webnovel

One Night Stand With Mr. Mafia (Bahasa Indonesia)

Arzelyn Selena adalah seorang wanita dewasa yang sangat menjunjung tinggi prinsip hidupnya, yaitu sangat menjaga harga dirinya dengan tidak pernah membiarkan satu pria pun mencium atau menyentuhnya. Karena ia ingin menyerahkan kesuciannya hanya pada pria yang kelak akan menjadi suaminya. Saat ini, ia mempunyai seorang kekasih yang sangat mencintainya dan menghormati semua prinsip hidup yang ia pegang teguh. Namun, dalam satu malam hidupnya hancur setelah kemalangan menimpanya. Semua kemalangan itu berhubungan dengan rahasia besar mengenai masa lalunya. Akankah impian seorang wanita cantik yang sangat berprinsip itu akan tercapai? Ataukah hanya menjadi impian semu yang hanya menjadi angan semata?

Dianning · Teenager
Zu wenig Bewertungen
279 Chs

Pria berengsek yang sangat merepotkan

Zelyn masih mengarahkan tatapan tajam karena merasa curiga dengan apa yang barusan diceritakan oleh Ardhan tentang wanita yang akan menjadi teman ranjang Axel.

Sementara itu, Ardhan hanya terkekeh saat menanggapi kemarahan calon istri yang terlihat sangat cemburu ketika dia membahas tentang wanita lain karena bukan hanya sekali ini saja, sudah beberapa kali dia mendapatkan kemurkaan dari Zelyn yang merasa cemburu saat berbicara dengan seorang wanita cantik.

Namun, dia mencoba untuk mengerti karena memang wanita yang menjadi pilihannya itu belum pernah berhubungan dengan laki-laki. Apalagi tidak mempunyai pengalaman dalam sebuah keintiman di antara pasangan.

"Sayang, jangan cemburu berlebihan seperti itu. Meskipun aku sangat senang kamu cemburu karena itu menandakan bahwa kamu sangat mencintaiku, tetapi jika berlebihan, hanya akan membuat kita sering bertengkar seperti ini."

"Wanita itu adalah teman kuliahku dulu yang terjerumus ke lembah hitam demi bisa memuaskan ambisinya yang ingin hidup mewah. Dia berasal dari keluarga yang bisa dibilang kurang berada. Kamu tahu kan, para mahasiswi di kampus, tampil selalu bergaya dan mengikuti trend. Karena dia tidak mempunyai uang untuk mengikuti teman-temannya, akhirnya dia memilih jalan pintas."

Zelyn masih merasa kurang puas dengan jawaban dari Ardhan karena tidak menjawab pertanyaannya tadi. "Bukan itu yang ingin aku tahu, Sayang. Aku sama sekali tidak tertarik dengan cerita tentang latar belakang atau penyebab dia menjadi seperti itu."

Ardhan menaikkan kedua alisnya, "Lalu apa, Sayang?"

"Apakah kamu pernah mempunyai hubungan dengannya, atau pernah tidur dengannya? Apa seperti ini pun harus aku jelaskan dengan detail? Rasanya aku mau muntah saat mengatakan dan membayangkannya." Zelyn refleks langsung mengambil air mineral yang ada di sebelahnya dan meneguknya untuk menghilangkan rasa mual yang dirasakan.

Sementara itu, Ardhan hanya geleng-geleng kepala mendengar tuduhan dari Zelyn. "Astaga, Sayang. Pikiranmu sangat buruk sekali padaku, padahal aku tidak pernah tidur dengan wanita. Bukankah aku sudah membuktikannya padamu dengan tidak mencium dan menidurimu meskipun kita sudah bertunangan. Aku masih perjaka tulen, Arzelyn Selena."

Pengakuan dari Ardhan, berhasil membuat senyuman merekah dari wajah Zelyn. Hatinya kini berbunga-bunga setelah mendengar bahwa pria tampan itu belum pernah tidur dengan wanita. Embusan napas lega terdengar jelas saat dia merasa tenang.

"Syukur deh, kamu benar-benar luar biasa, Sayang. I love you." Zelyn membuat simbol hati dengan kedua tangannya untuk mengungkapkan rasa senangnya.

Ardhan refleks melepaskan tangan kirinya dari kemudi dan mengacak rambut panjang Zelyn yang tergerai di bawah bahu. "Dasar lebay, sebentar merajuk dan sebentar hilang. Seandainya saja aku bisa menciummu, Sayang."

Zelyn langsung mencubit lengan kekar pria yang menurutnya mulai berbicara vulgar. "Apa-apaan sih, awas saja jika sampai kamu melanggar perjanjian kita! Itu akan membuat sia-sia perjalanan kita sampai sejauh ini, Sayang. Tinggal satu bulan lagi. Apakah kamu akan menyia-nyiakannya hanya demi sebuah nafsu?"

"Aku hanya bercanda, Sayang. Jangan terlalu serius dalam menanggapi semua candaanku. Tentu saja aku akan bersabar." Ardhan melirik sekilas ke arah punggung tangan Zelyn yang tertutup plester. "Sayang, kenapa dengan tanganmu?" Memarkirkan mobil di tempatnya setelah sampai di area restoran favoritnya.

Merasa sangat gugup dan terkejut dengan pertanyaan Ardhan, Zelyn berpura-pura untuk menatap ke arah tangannya dan sedikit terkekeh. "Oh ... ini tadi tanganku kepentok pintu di tempat Yessy. Cuma sedikit memar, tetapi aku sudah mengoleskan salep tadi. Tidak perlu khawatir, Sayang."

'Semoga Ardhan mempercayaiku dan tidak membahas ini lagi,' batin Zelyn yang langsung membuka sabuk pengaman.

Ardhan yang baru saja mematikan mesin mobil dan melepaskan sabuk pengaman, sedikit bergeser dari tempatnya ke arah Zelyn dan langsung memegang punggung tangan putih itu. "Coba aku lihat. Aku ingin melihatnya."

Refleks Zelyn menarik tangannya dan kembali berakting tertawa agar tidak membuat Ardhan merasa curiga. "Astaga, jangan berlebihan, Sayang. Ini bukan apa-apa, tenanglah. Ayo, kita masuk ke dalam. Aku benar-benar sudah sangat lapar." Membuka pintu dan buru-buru turun dari mobil dengan perasaan yang berdebar-debar.

Sedangkan Ardhan yang masih diam di tempatnya, masih mengamati siluet Zelyn yang sudah memunggunginya saat berada di luar mobil. "Kenapa tidak boleh, Sayang. Padahal aku hanya ingin memeriksanya. Akan tetapi, jika tidak boleh, aku tidak akan memaksamu." Membuka pintu mobil di sebelah kanannya dan melangkah turun untuk menghampiri wanitanya dengan berjalan memutar.

"Ini hanya luka kecil, Sayang. Tidak perlu berlebihan begitu," ujar Zelyn yang sudah menampilkan senyuman termanisnya untuk merayu Ardhan agar mengurungkan niatnya.

Ardhan akhirnya hanya menurut saja saat melihat Zelyn menampilkan wajah puppy eyes andalan yang selalu membuatnya merasa kalah. "Baiklah, lebih baik kita langsung saja

ke dalam daripada berdebat tentang ini."

Zelyn mengangguk perlahan dan berpura-pura memegangi perutnya, "Iya, Sayang. Aku sudah sangat lapar ini."

"Kasihannya calon istriku. Aku seperti seorang pria jahat saja karena tidak memberikan makan pada wanita cantik ini. Ayo, masuk. Kamu boleh memesan apapun hari ini. Tidak perlu diet ketat karena memikirkan gaun pengantin. Jika sampai nanti gaun pengantinnya tidak muat, ganti saja dengan yang baru. Jadi, tidak perlu pusing memikirkannya." Ardhan langsung menggenggam tangan Zelyn dan mengajaknya untuk masuk ke dalam restoran.

Sementara itu, Zelyn mengikuti langkah kaki dari Ardhan dengan bibir mengerucut. Tentu saja karena dia tidak menyetujui perkataan dari calon suaminya yang tidak memahami kekhawatiran yang dirasakan oleh para kaum hawa saat akan menikah.

Para wanita ingin selalu tampil cantik saat momen paling sakral dan menjadi momen sekali seumur hidup dan dia ingin menjadi pengantin paling cantik saat memakai kebaya pengantin berwarna putih yang melambangkan kesucian itu.

"Aku tidak mau makan banyak, Sayang. Jika sampai aku gendut, yang harus disalahkan adalah kamu."

"Laki-laki selalu jadi ladang kesalahan. Anggap saja ini adalah ladang amalku," jawab Ardhan yang saat ini tersenyum pada Zelyn.

Sedangkan Zelyn refleks tertawa begitu mendengar jawaban Ardhan yang menyindirnya. "Iya, anggap saja seperti itu, Sayang. Jadi, kamu akan mendapatkan banyak pahala."

Ardhan menarik kursi ke belakang untuk Zelyn saat sudah sampai di tempat pilihannya. "Seperti ini juga membuatku mendapatkan pahala, bukan?"

Zelyn yang langsung mendaratkan tubuhnya di kursi, mengangkat ibu jarinya. "Iya, nanti pahalamu akan semakin bertambah banyak saat membahagiakan aku."

Indera pendengaran Zelyn menangkap bunyi notifikasi dari ponselnya yang berada di dalam tas, sehingga dia membuka tasnya dan memeriksa pesan. Namun, matanya membulat sempurna saat membaca pesan dari pria yang sangat dibencinya. 'Dasar pria berengsek yang sangat merepotkan dan menyebalkan,' batin Zelyn.

Kita berangkat ke Bali besok. Bersiaplah dan jemput aku di apartemen pukul delapan pagi!

TBC ...