webnovel

Ore no Imouto wa Shousetsuka!

Dikisahkan seorang anak SMA yang memiliki adik perempuan yang memiliki profesi sebagai penulis novel erotis. Adiknya sedang menjalin suatu hubungan dekat dengan sahabatnya di masa kecil. Mereka bertemu kembali di akhir bulan musim semi, dengan sebuah pertemuan yang mengejutkan. Bagaimana kisah kelanjutannya? Saksikan di TKP!!

ANABANTINGAN · realistisch
Zu wenig Bewertungen
8 Chs

Tamami Yang Haus Pujian

"Oh ya, novel yang ditulis Tamami itu ... novel seperti apa, ya?" tanya Zen spontan dengan nada santainya.

Deg!!

Sesaat pertanyaan itu membuat Yukichi terdiam tak berkutik, apakah Yukichi akan mengatakan yang sebenarnya dan mengeluarkan novel erotis yang dia bawa di dalam tas sekolahnya itu?

Yukichi berbalik menatap Zen yang memandangnya dengan penuh rasa penasaran tapi, meskipun dia membuka mulutnya dia tidak bisa mengatakannya secara langsung di depan Zen kalau adiknya ini penulis novel erotis.

"...?" Zen memiringkan kepalanya terheran karena melihat ekspresi Yukichi yang terlihat mengkhawatirkan sesuatu itu.

Tapi, siapa sangka begitu Tamami hendak mengatakannya pada Zen, seorang wanita paruh baya yang membawa tatakan berisi gelas dan tempat minuman ini berjalan ke ruangan tersebut.

Tamami menghela nafas lelahnya, hampir saja dia mengatakan sesuatu yang memalukan di depan ibunya ini, pikirnya.

Akhirnya, mereka berdua masuk dan berganti baju terlebih dahulu.

Setelah berbincang-bincang sebentar dengan teman-temannya, ibunya Yukichi ini segera meninggalkan ruangan tersebut.

Yukichi contoh mami sudah selesai berganti baju, mereka berdua sekarang menuju ke ruang santai tempat teman-temannya duduk di sana.

Yukichi menyapa mereka lebih dulu, karena mereka semua memang teman-temannya Yukichi.

Zen yang pertanyaannya tadi belum sempat dijawab ingin bertanya kembali dengan pertanyaan yang sama namun, pandangannya tertuju pada Tamami yang sedang membawa sebuah buku ....

Sontak membuat Yukichi terkejut membelalakkan matanya.

"Oi oi majikai yo?" yang benar saja Tamami ingin menunjukkan novelnya pada Zen, padahal saat Yukichi ketahuan membawanya di sekolah dan menunjukkan pada temannya ini, tadinya membuat Tamami kesal dan lari karena malu.

"Aku ...." Adiknya itu berkata dengan suara pelan nya kemudian menyodorkan novel yang ditulisnya tersebut ke depan Zen.

Secara otomatis Zen menerimanya, "Waaah bagus ...." Dia terkesan saat melihat sampul novelnya, gadis imut berwarna mata safir dan rambutnya juga biru seperti laut, dia mengenakan baju dress putih dan menunjukkan sisi keimutannya. Tapi, Zen tidak tahu seperti apa novel yang ditulis oleh Tamami tersebut.

"...."

Zen akhirnya membuka halaman pertama novelnya, foto sampul yang ada di bagian depan itu cukup vulgar, membuat Zen tak bergeming sama sekali begitu melihatnya.

'Sebenarnya novel seperti apa ini?'

Wajah mereka bertiga (Kiira, Miharu, dan Yukichi) terdiam kaku melihat Zen yang masih tidak tahu apa-apa isi novel tersebut dan dia membacanya dengan saksama.

"...." Wajah Zen yang baru membaca 1 halaman itu seketika memasang muka kaku, tangannya begitu enggan membuka halaman selanjutnya. Tapi, saat melihat Tamami yang ada di depannya dengan senyum riang itu membuat than tidak tega untuk segera menutup novelnya.

"Itu novelku yang baru rilis dan debut," kata Tamami dengan wajah polosnya. Dia begitu terbuka dengan Zen ....

"...."

Dalam hati Yukichi yang melihat sahabatnya ekspresi tertekan itu, "Zen ... kalau tidak kuat jangan dilanjutkan ...!!" dia tidak tega melihatnya dan ingin menghentikan tangan Zen yang akan membalik halaman berikutnya.

Tapi, dia tidak ingin menghentikan keceriaan Tamami yang melihat Zen.

Seketika suasana di ruangan menjadi hening, "...."

Kemudian Zen menaikkan wajahnya dan kini pandangannya tertuju pada Tamami yang masih mempertahankan senyum lembutnya, dia hendak bertanya sesuatu pada Tamami tentang novel yang telah dibacanya ini walaupun dia hanya membaca beberapa halaman saja, "Tamami, apakah benar kau yang menulis novel ini?" tanyanya seakan-akan tidak berdaya.

Dalam pikiran Zen dan juga sosok Tamami yang dilihatnya, dia adalah gadis yang polos yang sebenarnya tak pantas untuk menulis novel seperti ini.

Dengan sangat riangnya Tamami menjawabnya, "Ya, akulah penulisnya. Etto, kenapa Zen-nii-chan tampak ragu kalau aku yang menulis novel ini?" Tanya Tamami balik untuk mendapat jawaban yang pasti dari Zen.

"Eh, ah~ enggak, bukan begitu um~ ba-bagai-mana, ya hmm ...." Zen segera mengatakan pendapatnya, jujur saja begitu membuka halaman pertama saat membaca sebaris dua baris dan beberapa baris kalimat saja itu sudah menunjukkan adegan yang tidak bisa dipertontonkan oleh anak dibawah umur.

*Mereka para remaja juga masih di bawah umur ('-' )

"...?" Seketika sikap Zen yang seperti itu membuat Tamami heran hingga memiringkan kepalanya.

"A-ah~ itu adalah novel yang bagus." Jawab Zen dengan terpaksa. Tentu saja, itu novel rate dewasa alias di atas 18 tahun pembacanya, dan bagaimana bisa penulis novel tersebut ternyata anak SMP!?

Tamami yang merasa di puji oleh Zen menjadi bersemangat dan dia mengeluarkan laptopnya lalu mengetik di depan mereka semua dengan cepat. Imajinasinya begjtu melimpah saat ada sosok lelaki yang dicintainya ada di dekatnya, sungguh berdamage sekali dan membuat tingkat ke-UwU-an yang parah.

Beberapa jam kemudian, hari mulai sore dan mereka pulang ke rumah masing-masing, sebelum pulang Kiira dan Miharu juga meminta tanda tangan Tamami sebagai penulis dan dia akan membeli novelnya suatu saat nanti.

Tamami juga menceritakan perjalanan kariernya, sebenarnya dia menulis novel tersebut secara sembunyi-sembunyi dan orang tuanya pun juga tidak tahu menahu soal novel erotis ini. Dia juga memiliki beberapa novel fantasi namun, tidak berhasil dipinang penerbit karena karyanya tidak akan laris dipasaran. Miharu sebagai orang yang mengagumi karya fantasi dan juga Yukichi sendiri menyemangati Tamami untuk tidak selalu putus asa, dan pasti karyanya itu semua bisa diterbitkan.

Malah Miharu menantikan novel fantasinya, dan sayangnya itu hanya ada 14 bab di online dan dia sudah lama tidak menuliskan kelanjutannya. Miharu bersedia baca nanti malam.

Lalu, Zen juga menyarankan Tamami untuk menuliskan sekuel atau sambungan cerita fantasinya tersebut tampaknya itu akan keren dengan memoleskan sedikit imajinasi tentang dunia lain dan riset mitologi.

Yukichi pun setuju dengan ide Zen, dan itu menciptakan suasana semacam kekuatan supernatural yang hebat yang berasal dari dimensi lain mirip-mirip kayak anime-anime zaman sekarang gitu, pikirnya.

Namun, Tamami sendiri jujur kalau dia lebih suka menuliskan novel dengan konten dewasa ini berdasarkan imajinasinya semata tanpa perlu banyak riset asal tingkat ke-UwU-annya terasa.

*Yukichi yang baru pertama kalinya membacanya tentu juga merasakan tingkatan UwU yang tinggi padahal baru bab awal saja.

Yukichi juga jujur pada adiknya kalau dia sempat membacanya di kelas dan sampai ketahuan guru hingga novel itu diperdebatkan di ruang guru. Mendengar cerita itu, Tamami tidak kesal melainkan dia tertawa keras dengan kelakukan kakaknya yang dirass tingkat kebodohannya parah ini. Yah~ sebenarnya Tamami tahu kalau kakaknya loyal dan tidak bodoh namun dia menyukai literasi yang mesum.

*Ternyata otaknya tidak jauh berbeda dari adiknya.

"Jyaa, sampai ketemu di sekolah besok." Kata Kiira pamit sambil melambaikan tangannya di depan rumahnya.

"Um~ ya, sampai jumpa." Kata Yukichi yang menyambut kepergiannya dan Miharu juga ikut pergi.

Lalu, sebelum Zen pergi, Tanami dengan muka malu-malunya sambil memainkan kedua jari telunjuknya berkata, "Ano ... sering-seringlah main ke rumah kami."

"Ya," jawab Zen singkat dengan senyum lembutnya.

Seketika hati Tamami adem melihat senyuman Zen dari belakang kakaknya ini.

Lalu Zen dan Yukichi melambaikan tangan perpisahan.

....

Begitu mereka semua sudah pergi, dan Zen menutup pintu rumahnya, dia merasa ada yang aneh dari perlakuan Tamami pada Zen.

________

Kira-kira apakah itu?