webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teenager
Zu wenig Bewertungen
47 Chs

CHAPTER 7 TEKA - TEKI

Aku hanya menatap mobil Si Hwan oppa yang berjalan menjauh dari Gereja sambil menghembuskan nafas besar dari mulutku, "kau menyukainya?" tanya Hyun Soo datar melipat tangannya di depan dada. Mendengar pertanyaannya itu aku menoleh cepat ke arahnya dan menghembuskan nafas kesal

"tidak.." jawabku santai

"lalu? kau membencinya?" tanyanya lagi,

"tidak juga"

"kau tidak menyukainya dan kau juga tidak membencinya? Aneh.." jawabnya bingung.

Aku menepuk kecil bahunya "kau tahu? Dalam persoalan cinta, wanita merasakan 3 hal" sahutku

Hyun Soo mengerutkan keningnya dalam "tentu saja tidak, aku kan bukan wanita, dan kau juga bukan wanita menurutku" timpalnya santai sambil membalikkan badannya berjalan meninggalkanku. Keningku berkerut "APA KATAMU?" teriakku kesal, Hyun Soo terus berjalan santai tanpa menghiraukan perkataanku, membuatku semakin kesal "HEY!" teriakku lagi sambil berlari mengejarnya. Aku berjalan di samping Hyun Soo sambil sesekali melirik ke arahnya mencibirkan bibirku

"sebutkan!" bukanya santai,

aku menoleh ke arahnya "apa?" tanyaku bingung.

Ia tampak ragu sejenak "kau bilang soal cinta, wanita merasakan 3 hal" jawabnya menirukan suaraku. Aku tertawa kecil mendengar suaranya itu, lalu mendongakkan kepalaku menatap langit "hmm.. suka, benci dan.." sebutku terhenti ragu. Kening Hyun Soo bekerut bingung mendengar jawabanku yang terhenti "dan?" tanyanya, aku menaikkan alisku "ambigu" jawabku santai, Hyun Soo terlihat mengangguk kecil sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Ia menghentikan langkahnya dengan wajah datar "kau akan tersandung" timpalnya. Mendengar pekataannya itu, aku yang masih berjalan melebarkan mataku kaget dan kakiku tersandung tangga kecil di depanku. Aku jatuh tersungkur di hadapan Hyun Soo yang memasang ekspresi datar, aku mendongak cepat kearahnya "HEY!!" teriakku kesal

ia tampak kaget mendengar teriakanku "apa? Apa salahku kali ini?" timpalnya membela diri

"kau seharusnya menahanku atau menyelamatkanku" jawabku dengan nada menekan,

"aku sudah mengatakan kau akan jatuh, tapi kau terus berjalan" bantahnya cuek.

Aku bangkit berdiri dan berjalan kesal meninggalkannya sambil menahan emosiku, sedangkan Hyun Soo terus berjalan santai sambil menyembunyikan senyumnya mengetahui rasa kesalku. Aku menoleh cepat menjulurkan lidahku ke arahnya mengejek, menggerakkan kakiku pelan ke depan, Hyun Soo yang tidak dapat melihat perbuatanku terus berjalan santai sampai ia tersandunng kakiku dan jatuh ketanah. Tawaku pecah melihatnya terjatuh sementara Hyun Soo terlihat mengangkat kepalanya perlahan penuh kemarahan di wajahnya, ia menghembuskan nafas besar berusaha menenangkan dirinya, menoleh pelan "aku anggap ini setimpal" geramnya kesal. Tawaku semakin lepas, melihat ekspresinya yang berusaha menahan emosi "waahh.. ini menyenangkan" sahutku di sela tawaku

"me.. nye.. nagkan?" sahutnya tidak percaya.

Aku menunduk kecil meraih tangannya "berdirilah" sahutku berusaha mengendalikan tawaku,

Hyun Soo menggenggam tanganku erat, merasakan gerakanku yang menariknya kuta hingga ia berhasil berdiri tegap. Aku mengibaskan debu yang mengotori bajunya cepat "inilah perbedaanku denganmu" sahutku santai, ia berdeham kecil "apa?" jawabnya canggung. Aku menatap wajahnya dan tersenyum kecil "jika aku jatuh kau tidak mengetahuinya.. aku kesakitan sendiri.." jawabku terhenti dan melepaskan tangannya pelan "jika kau jatuh aku akan meraih tanganmu, aku juga akan mengobati lukamu" lanjutku sambil melipat tangan kebelakang melanjutkan langkahku santai. Hyun Soo hanya terdiam mendengarkan perkataanku memikirkan sesuatu yang tidak aku ketahui

"ahh.. aku lupa menanyakan ini padamu, apa kau tidak pulang ke Seoul?" tanyaku sambil menoleh ke belakang.

Hyun Soo hanya terdiam tidak mendengar perkataanku, membuatku merasa terganggu "Hyun Soo -yah.." panggilku, ia tetap diam membuatku membalikkan badan kembali melangkah ke arahnya. Aku berdiri di hadapannya, mengarahkan wajahku ke depan matanya "hey.. ada apa denganmu?" tanyaku sedikit panik. Ia tetap diam di tempatnya, mengangkat tangan kirinya perlahan menyentuh pipku lembut, mataku melebar kaget sambil menatap wajahnya dan tangannya bergantian. Aku berdeham kecil sambil menarik wajahku perlahan, namun ia mengangkat tangan kanannya menahan wajahku "sembentar" sahutnya lembut. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, merasakan aliran panas mulai menjalari wajahku perlahan

"jadi seperti ini bentuk wajahmu" sahutnya pelan sambil tersenyum miring

"ne?" tanyaku bingung tidak mengerti maksud perkataannya.

Hyun Soo menggerakkan tangannya perlahan, namun gerakan tangannya terhenti mendegar suara lembut memanggilnya dari ke jauhan "Hyun Soo -yah sedang apa kau disana?" tanya eomma menatap kami bingung. Aku menoleh perlahan dengan ekspresi kaget memamerkan senyum garing, menarik diriku menjauh dari Hyun Soo begitu saja. Aku berdeham kecil "eomma, aku sudah pulang" sapaku ceria, sambil memaksakan tawaku. Eomma yang masih tercengang melihat kami, menyunggingkan senyum licik "sepertinya aku datang di saat yang tidak tepat" goda eomma jahil sambil melipat tangannya di depan dada. Mataku melebar kaget mendengar godaan jahil eomma, dan rasa panas semakin menjalari wajahku "ti.. tidak eomma, itu tidak benar" bantahku cepat. Aku nemukul bahu Hyun Soo menyuruhnya mengatakan sesuatu, namun ia hanya diam memasukkan tangannya ke dalam saku celananya berjalan santai meninggalkanku, mulutku terbuka hampa melihat sikapnya, sambil menghembuskan nafas kesal melihat punggungnya. Hyun Soo berjalan semakin dekat ke arah eomma tanpa mengatakan apapun

"ohh.." sahut eomma kaget sambil menahan lengan Hyun Soo.

Aku hanya diam menatap mereka curiga, "ada apa?" tanya Hyun Soo santai,

"apa kau jatuh? Kenapa lututmu berdarah?" tanya eomma khawatir.

Mendengar lututnya berdarah mataku melebar kaget, dan aku langsung berlari ke arah Hyun Soo menunduk melihat lutunya. Melihat darah segar mengalir dari luka di lututnya, rasa bersalah mulai memenuhi hatiku "ohh.. bagaimana ini.. maafkan aku, kenapa kau tidak bilang kalau kau terluka? Apa kau merasa sakit?" ungkapku khawatir

"bagaimana aku bisa tahu kalau kakiku terluka, aku bahkan tidak bisa melihatnya" jawabnya santai

"tetap saja.. ahh.. maafkan aku.." jawabku frustasi karna rasa bersalah yang memenuhi hatiku.

Eomma menatap kami bergantian dengan ekspresi bingung mendengarkan pembicaraan kami, sambil menggandeng lengan Hyun Soo "apa terjadi sesuatu?" tanyanya,

"tidak" "iya" jawab kami bersamaan.

Kening eomma berkerut mendengar jawaban kami "ya dari Kyung Ji dan tidak darimu, itu sudah sangat aneh" timpal eomma. Aku mengerutkan bibirku ke bawah, lalu mendongak kecil menatap Hyun Soo "mianhae" ungkapku tulus. Hyun Soo terlihat mengerutkan keningnya "kau menangis?" tanyanya bingung

"aku tidak menangis, tapi aku sangat ingin menangis sekarang" jawabku dengan nyali ciut.

Hyun Soo tertawa kecil mendengar jawabanku "dasar cengeng" sahutnya santai, aku menundukkan kepalaku lesu "mianhae.." ungkapku sekali lagi. Perasaan bersalah yang memenuhi hatiku, membuatku tidak menyadari bahwa eomma memperhatikan kami sejak tadi, namun ekspresi eomma sangat aneh. Seakan eomma sedang menyembunyikan sesuatu dari kami.

***

Aku berdiri di depan cermin dengan pakaian rapi dan rambut yang terurai bebas, aku tersenyum kecil pada pantulan diriku di didepan cermin lalu mengambil tasku berjalan ke arah pintu. Langkahku terhenti di depan pintu terdekat dari pintu masuk, aku menatap pintu itu dalam - dalam "apa dia sudah mengobati lukanya?" gumamku. Aku menoleh ke sekeliling dan mendekati pintu itu lalu menempelkan telingaku "apa dia masih tidur?" gumamku lagi pada diriku sendiri, aku terus menggerakkan kepalaku berusaha mendengar ke dalam kamar Hyun Soo. Telingaku mendengar suara gerakan kecil dari dalam dan membuatku semakin menempelkan telingaku di pintu penasaran, tiba - tiba pintu kamar itu terbuka membuatku kehilangan keseimbangan dan dalam sekejap aku merasa tubuhku sedang melayang di udara. Aku memejamkan mataku rapat - rapa berusaha menahan sakit dan malu yang akan ku rasakan beberapa detik lagi, namun yang kurasakan bukan itu melainkan pelukan hangat seseorang, aku membuka mataku kaget dan reflek berusaha mendorong Hyun Soo menjauh. Hyun Soo malah semakin erat memelukku lalu mendekatkan hidungnya mengendus ke leherku beberapa kali, aku menoleh ke arah wajahnya dan mataku semakin melebar karna jarak wajah kami yang sangat dekat, tubuhku terasa membeku dan tanpa kusadari jantungku mulai berdebar kencang. Rasa panas mulai menjalari wajahku dan aku berdeham kecil

"jadi kau suka bau yang manis" simpulnya santai

aku mengedipkan mataku beberapa kali "apa?" tanyaku bingung

"wangi parfummu.. sangat manis" jawabnya lalu menarik wajahnya menjauh "kau mau kemana?" tanyanya santai.

Aku menarik badanku dari pelukannya canggung sambil berusaha menenangkan diriku "kampus" jawabku santai sambil tertawa garing, ia mengangguk kecil "sampai jam berapa?" tanyanya lagi. Aku melirik jam tanganku sambil berusaha mengangat jadwal kelasku hari ini dan kembali menatap Hyun Soo "sekitar jam 4 sore" jawabku santai. Hyun Soo mengangguk lagi tanpa menjawab apapun, aku menaikkan alisku curiga mendengarnya menanyakan jadwalku hari ini dan kembali membuka mulutku

"kenapa?"

"tidak, aku hanya ingin tahu, apa kau tidak berangkat?" sahutnya santai.

Aku kembali melihat jam kaget dan dengan gerakan cepat membalikkan badanku meninggalkan kamar Hyun Soo "sampai nanti.." teriakku sambil melambaikan tangan kecil meskipun aku tahu ia tidak dapat melihatku.

***

Hyun Soo hanya terdiam dengan senyum cerah menghiasi wajahnya sampai suara langkah kakiku tidak terdengar lagi, ia berjalan kecil keluar dari kamarnya sambil meregangkan ototnya menghirup udara pagi yang sejuk. Ia pun kembali teringat kejadian tak disengaja kemarin dan mengerutkan dahinya kecil 'apa mereka menyembunyikan seusatu dariku?' tanyanya dalam hati, Hyun Soo memutuskan untuk mencari eomma dan bertanya langsung untuk menjawab rasa penasarannya. Ia membalikkan badan ke pintu utama namun suara yang dicarinya memanggilnya dari belakang "kau sudah bangun?" sahut eomma ceria, mendengar suara ceria eomma nyali Hyun Soo untuk bertanya menciut ia membalikkan badannya sambil memaksakan senyum kecilnya. Hyun Soo menggaruk kecil hidungnya "selamat pagi" sahutnya terdengar canggung, eomma tersenyum kecil "bagaimana kakimu? Tidak apa - apa kan?" tanya eomma sambil melihat ke arah luka di lututnya, Hyun Soo menggerakkan kakinya kecil "sudah baikan, tidak sakit kok" jawabnya kali ini terdengar sedikit santai. Senyum lebar puas kembali tersungging di bibir eomma "syukurlah kalau begitu" jawab eomma puas, Hyun Soo hanya tersenyum kecil tanpa mengatakan apapun membuat suasana hening dalam sekejap, eomma tampak memutar matanya ragu seakan ingin mengatakan sesuatu namun ia ragu untuk mengatakannya. Hal yang sama juga terlihat pada raut wajah Hyun Soo, ia tampak menggaruk belakang kepalanya ragu dan akhirnya membulatkan tekadnya untuk mengeluarkan isi hatinya

"eomma.." panggil Hyun Soo, di saat yang sama eomma juga terdengar memanggil Hyun Soo "Hyun Soo -yah.."

mereka terdiam bingung berhadapan satu sama lain, sampai Hyun Soo berinisiatif mengalah "ada apa? Eomma ingin mengatakan sesuatu padaku?" tanyanya. Ekspresi ragu eomma semakin tergambar jelas di wajahnya, keraguan itu membuat eomma mengurungkan niatnya untuk mengatakan semuanya pada Hyun Soo

"tidak apa.. cuci mukamu dan kita makan bersama"

Hyun Soopun memutuskan untuk menahan rasa ingin tahunya, ia mengangguk kecil "baiklah" jawabnya santai

"eomma tungggu diruang makan bersama biarawati yang lain" sahut eomma cepat lalu membalikkan badannya.

Hyun Soo menghembuskan nafas besar dari mulut dan memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana 'sesuatu jelas terjadi' katanya dalam hati, ia mengambil sikat giginya dari dalam kamar dan berjalan menuju kamar mandi di pojok lorong.

000

Aku duduk menopangkan daguku sambil mendengarkan pelajaran yang tidak sepenuhnya masuk kedalam otakku, suara Si Hwan oppa yang menyatakan harapannya padaku kemarin terus bergema dalm pikiranku. Aku memejamkan mataku rapat - rapat dan menggelengkan kepalaku cepat menghilangkan suara aneh itu, tanpa sadar aku menghembuskan nafas besar yang membuatku menjadi pusat perhatian satu kelas,

"Eun Kyung Ji hagsaeng" panggil dosen didepan dengan ekspresi menyeramkan

"ne.. seonsaengnim.." jawabku gugup

"temui saya setelah kelas berakhir" jawab dosen itu santai dan kembali melanjutkan materi.

Hyo Ra yang duduk disebelahku langsung menyikut lenganku dan melemparkan bola kertas kecil kehadapanku, aku membuka bola kertas itu perlahan dan membaca surat yang ditulis Hyo Ra didalamnya

'apa yang kau pikirkan? Apa kau ada masalah?' tulisnya,

aku menuliskan sesuatu membalas surat itu dan melemparnya kembali pada Hyo Ra. Hyo Ra membuka bola kertas itu pelan dan membaca apa yang ku tulis didalamnya, bebrapa detik setelah membacanya ia tampak menahan tawanya yang seakan ingin meledak keras. Aku tersenyum kecil dan menempelkan jari telunjukku didepan bibir menyuruhnya diam, Hyo Ra mengangguk kecil sambil terus menahan tawanya. Setelah kelas berakhir Hyo Ra menghadap kearahku dan tertawa lepas sambil menujukku, aku hanya tersenyum lebar "sudahlah jangan tertawa terus" sahutku santai

"jika orang lain membaca jawabanmu mereka akan berfikir hidupmu sangat malang, bagaimana kau bisa menjawab 'aku sedang memikirkan nasibku yang sangat menyedihkan' apa yang terjadi?" jawabnya cepat dengan satu tarikan nafas yang disambung dengan tawa yang terdengar mulai kelelahan.

Aku menggelengkan kepalaku melihat tingkah Hyo Ra dan segera menggendong tasku meninggalkan kelas "aku duluan" sahutku sambil mengangkat satu tangan santai, Hyo Ra langsung mengejarku dengan gerakan cepat "akan kuantar kau ke gerbang pengadilan" sahutnya manja sambil mengandeng tanganku erat. Aku tertawa garing mendengar perkataannya "dasar gila" sahutku kecil dan meneruskan langkahku ringan, sampai didepan ruang dosen aku menghembuskan nafas menenangkan diri dan mengetuk pintu ruang dosen lalu masuk kedalamnya sopan.

Aku langsung melangkahkan kakiku ke meja dosen yang memanggilku tadi dan meyapa sopan

"Song seonsaengnim "

"oh.. Eun Kyung Ji hagsaeng, duduklah" jawab pria paruh baya itu santai sambil menunjuk kursi dihadapannya,

aku duduk dengan gerakan kaku sambil berusaha menenangkan diriku menghadapi apa yang akan terjadi kali ini. Melihat ekspresi gugupku Song seonsaengnim tampak tertawa kecil dan menyenderkan badannya santai di kursi "tenanglah, aku memanggilmu bukan untuk kejadian di kelas tadi" bukanya. Mendengar perkataannya itu ekspresi kaget bercampur senang, dan lega mulai memenuhi sekujur tubuhku "bernarkah?" tanyaku spontan, pria dihadpanku itu kembali tertawa kecil dan menggangguk "benar, aku memanggilmu untuk membicarakan hal lain" jawabnya santai. Aku menghembuskan nafas lega pelan dari mulutku dan kembali menanyakan maksudnya memanggilku

"kalau begitu apa yang ingin seonsaengnim sampaikan pada saya?" tanyaku sopan

Song seonsaengnim tampak mengeluarkan amplop cokelat dari laci mejanya dan melipat meletakkannya diatas meja, ia melipat tangannya diatas amplop itu dan menatapku lurus - lurus "sebelumnya aku minta maaf untuk menanyakan hal yang terlalu pribadi ini, tapi silahkan jawablah dengan jujur" jawabnya serius,

perasaan gugup mulai menjalari tubuhku mendengar nada serius seonsaengnim, aku memutar mataku sambil berdeham kecil menenangkan diriku dan kembali menatap Song seonsaengnim "ya, saya akan menjawabnya dengan serius" timpalku berusaha serius meskipun rasa gugup tergambar jelas di wajahku.

Song seonsaengnim tersenyum kecil mendengar jawabanku dan melanjutkan pembicaraan "apa kau bukan anak kandung kedua orang tuamu? Atau orang tuamu telah berpisah?" tanyanya terdengar canggung, mataku melebar kaget mendengar pertanyaan itu dan aku memiringkan kepalaku bingung "mm.." gumamku, aku memutar mataku " itu tidak mungkin" bantahku pelan. Aku tersadar akan sikapku yang kurang sopan dan membenarkan posisi dudukku "maafkan saya.. maksud saya tidak, saya bisa jamin saya bukan anak angkat" jawabku yakin, aku kembali teringat akan keputusan eomma dan appa untuk berpisah "untuk berpisah.. sepertinya belum" jawabku ragu. Mendengar jawabanku Song seonsaengnim mengganguk paham dan tersenyum kecil padaku tanpa menjawab apapun, melihat reaksi itu aku menggigit bibir bawahku ragu dan memberanikan diriku untuk bertanya "apa sesuatu akan terjadi pada saya?"

Song seonsaengnim tersenyum kecil mendengar pertanyaanku dan menggeleng "tidak, semua akan baik - baik saja, bertahanlah" sahutnya lembut seakan memberiku semangat. Aku tersenyum kecil mendengar perkataan itu, namun hatiku berkata lain, kata - kata itu seakan memberikann tanda bahwa sesuatu telah terjadi saat ini. Mataku kembali tertuju pada amplop cokelat di atas meja, rasa penasaran yang sejak tadi tertanam di hatiku memberanikanku untuk bertanya

"apa saya boleh tahu isi amplop ini?" tanyaku sopan sambil menunjuk amplop dihadpanku ragu

"ooh.. ini.. maksudku menanyakan semua ini karena, Jumat kemarin seorang wanita datang untuk mengganti nama walimu" jelas Song seonsaengnim

"nama wali?" tanyaku bingung

Song seonsaengnim membuka amplop itu dan mengeluarkan beberapa lebar kertas dari dalamnya, aku melihat isi amplop itu yang ternyata adalah biodataku dan mengerutkan dahiku bingung. Song seonsaengnim yang sudah menebak reaksiku menunjuk nama ibuku dan membuka mulutnya "wanita itu datang untuk mengubah nama ibumu" jelas pria dihadapanku serius, aku mengigit bibir bawahku bingung sambil memikirkan jawaban apa yang yang harus aku berikan pada Song seonsaengnim, aku membuka mulutku pelan "apa yang seonsaengnim katakan pada wanita itu?" tanyaku ragu. Song seonsaengnim melipat tangannya di depan dada santai "tentu saja tidak bisa, untuk menggantinya kita harus mengikuti peraturan yang ada" jawabnya santai yang membuatku merasa sangat lega. Aku melemparkan senyum puasku pada Song seonsaengnim dan membungkukan badanku "terima kasih banyak seonsaengnim" jawabku sopan dan senang. Aku meninggalkan ruangan dosen dengan langkah ringan meskipun pikiranku terus berputar keras tentang 'siapa wanita itu?'

Aku membalikkan badanku kembali menghadap pintu ruangan dosen ingin kembali untuk menanyakan identias wanita yang datang itu, namun aku mengurungkan niatku untuk bertanya dan melangkahkan kakiku menjauh dari ruang dosen. Hyo Ra yang sejak tadi menungguku di taman kampus tersenyum lebar melihatku berjalan kearahnya "YUNG JING -AH~" teriaknya dengan nada imut sambil berlari padaku, aku tertawa kecil mendengarnya dan menghentikan langkahku menunggu Hyo Ra sampai dihadapanku,

"aigoo.. Moon Hyo Ra.." kataku manja sambil memeluknya erat

"hukuman apa yang kau dapat?" tanyanya jahil

"aku tidak dihukum" jawabku santai.

Mata Hyo Ra melebar kaget dan ia langsung melepaskan pelukannya "jeongmal?" suhtnya tidak percaya sambil menatapku lurus - lurus, aku mengangguk yakin dan melanjutkan langkahku senang, sementara Hyo Ra hanya menatapku sambil melongo tidak percaya. Aku menoleh kebelakang "kau tidak mau pulang?" teriakku santai, Hyo Ra tersadar dari pikiannya "o -oh.." teriaknya gagap dan berlari kearahku lalu menyelipkan tangannya ke lenganku seperti biasanya. Kami berjalan sampai ke gerbang kampus, lanngkahku terhenti melihat sosok pria familiar dengan setelan kemeja denim, skiny jeans hitam, dan sepatu hitam denga tali putih, aku menghembuskan nafas tak percaya melihat style anehnya itu dan menggeleng kecil. Aku melirik ke arah Hyo Ra di sampingku yang tampak tersipu malu melihat pria di hadapan kami, rasa jahilku mulai memuncak dan aku melambaikan taganku ke udara "oi.. Yoo Ki -ssi" sapaku santai, mendengar perkataanku Hyo Ra mencubit kecil lenganku dengan ekspresi kesal dan aku menjulurkan lidahku cuek padanya. Yoo Ki oppa berjalan menghampiri kami "anyeong.." sapanya sambil menatap Hyo Ra dengan senyum manis, aku memutar mataku geli melihat drama ini dan menarik lenganku dari Hyo Ra lalu berjalan meninggalkan mereka "sampai jumpa besok" sahutku sambil melambaikan tangan santai meninggalkan mereka.

000

Aku duduk santai di halte menunggu bus menuju ke halte terdekat Gereja, aku menoleh ke sekeliling sambil menghembuskan nafas bosan. Aku mengeluarkan poselku dari kantong jaket lalu membuka pesan masuk, aku mengangkat kedua alisku melihat eomma mengirimkan pesan untukku

'sayang sepertinya eomma akan sedikit lama, maafkan eomma'

aku menghembuskan nafas kecil dari mulutku setelah membaca pesan itu dan mengetuk kolom balas. Aku terdiam sejenak memikirkan apa yang harus aku katakan pada eomma sambil mengigit bibir bawahku, 'apa aku perlu menyusul eomma?' kataku dalam hati sambil mengetik pesan yang sama, mataku menyipit ragu "aniyo.. aniyo.." sahutku dengan gelengan kecil sambil menghapus pesan itu. Aku melirik kesekeliling sambil memikirkan jawaban apa yang harrus aku berikan dan menghembuskan nafas besar dari mulutku 'tidak apa.. segeralah kembali' kataku dalam hati sambil mengetik pesan itu dan mengetuk tombol kirim. Setelah pesan itu terkirim aku memasukkan ponselku kembali kedalam saku jaket dan menghembuskan nafas berat dari mulutku dengan wajah lesu, getaran panjang ponselku membuatku merasa bersemangat dan dengan gerakan cepat aku mengeluarkan ponelku dari saku jaket, keningku berkerut curiga melihat nama yang tertera di layar ponsel. Aku berdeham kecil lalu mengetuk layar dan segera menempelkan ponselku ke telinga

"hallo" sahutku curiga

"hey ada apa dengan suara anehmu itu" sahut Hyun Soo dari seberang telfon

"ada apa lagi?" sahutku pasrah mendengar suara Hyun Soo

"eodiya?" tanyanya langsung

"perjalanan pulang"

"cepatlah pulang sebelum aku kehilangan kesabaran" jawabnya cepat lalu menutup sambungan telfonnya,

"apa maksud- ha- hallo.. HALLO.. HEY BAE HYUN SOO.." teriakku kesal tidak menggerti maksudnya.

Aku memasukkan ponselku kembali kedalam saku jaket dan langsung berlari kecil ke pinggir jalan mencegat taxi, sampai di Gereja aku melihat mobil merah yang baru kali ini kulihat terparkir sempurna di depan, setelah membayar aku segera turun dari taxi dan langsung berlari memasuki Gereja. Aku membuka pintu depan dan mataku melebar seketika melihat Hyun Soo sedang berdiri berhadapan dengan seorang pria yang menggunakan kemeja denim dan skinny jeans hitam, aku menghembsukan nafas kesal dari mulutku dan langsung menghampiri mereka. Aku berdiri melipat tanganku didepan dada dengan nafas terengah - engah dan langsung menoleh sinis ke arah Yoo Ki oppa

"katakan apa yang oppa lakukan disini?"

mendengarku memanggil pria yang tidak dikenalnya itu dengan sebutan oppa, Hyun Soo melipat tangannya didepan dada kesal "OPPA..? Hey Eun Kyung Ji ada berapa banyak oppamu diluar sana?" sahutnya emosi. Aku menoleh cepat kearah Hyun Soo "hey Bae Hyun Soo.. kau tidak tahu apa - apa, lebih baik kau diam sebelum kau menyesal" jawabku cepat dengan nada mengancam, nafas tidak percaya keluar dari mulut Hyun Soo "hey Eun Kyung Ji sadarlah, kau yang selalu pergi dengan berbagai jenis pria, apa pria ini tahu kalau kemarin kau pergi dengan pria lain?" sahutnya menantang. Mata Yoo Ki oppa melebar kaget mendengar perkataan Hyun Soo dan ia membuka mulutnya

"kau pergi dengan pria kemarin? Apa yang dimaksud bocah ini Si Hwan?" tanyanya bingung

aku memejamkan mataku kesal sambil mengutuk Hyun Soo dalam hati, aku menoleh kesal ke arah Yoo Ki oppa "akan kujelaskan nanti, sekarang katakan apa yang oppa lakukan disini? Jika tidak penting kita bicarakan lewat telfon saja" sahutku sambil menahan menahan emosi yang akan meledak dalam diriku.

Yoo Ki oppa tampak bingung melihat reaksiku dan menggaruk kecil kepalanya "kemarin imo datang kerumah menitipkan beberapa barang untukmu, aku ingin memberikannya padamu tapi bocah ini tampaknya cemburu" jelasnya dengan nada jahil, mendengar jawaban Yoo Ki oppa emosi Hyun Soo semakin menjadi "kau memperkenalkannya dengan pada orang tuamu? Barusan dia menyebutku bocah?" sahutnya terbawa emosi. Aku menunjukkan ekspresi remeh pada Hyun Soo "kau akan menyesal nanti" sahutku santai. Aku menoleh ke arah Yoo Ki oppa dan menggerakkan daguku memberi tanda menyuruhnya keluar, melihat tandaku Yoo Ki oppa menaikkan alisnya jahil "Kyung Ji -yah apa kau tidak mau menginap dirumahku? Aku akan meminjamkanmu bajuku seperti biasanya" cetusmya dengan nada menggoda, mataku melebar kaget dan aku tercengang mendengarkan perkataan Yoo Ki oppa barusan. Aku memukul keras lengannya sambil mengerakkan bibirku hampa "apa yang kau lakukan?" dengan ekspresi kesal, sementara Yoo Ki oppa hanya tertawa jahil sambil mengusap lengannya yang terkena pukulanku, aku melirik Hyun Soo sekilas yang berdiri terdiam dengan ekspresi tidak percaya dan membuang mukanya kesal. Aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil memejamkan mataku rapat - rapat dan menoleh cepat kearah Yoo Ki oppa

"APA KAU TIDAK MAU MEMPERKNALKAN DIRIMU DENGAN BENAR SEKARANG?" bentakku dengan emosi meledak yang keluar begitu saja,

Yoo Ki oppa tertawa lepas melihat ekspresi marahku yang menurutku sangat jelek dan ia menepuk tangannya puas beberapa kali. Ekspresi kesal Hyun Soo perlahan berubah bingung mendangar perkataan ku barusan, aku menghembuskan nafas besar dari mulutku sambil mengipas - kipas wajahku menenangkan diri, setelah puas tertawa Yoo Ki oppa berdeham kecil lalu meraih tangan Hyun Soo untuk bersalaman

"perkenalkan namaku Yoon Yoo Ki, aku sepupu Kyung Ji" bukanya ramah,

dengan gerak cepat Hyun Soo kembali menoleh ke arah kami, ekspresinya langsung berubah tegang, bercampur malu dan rasa bersalah. Ia berdeham kecil dan matanya terlihat bergerak panik "sepupu.." gumamnya pelan, aku tersenyum menghina ke arah Hyun Soo sambil mengangkat kepalaku menyombongkan diri seakan - akan mengatakan 'matilah kau' dalam hati. Yoo Ki oppa tertawa kecil melihat reaksi Hyun Soo dan menepuk bahunya "tidak apa.. terima kasih sudah mengatakan padaku kalau adikku jalan dengan seorang pria" jawabnya ramah sambil melirik kearahku, aku langsung melepaskan tangan Hyun Soo dari Yoo Ki oppa, dan membuka mulutku cepat "hey apa kau tidak pulang? Berikan titipan eomma untukku dan pulanglah" usirku sambil mendorong Yoo Ki oppa sekuat tenaga. Kami sampai didepan mobil Yoo Ki oppa dan ia mengeluarkan beberapa kotak besar dan menyerahlannya padaku, aku menerima kotak - kotak itu dengan ekspresi kaget

"banyak sekali" sahutku

"ini tidak hanya untukmu, jadi berbagilah" timpalnya santai,

aku mencibirkan mulutku mendengar jawaban Yoo Ki oppa dan menenteng kotak - kotak pemberiannya dengan hati - hati. Yoo Ki oppa tampak tersenyum lebar dan mengerakkan tangan kanannya mengusap kepalaku manja "aku pulang, jaga dirimu" sahutnya lembut, senyum manis tersungging di bibirku "hati - hati di jalan" balasku singkat. Yoo Ki oppa masuk kedalam mobil dan menyalakan mesinnya, ia terdiam sejenak lalu membuka jendela mobilnya memanggilku

"Kyung Ji -yah.."

aku sedikit menunduk dan menatap wajah Yoo Ki oppa santai lalu menaikkan alisku "hmm..?" gumamku,

"apa kau lebih tertarik pada bocah itu dari pada Si Hwan?" tanyanya santai.

Aku memutar mataku bingung mendengar pertanyaan Yoo Ki oppa barusan, dan hanya melepaskan tawa garingku tanpa menjawab apapun. Aku menunduk kecil "aku tidak tahu, aku memang mengenalnya lebih dulu dari pada mengenal Si Hwan oppa.. tapi entahlah" jawabku penuh keraguan, Yoo Ki oppa mengangguk paham mendengar jawabanku "pikirkanlah baik - baik" jawabnya santai dan melambaikan tangan kecil. Aku tersenyum kecil menegakkan badanku sambil melihat mobil Yoo Ki oppa yang semakin menjauh dan tidak terlihat lagi, aku menghembuskan nafas kecil dan membailikkan badanku santai, langkahku terhenti kaget melihat Hyun Soo yang berdiri dengan ekspresi datar dan tangan terlipat didepan dada

"mwoya.." sahutku datar

"kakakmu sudah pergi?" tanyanya datar

"barusan.. jika kau mau memulai debat tunggu aku meletakkan pemberian ibuku dulu" sahutku menunda perkelahian.

Aku berjalan melewati Hyun Soo sambil mengangkut beberapa kotak yang ujurannya cukup besar, Hyun Soo yang mendengar suara tabrakan kotak - kotak itu membalikkan badannya mengehentikan langkahku "hey anak perempuan" cegatnya, aku menghentikan langkahku dan menoleh kecil "tunggulah 5 menit saja.. oke.." jawabku dengan nada memohon dan kembali melanjutkan langkahku. Hyun Soo menghembuskan nafas berat dari mulutnya lalu membalikkan badannya, ia mengulurkan tangannya meraba buntalan kotak yang sedang kuangkut perlahan, ia terus meraba sampai ia menemukan ujung buntalan dan langsung menariknya dari tanganku, dan berjalan santai meninggalkanku. Aku tercengang melihat tingkahnya dan tanpa kusadari senyum kecil tersungging di bibirku, aku melihatnya terus berjalan 'dia tidak seperti kelihatannya' kataku dalam hati hanyut dalam lamunan, aku melebarkan mataku kaget dan menampar kecil pipiku beberapa kali "kau gila.. kau sudah gila.. sadarlah" kataku menghina diriku sendiri, lalu berlari mengejar Hyun Soo.

***