webnovel

OUR JOURNEY

Judul sebelumnya: Rumitnya Persahabatan [REVISI] Entah berapa lama lagi kita dapat bersama. Intinya, waktu yang aku habiskan bersama kalian sangat berharga bagiku. Selalu ada canda dan tawa serta duka di setiap perjalanan kita

Enjizoo44 · Teenager
Zu wenig Bewertungen
134 Chs

Bab 128

Reiga berjalan cepat masuk ke dalam rumahnya. Emosi telah menguasai dirinya yang saat ini.

"Reiga..." Lily yang memanggil Reiga pun tak dihiraukannya. Reiga terus berjalan menuju kamar dimana Andi, sepupu Lily tidur.

Reiga menarik tubuh Andi yang sedang bermain game di ponselnya. Bibi Lily sedang menonton tv sambil memakan camilan.

"Reiga, apa-apaan kamu? Lepasin Andi!" Tak dihiraukan. Serasa semua orang yang berucap padanya hanya lah angin lalu yang melintas begitu saja.

Reiga menghantam kuat wajah Andi, berkali-kali hingga pria itu tak bisa melihat dengan jelas. Tak tinggal diam, Andi yang merupakan mantan preman pasar membalas serangan Reiga bertubi-tubi. Tak puas sampai sana, Reiga membalas kembali pukulan yang di layangkan Andi.

"Reiga!" Teriak Ibu Reiga. Lily memeluk lengan Reiga, menahan lelaki itu bertindak lebih jauh.

"Kalian kenapa sih? Ada masalah apa lagi?" Tanya Ibu Reiga.

"Lo!" Reiga menunjuk tepat di depan mata Andi.

"Apa?" Andi berteriak keras juga.

"Lo udah nipu Gue, anjing! Lo bilang Lo kerja di Sheri Assosiation! Lo cuma penipu!" Teriak Reiga.

"Bener itu, Bang?" Tanya Lily.

"Ly, Gue bisa jelasin. Dengerin Gue dulu!" Andi mencoba menyentuh tangan Lily dan dengan cepat di tepis kasar oleh Reiga.

"Nggak perlu lagi penjelasan apa pun! Sekarang, kalian pergi dari rumah Gue!" Reiga menghamburkan semua barang-barang yang ada di kamar Andi.

"Reiga, stop!" Teriak bibi Lily.

"Kamu nggak bisa ngusir kita gitu aja! Kita udah nanda tangan kontrak! Kalau kamu ngelanggar kamu harus bayar untuk kita!" Kata bibi Lily.

"Oke, Gue bayar! Uang segitu nggak akan bikin Gue jatuh miskin! Dua ratus juta kan?" Dengan cepat Reiga meraih dompetnya dan mengambil kartu kredit nya.

"Di dalem situ ada uang dua ratus lima puluh juta, sisanya ambil aja! Tapi inget, jangan sekali-sekali kalian balik kesini dan jangan telephone Lily lagi!"

Reiga pergi dari sana, menenangkan dirinya. Reiga memilih untuk datang ke rumah Nicholas, yang kebetulan sedang ada perkumpulan.

"Guys." Reiga langsung duduk di sebelah Hao.

"Kenapa Lo Rei? Lesu kaya orang nggak makan seminggu aja Lo," tanya Nathan.

"Udah Gue hajar si Andi. Sialan, dia udah bikin saham Gue anjlok." Reiga mengusap wajahnya gusar.

"Kok bisa anjir? Lo ngasih dia megang perusahaan Lo gitu?" Tanya Hao kesal.

"Bukan, dia nggak tahu kalau saham Gue merosot. Maksud Gue, gara-gara mikirin dia Gue nggak konsen kerja dan akhirnya saham Gue merosot deh. Nggak banyak, tapi tetep aja kesel."

"Terus gimana akhirnya? Lo apain si Andi?" Tanya Nicholas.

"Gue hajar sampe berkali-kali, dia juga nonjok Gue sekali doang. Terus Gue usir, Gue kasih dia uang dua ratus lima puluh juta biar nggak ribet."

"Ibu Lo setuju Lo ngasih duit buat mereka?"

"Gue nggak peduli mau Mama setuju atau nggak, intinya sekarang mereka pergi dulu dari rumah Gue. Untuk selanjutnya masih Gue pikirin," jawab Reiga.

"Lily?"

"Lo kenapa sih Nik? Kenapa Gue harus nanyain pendapat semua orang? Bukannya kalau mereka udah pergi masalah selesai?" Reiga menatap nanar ke arah Nicholas.

"Perasaan Lily Lo udah tahu? Gimana pun mereka tetep keluarganya Rei."

"Terus, Lo mikirin nggak perasaan Raya gimana? Lo harusnya benerin dulu sikap Lo ke istri Lo baru Lo ngatur Gue!"

"Gue cuma ngasih tahu biar Lo nggak ngelakuin hal yang sama kaya Gue. Gue sama Raya udah mulai akur, tapi Raya masih jaga jarak dari Gue."

"Gue juga kalau jadi Raya bakal jaga jarak dari cowok kaya Lo," kata Putra.

"Huh, nggak nyangka kehidupan setelah nikah gini amat. Yang Gue bayangin, Gue bakal hidup bahagia bareng istri dan anak Gue." Putra berucap sambil tersenyum pahit.

"Kenapa lagi Put? Aira sakit lagi?" Tanya Raya yang baru saja kembali dari kantornya.

"Iya Ray, kata dokter dia terlalu banyak pikiran."

"Sini aku bawain tas nya." Nicholas hendak mengambil alih tas yang dipegang Raya. Namun, Raya langsung mencegah Nicholas dan berlalu ke kamar.

"Mampus!" Bisik Hao dan Nathan.

"Nathan doang yang kehidupan pernikahannya asik."

"Siapa bilang?" Tanya Nathan.

"Gue anjir, nggak denger barusan, Ha?" Geram Reiga.

"Ya, karena Gue sama Freya nggak mikirin apa-apa selain kebahagiaan. Peduli amat sama semua masalah yang terjadi, toh Gue juga nggak bisa berhentiin setiap masalah yang dateng ke hidup Gue. Jadi, ya mau nggak mau harus kita hadapin bareng-bareng."

"Ya makanya itu, Gue bilang kalian pasangan paling bahagia. Gue juga pingin kaya Lo, Nath," ucap Hao.

"Yaudah, yuk tukaran sama Gue. Lo aja yang giliran ngurusin Nia Twins sama Freya. Kayanya Alexa orangnya diem-diem bae deh."

"Diem, diem kalau lagi tidur doang. Kadang-kadang juga pas lagi tidur ngigo."

"Kalau Lo nggak suka ngapain kalau gitu dulu Lo nikahin?" Tanya Reiga.

"Walau pun begitu, dia tetep satu-satunya cewek yang Gue sayang."

"Mama Lo gimana?" Tanya Reiga lagi.

"Iya dia juga njir."

"Bisa nggak sih, kalau kita ngumpul tuh nggak usah bahas tentang pernikahan? Pusing tahu Gue," kata Nathan.

"Kalau bukan di sini kita curhat, terus dimana? Dari pada nanti kita malah nyewa tante girang," kata Reiga.

"Iya, Lu sono aja nyewa tante girang biar Lo langsung di ceraiin sama Lily. Sukses deh Lo," kata Nathan.

"Kampret!"

"Udah, sekarang kita harus berusaha lebih lagi buat ngejaga rumah tangga kita. Ini udah jadi risiko kita berumah tangga, kita harus tuntasin masalah ini. Kasihan kan istri kalian rela ninggalin keluarganya demi ikut Lo pada," kata Putra.

"Pak Putra emang de best sih. Panutan Gue nih!" Reiga memeluk leher Putra.

****

"Ma, maafin Lily ma." Lily sudah berlutut di hadapan ibunya.

"Kenapa ini Ma? Sayang, kenapa kamu berlutut?" Tanya Reiga.

"Ma…" Lirih Lily.

"Mama udah percaya sama kamu, belain kamu setiap kamu dimarahin sama Tante kamu. Tapi apa yang kamu lakukan? Kamu diem-diem selalu ngirimin Tante kamu uang, ngajak mereka makan diluar." Ibu Reiga memalingkan wajahnya tanpa berniat menatap Lily sedikitpun.

"Mama nggak ngelarang Lily, Mama cuma pingin kamu jujur ke Mama, nak."

"Maaf Ma…"

"Apa suami kamu tahu, kalau kamu diem-diem ngirimin sepupu kamu uang?"

Lily diam, menatap Reiga yang sudah berdiri dengan wajah kesal. Lily takut, jika Reiga akan marah padanya.

"Reiga tahu Ma, Lily udah bilang. Reiga yang nyuruh Lily buat ngasih mereka uang."

Di luar perkiraan, Reiga malah membela Lily di depan Ibunya sendiri. Lily semakin merasa bersalah jika seperti ini.

"Ayo sayang, kita masuk ke kamar. Mama juga yah, istirahat siang." Reiga memeluk pinggang Lily dan berjalan ke kamar mereka. Sebelum Reiga pergi, Reiga terlebih dahulu mengecup kening Ibunya.

Sesampainya di kamar, Reiga langsung melepas pelukannya dari pinggang Lily. Reiga menghela napas panjang, mengambil pot kaca dan melemparnya ke lantai.

"Rei…" Lily berusaha keras menahan air matanya, namun gagal. Perlakuan Reiga menurutnya sangat keterlaluan. Lily memberanikan dirinya menahan tangan Reiga dan menampar wajah suaminya itu.

"Reiga! Kamu apa-apaan sih? Sikap kamu kali ini udah keterlaluan!" Teriak Lily.

"Apa? Kenapa kamu bentak aku? Kenapa kamu cuma kasar sama aku aja? Harusnya kamu kaya gini ke sepupu sama Tante sialan kamu itu! Kenapa ngelampiasin marahnya ke aku, ha?" Teriak Reiga.

"Aku ini istri kamu! Wajar aku marah ke kamu! Pake segala ngelempar pot, aku tahu kamu banyak punya uang tapi kita harus tetep hemat!"

"Kamu sekarang nggak wajar marah ke aku, Ly. Kamu tahu kenapa? Aku disini posisinya korban. Korban dari kelicikan kamu, Tante, dan sepupu kamu! Aku yang harusnya marah di sini, tapi aku tahan. Kamu tahu kenapa? Karena aku cinta sama kamu, kamu istri aku." Reiga menatap dalam penuh amarah tepat di mata Lily. Lily yang pertama kali melihat Reiga marah, akhirnya menunduk dan membiarkan Reiga.

"Ly, aku selalu nempatin kamu di posisi paling atas dalam hidup aku. Kamu akan selalu jadi yang pertama bagi aku. Tapi kenapa kamu nggak bisa kaya gitu juga?"

"Rei, maafin aku. Bagaimana pun mereka tetep kerabat aku, Rei. Aku nggak tega ngebiarin mereka kaya gitu." Lily meraih tangan kekar Reiga.

"Bukan, mereka bukan kerabat kamu. Mereka dateng ke kamu pada saat kamu udah jadi nyonya besar. Pas kamu kuliah mereka kemana? Mereka ada dimana waktu kamu minta restu di saat pernikahan kita? Jangan lupa, yang jadi wali kamu itu Bang Jay, Ly." Reiga berteriak ke arah Lily.

"Aku nggak akan lupa sama mereka, dan ya aku akan selalu inget sama perbuatan Bang Jay juga. Tapi kamu nggak paham Rei sama perasaan aku. Apa kamu tahu rasanya hidup di dunia tanpa kehadiran orang tua? Kamu punya segalanya Rei, sedangkan aku nggak! Aku selalu sendirian."

"Gimana aku mau ngerti kalau kamu nggak jelasin segalanya ke aku? Dan juga, kamu lupa? Sekarang kamu nggak sendiri, aku, Mama, Papa, Egi, temen-temen. Masih ngerasa sendiri? Anggap aja sekarang kamu itu bagian dari kita Ly. Bukan, kamu memang bagian dari kita." Reiga menatap lekat manik mata Lily yang mulai memerah.

"Ssstt. Aku minta maaf karena udah marah dan bikin kamu sedih. Sekarang kamu siap-siap, kita mau jalan-jalan ke mall."

"Sama siapa?"

"Kita berdua aja. Jangan bilang mau ngajak kerabat kamu lagi?" Tanya Reiga dengan wajah yang kesal.

"Nggak sayang, aku mandi ya."

Reiga lalu mengangguk dan membiarkan Lily mandi.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Enjizoo44creators' thoughts