webnovel

One Night Accident

Satu malam mengubah segalanya. Ratih Ayu Brawijaya. Menikah merupakan hal yang sudah di atur oleh keluarganya. Namun, apa jadinya jika dia malah hamil saat melakukan kencan semalam? Daniel Cohza Cavendish. Manikah? tidak ada dalam kamus hidupnya. Bahkan dia lebih memilih berpura-pura menjadi seorang Gay dari pada harus menikah. Sayang, Semua harus dia pikirkan ulang ketika terlanjur menghamili seorang wanita.

cleopetra · Urban
Zu wenig Bewertungen
374 Chs

CANDU 2

Jack melajukan mobilnya ke rumah ditepi danau, disebuah kawasan di kota Bogor. Tak sabar segera menghabiskan hari ini dengan Ayu untuk yang terakhir kalinya. Jack membopong Ayu begitu mereka sampai dan membiarkannya tertidur lagi di Ranjang. Jack mau menyiapkan sarapan dulu untuk mereka.

Beberapa saat kemudian.

Ayu turun dari ranjang dan langsung memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri yang entah mengapa tubuhnya terasa lengket. Selesai mandi, Ayu hanya memakai handuk. Kebiasaan Ayu yang tak pernah membawa baju ganti ke kamar mandi. Tapi setelah keluar Ayu dibuat bingung karena baru menyadari bahwa ini bukan kamarnya.

'Holly shit!! Ini di mana???', Ayu panik. Ini jelas bukan kamar di apartemennya. Ini juga bukan kamar yang berada di Mansion milik David. Jadi ... ini kamar siapaaaaaa?!?!

Oke, tenang Ayu. Tenangkan dirimu. Tarik napas. Embuskan. Tarik lagi. Embuskan lagi. Ayu berpikir sejenak, mungkin dirinya salah masuk kamar di mansion David. Ya! Pasti seperti itu. Gumam Ayu. Tapi yang penting sekarang adalah mencari baju karena jujur saja, dia sudah mulai kedinginan hanya memakai handuk seperti itu.

Ayu mengobak-abrik isi lemari tapi yang ada hanya pakaian pria. Dan isinya hanya jas dan kemeja. Dahi Ayu mengernyit. Ia bingung. Jika David mempunyai pakaian formal sebanyak itu, kenapa tak pernah ia pakai. Ayu mengangkat bahunya cuek. 'Bodo ah, yang penting bisa pake baju', Ayu berujar sendiri. Pilihan Ayu jatuh pada kemeja biru tua yang lumayan besar. Karna begitu Ayu memakainya, kemeja itu seperti menelan tubuhnya yang mungil. Panjangnya sampai ke lutut. Bahkan Ayu harus melipat sampai agak tebal lengan kemeja yang sangat panjang.

'Siapapun pemilik baju ini, pasti orangnya tinggi besar', Ayu cekikikan sendiri saat melihat bayangan dirinya sendiri di dalam cermin. Ayu berpose berbagai gaya di depan cermin. Meniru wanita penggoda yang berada di majalah. Apalagi posisinya yang juga tak memakai pakaian dalam. Persis wanita yang habis bercinta dengan pacarnya.

Ayu bahkan tak menyadari ada sepasang mata yang mengamatinya di pintu. Dia masih melakukan berbagai gaya layaknya foto model papan atas.

"SEXY ...."

Ayu langsung berbalik saat mendengar suara maskulin di belakangnya. Bukan David. Tapi seorang pria tinggi besar berbadan sexy. Pria itu hanya memakai sebuah celana pendek. Dan wajah tampannya itu, bak Dewa dalam Mitologi Yunani.

"Terima kasih. Kamu juga terlihat, hmm ... menggiurkan," kata Ayu mengedipkan mata dan berbalik menghadap cermin. Berusaha mencari sisir untuk merapikan rambutnya.

Sementara Jack agak heran dengan reaksi Ayu. 'Kenapa dia tak takut melihat laki-laki asing berada di dalam kamarnya?', Jack membatin.

Ayu berbalik lagi karena tak menemukan apa yang di cari. Dan menatap heran kearah Jack. "Kenapa kamu masih disitu? Kamu pengawal baru? Sudahlah, aku mau ke kamarku. Sepertinya, aku salah kamar," gumam Ayu berusaha melewati Jack yang masih menghalangi pintu.

Sikap Ayu tentu saja membuat Jack terkejut. Ayu melupakannya? Belum pernah ada yang melupakannya selama ini. Oke, biasanya wanita yang ditidurinya memang melupakannya karena sengaja dia hipnotis. Tapi ini? Bahkan Jack sengaja tidak menghipnotis Ayu karena ingin mengetahui reaksinya saat bertemu lagi dengannya dalam keadaan sadar. Tapi 'dilupakan' bukanlah hal yang Jack bayangkan. Melukai harga dirinya sebagai seorang lelaki.

"Apa ada masalah dengan wajahku?" Tanya Ayu heran. Pasalnya, laki-laki tersebut tak mau bergeser dan malah memandanginya dengan tatapan aneh.

"Um ... baiklah. Bisa tolong geser sedikit? Aku mau kembali ke kamarku," kata Ayu kemudian.

Tapi Jack tak bergeming. "Untuk apa?" Jack melemparkan pertanyaan.

Ayu memutar bola matanya dengan malas saat mendapatkan pertanyaan tak berbobot itu. "Seperti yang kamu lihat. Apa aku harus memakai kemeja ini sepanjang hari?"

"Kamu lebih sexy jika tak pakai baju."

"WHAT?!", Ayu menjerit dalam hati. Lalu kepalanya celingukan ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada orang lain di kamar itu. Jack yang melihatnya makin heran melihat tingkah absurd Ayu.

"Kenapa?"

"Hanya memastikan, bahwa kamu yang mengucapkan kata-kata bahwa aku sexy jika tak memakai baju."

"Lalu?"

"Aku heran, yang keluar dari bibirmu itu, tidak sesuai dengan wajahmu." Ayu mulai kesal dan bersedekap. Dia bahkan tak sadar tangannya membuat kedua gunung kembarnya terdorong ke atas dan sedikit menyembul.

"Jadi ... Ekspresi apa yang harus ku tunjukan?" Jack bertanya. Kedua matanya fokus menatap dada Ayu yang membusung. Terlihat menggiurkan.

"Mungkin tatapan jahil jika kamu bercanda. Atau tatapan mesum, jika kamu memang ingin melihatnya. Bukan tatapan kaku macam tembok gini."

"Tapi aku lebih suka langsung mempraktekannya. Dari pada bicara atau berekspresi." Jack melangkah maju. Kedua tangannya memutar tubuh mungil Ayu. Lalu menghimpitnya pada dinding yang berada di sampingnya. Ayu gelagapan. Terlebih saat tiba-tiba tubuhnya sudah terhimpit diantara dinding dengan tubuh kokoh milik Jack. Tangannya refleks berada di dada Jack karena berusaha memberi jarak.

'Ya ampun! Ini dada atau beton?! Keras banget!!', Ayu membatin, sementara matanya mengamati dada Jack yang tepat berada di depan wajahnya. Tanpa sadar, menunjukan kekagumannya. Bahkan, tanpa Ayu sadari, telunjuknya sudah menekan dada keras itu karena penasaran.

Jack menahan napasnya saat merasakan jari mungil yang menekan dadanya. Padahal baru jarinya, tapi mengapa sudah membuat juniornya mengeras?! Bagaimana jika bagian tubuh yang lain? Jack menggeram saat jari-jari Ayu bukan berhenti tapi malah semakin penasaran.

"Jangan memancingku." Jack membuka suara. Nampak sekali ia sedang mencoba meredam gejolak di dalam hatinya. Karena saat ini, di dalam kepalanya mulai memikirkan hal-hal kotor.

Ayu mendongak memandang wajah Jack. Terutama pada mata biru, yang membuat Ayu merasa tak asing. Mata, dengan warna terbiru, yang seolah menenggelamkannya. Mata yang kini berkabut, karena nafsu. Jack menurunkan wajahnya perlahan menuju bibir Ayu. Seketika mata Ayu melotot karena tahu apa yang akan terjadi.

"Jangan macam-macam!!" Ayu memperingatkan. Tapi Jack tak memedulikan peringatan tersebut. Wajahnya semakin dekat.

"A-aku ini wanita baik-baik dan ... a-aku sudah menikah bahkan sebentar lagi p-p-punya anak. J-j-jadi bisakah ... kamu pergi ... dan tak menggangguku?" Ayu berujar terbata-bata. Mendengar itu, Jack mengangkat alisnya geli.

Menikah? Punya anak? Dipikirnya, Jack tak mengetahui status Ayu?

"A-a-aku ... peringatkan padamu! Atau ... akan kuberitahukan Mas David, agar dia memecatmu." Jack makin tersenyum lebar, mendengar kata-kata yang keluar dari bibir itu benar-benar menggemaskan.

"Kubilang jang-... Mmppphhh!!!" Suara Ayu tertelan oleh lidah Jack yang menerobos masuk. Bahkan dengan tidak sabarnya, Jack menghisap dan melumat bibir ranum Ayu.

'Ciuman ini ...!!'

Seketika Ayu shock memandang wajah yang persis didepan wajahnya.

Kenapa Ayu tak mengenalinya tadi??? Pantas wajahnya tidak asing. Walau Ayu tak mengenali wajah Jack, tapi ia yakin, pria yang sedang melumat bibirnya ini adalah orang yang sama saat keperawanannya terenggut beberapa bulan lalu.

Pria ini adalah Ayah dari anaknya. Pria yang menghantui mimpinya, hingga membuat Ayu selalu bangun dalam keadaan basah.

Jack mengangkat wajahnya dengan senyuman lebar. Memperhatikan wajah Ayu yang terlihat masih shock. "Sudah mengenaliku, baby?" Tanya Jack senang.

Ayu mengerjapkan matanya beberapa kali, memastikan wajah di hadapannya memang wajah dari pria Ons-Nya. "Kamu!!!" Ayu menelan ludahnya susah payah.

"Ya!" Jack menyahut singkat, lantas melumat lagi bibir Ayu yang merekah indah, akibat efek shock yang ia alami. Ayu berusaha mendorong Jack, tapi kekuatannya tak ada apa-apanya. Ia merasa seperti sedang mendorong tembok besar. Tak bergeming sedikitpun.

"Mmmmppphhhhh!!!" Ayu terperangah, saat tubuhnya mendadak terangkat dan tak lama kemudian terhempas ke ranjang. Dengan Jack menghimpit di atasnya tanpa sedikitpun melepas ciumannya.

"Nghhhhhhhh ...." Ayu terengah-engah, saat Jack mulai menciumi leher dan area belakang telinganya. Otak Ayu terus memberontak ingin menolak tapi salahkan saja hormon kehamilan yang membuatnya terlena hanya dengan satu ciuman. Bahkan semakin lama, logikanya ikut mendukung penyerahan dirinya. Toh dia sudah terlanjur hamil. 'Jadi untuk apa menolak sesuatu yang mendatangkan kenikmatan untuk mereka berdua?', pikirnya Ayu mulai mengalungkan tangannya ke leher Jack. Memberikan akses pada mulut dan tangan Jack untuk bergerilya sesuka hatinya.

Jack tersenyum saat merasakan penyerahan diri Ayu. Gadis manis itu bahkan mulai berpartisipasi aktif dengan kegiatan mereka itu. "Danieeelll ..." Ayu memanggilnya. Membuat Jack senang, lantaran namanya telah terpatri di dalam kepala Ayu.

"Yes, baby. I'm here ...." Jack menyahut, sebelum bibirnya mulai meraup dua gunung kembar di depan wajahnya.

"Nghhhhh ... That ... feels so ... goodhhh ...." Ayu mendesah saat jemari Jack sampai di kewanitaannya. Membuatnya semakin semangat.

"Mau yang lebih nikmat?" Jack bertanya dengan suara berbisik. Ayu mengangguk. Tak menunggu lama, Jack langsung menghujamkan tombak miliknya yang sudah menegang keras. Ayu bahkan tak sadar kapan bajunya lepas. Yang ia tahu, rasa nikmat ini berujung sesuatu. Ayu bahkan mulai mencakar punggung Jack karna tak tahan merasakan kenikmatan itu.

"Oh ... aku ... tak tahhhaaannnn ...."

"Let it go, baby ...."

"Daannieeeelll ... Nghhhhhhhh.!!!" Ayu mencengkram pinggul Jack dengan kakinya saat orgasme pertama menerjangnya. Jack berhenti sebentar. Memberikan waktu pada Ayu, yang sedang menikmati orgasmenya. Sesaat kemudian Jack mulai memacunya lagi. Ayu yang terus dihujam tanpa ampun merasakan lagi nikmat itu. Ayu bahkan mulai menggerakkan pinggulnya mengikuti irama Jack.

'Oh ... dia pasti akan malu saat selesai nanti. Sekarang ini dia benar-benar merasa seperti jalang yang memuaskan pelanggannya.' Jack tersenyum sambil membatin. Saat Ayu merasa hampir mencapai puncak, Jack malah berhenti dan melepaskan penyatuan mereka. Tentu Ayu memandangnya bingung. Jack menyeringai melihat Ayu menunggunya. Ia pun lantas membalikkan tubuh Ayu. Merubah posisinya untuk menungging, dan Jack pun langsung menghujamkan tombaknya dengan keras.

"Aaaaakkkkkhhh!!!" Ayu menjerit kencang merasakan kenikmatan yang berbeda. Dia semakin terengah. Dan seprai di bawahnya sudah kusut tak beraturan. Jack merasa sebentar lagi akan meledak tapi sekuat tenaga, ia menahannya sampai keringat bertetesan dari dahinya.

Sementara itu, Ayu yang sudah tak tahan, lantas menjerit kencang, merasakan puncak kenikmatan untuk kedua kalinya. Jack masih berhasil menahan puncak orgasmenya. Ia menunggu Ayu menikmati getaran itu. Setelah Ayu agak tenang, Jack melepaskan penyatuan mereka. Membawa Ayu untuk duduk dipangkuannya, dan langsung menyatukan kembali tubuh mereka.

"Move! Ride me!" Jack berujar, sambil mengalungkan tangan Ayu di lehernya. Tangan Jack sendiri, sudah mencengkram pinggul Ayu. Membantunya bergerak. Ayu sempat menahan napas saat merasakan tombak milik Jack, kembali memasuki tubuhnya lagi. Posisi ini membuatnya semakin penuh. Hingga detik ini, Ayu masih bertanya-tanya, bagaimana mungkin benda sebesar itu bisa masuk ke dalam tubuhnya.

Ayu mulai bergerak naik turun sesuai instruksi dari Jack. Tapi lama kelamaan, ia memiliki ritmenya sendiri. Entah berapa lama dia bergerak, yang pasti tubuhnya sudah lemas saat dia merasakan sesuatu yang membengkak di dalam tubuhnya.

"Daniel ...!!!" Ayu menyebut nama Jack lagi saat kepuasan melandanya untuk yang ketiga kalinya. Disusul Jack yang menggeram sambil mencium bibir Ayu kuat saat ia pun mencapai klimaksnya.

Napas mereka mulai teratur. Tapi mereka masih betah berpelukan. Ayu menyandarkan kepalanya di dada bidang milik Jack. Tubuhnya lemas. Dan di saat yang sama, ia merasa puas. Sementara itu, Jack masih asyik mendaratkan kecupan di puncak kepala Ayu, diiringi belaian mesra di punggung telanjangnya. Kehangatan tubuh Ayu membangkitkan kembali hasrat Jack. Bahkan sedari tadi, penyatuan mereka belum sedetik pun terlepas. Tentu saja membuat junior Jack terbangun lagi. Jack mulai meraba payudara Ayu yang tidak terlalu besar tapi pas di genggamannya itu.

Krukkkk

Suara itu terdengar saat Jack baru akan mencium bibir Ayu. Membuat Jack tersenyum lebar.

"Well, sepertinya aku harus memberi waktu untuk merecharge tenagamu. Sebelum memulai ronde selanjutnya." Jack berkomentar disela tawa renyahnya. Wajah Ayu merona merah karena malu. Bisa-bisanya perutnya berbunyi saat sedang bercinta. Ayu menenggelamkan wajahnya dileher Jack karena malu. Sesaat kemudian, Jack menggendong Ayu menuju kamar mandi.

Sayangnya begitu memasuki kamar mandi Jack malah menambah satu ronde lagi.

******

TBC