih Vini!" Bisik Jessy pada Jo yang sedang duduk di sampingnya.

Drama terus berlanjut hingga selesai, tim Delta mendapat tepuk tangan dari tim Charlie. Tim Delta berdiri berjajar di depan kelas lalu membungkuk sejenak dan kembali ke kursi mereka.

"Bagus, saya suka dengan ide drama yang kalian sajikan. Baik tim Charlie maupun tim Delta, kalian sudah memberikan drama yang bagus. Akting kalian juga sangat baik. Beberapa perlu lebih dilatih lagi dan yang lain sangat bagus, terutama Vini. Adegan yang diberikan saya rasa cukup sulit untuk kalian yang pastinya awam dalam dunia akting, tapi Vini mampu menguasai setiap dialog yang menjadi bagiannya. Ekspresimu membuat bahwa ini bukan sekedar drama dan saya yakin setiap penonton yang di sini ikut terbawa oleh peranmu."

Semua bertepuk tangan untuk Vini membuat Vini tersenyum kecil. "Terima kasih kak." Ucapnya.

"Kamu sudah pernah ikut dalam sebuah drama sekolah atau sejenisnya?"

"Belum pernah kak."

"Tapi aktingmu sangat baik. Kamu tidak terpengaruh dengan penonton atau lawan mainmu, kamu seperti sudah menjiwai peranmu."

Vini tidak tahu harus menjawab apa atas pujian Varen, sehingga dirinya hanya tersenyum.

"Barra dan Liam juga sangat baik aktingnya, saya senang dengan chemistry kalian. Ini artinya persiapan kalian sudah sangat bagus."

"Sebelum drama, mereka memang sudah punya chemistry kak." Ucap Arsha.

"Jadi kalian bertiga punya hubungan satu sama lain?"

"Rekan tim." Jawab Vini.

Varen tersenyum, "Bagus, pertahankan terus agar saat di lapangan kalian juga lebih kompak sebagai tim."

Karena waktu yang sudah habis, Varen menutup kelasnya. Tim Charlie dan Delta membubarkan diri setelah Varen meninggalkan kelas.

"Wah keren banget tadi aktingmu Vini!" Jessy tersenyum sumringah, "Salut aku."

"Tapi kayaknya ada yang mesem nih." Arsha melirik Liam yang duduk tak jauh dari mereka.

"Memangnya dia kenapa?" Tanya Jessy, "Karena ngga jadi peran pasangan Vini?"

"Bukan," Arsha terkekeh sejenak, "Karena Barra masukkan adegan diluar skenario, Vini juga ikutin alurnya Barra, bikin pangeran kayak lagi kebakaran di luar panggung."

Liam hanya diam saat Arsha dan Jessy terkekeh. Vini tidak berniat menatap Liam dan Jo hanya menyimak saja.

"Memang adegan yang mana?" Tanya Jessy setelah berhenti tertawa.

"Adegan pelukan. Aku ngga ada buat bagian itu tapi Barra inisiatif."

Barra yang mereka bicarakan sudah tidak ada di kelas, saat bubar tadi dirinya memilih ke kantin. Tinggalah Vini beserta ketiga teman kamarnya dan Liam yang kesal hingga enggan untuk ke kantin.

"Sudah jangan dibahas lagi," Vini berdiri, "Yang penting tugasnya udah beres. Aku mau cari makan dulu." Vini berjalan keluar kelas sendirian.

"Kamu ngga mau ikutin Vini Liam?" Tanya Jessy.

"Untuk apa?"

"Kok untuk apa sih? Memangnya mau Vini diambil Barra di luar drama juga? Kenapa coba ngambek karena drama? Kan Vini sama Barra mau tim kalian dapat nilai plus."

Liam berdiri dari kursinya, "Kalian sendiri, ngga makan?"

"Kami bisa nanti, susul dulu sana tuan putrinya." Suruh Arsha.

Tanpa menjawab, Liam berjalan keluar kelas mencari Vini.

"Menurut kalian, apa Liam benar ada perasaan pada Vini? Atau hanya bercanda karena mereka sudah kenal lama? Apalagi sempat ada masalah." Tanya Jessy.

"Entahlah," Jawab Arsha, "Kalau ngga ada perasaan, kenapa harus marah dengan adegan Barra dan Vini tadi?"

"Iya sih, menurutmu bagaimana Jo?"

"Aku tidak terlalu memperhatikan."

"Sudahlah, kita lihat saja nanti bagaimana, sekarang kita makan siang dulu." Ajak Arsha yang langsung diiyakan oleh Jessy dan Jo.

***

Jessy menyenggol lengan Arsha saat masuk ke kantin, meminta Arsha melihat ke arah yang Jessy tunjuk dengan dagunya.

Terlihat oleh mereka, Vini sedang makan siang berdua dengan Liam. Namun tidak dapat mereka temukan keberadaan Barra di sana.

Mereka berencana untuk makan terpisah dari Vini dan Liam namun Vini lebih dulu menangkap keberadaan mereka dengan tatapan mengancam jika mereka tidak bergabung.

"Mana Barra Vin?" Tanya Arsha setelah bergabung, "Kayaknya tadi dia ke sini."

"Ngga tau, aku datang ke sini ngga bertemu Barra, cuma ada Liam."

"Mungkin saja dia sudah kembali ke kamar." Terka Jessy.

Vini mengangkat sekilas bahunya.

"Ada Liam di sini, kenapa harus tanya laki-laki lain." Liam memasang wajah datar.

"Justru karena orangnya ngga kelihatan makanya kita tanya." Ucap Jessy.

"Bener!" Sahut Arsha, "Karena kamu ada di sini, untuk apa kita cariin?"

Liam memasang wajah sebal.

Jessy mengajak Jo memesan sejenak makan siang mereka lalu segera kembali bergabung di meja Vini.

"Setelah ini, kita masih ada kelas kan?" Tanya Arsha.

"Iya." Jawab Jo singkat.

"Benar." Imbuh Vini.

"Aku jadi penasaran bagaimana nanti setelah kita boleh terjun ke lapangan." Ucap Arsha, "Seru kali ya? Jadi agen rahasia, biasanya nonton di film, sekarang mengalami sendiri."

"Semoga saja segera diizinkan melaksanakan misi."

Semua mengaminkan harapan Vini.

"Masih latihan aja seru apalagi di TKP nanti." Arsha kembali bicara.

"Memangnya kemampuanmu sudah baik?" Liam menatap datar Arsha.

"Ya makanya, harapin aja dulu. Biasanya kalau membayangkan yang baik, nanti terimanya juga yang baik."

***