webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teenager
Zu wenig Bewertungen
47 Chs

CHAPTER 43 PENGHIBURAN

Aku membuka mataku perlahan menatap sinar putih yang menusuk mataku, pandanganku terasa berputar dan perlahan semakin jelas. Aku mengedipkan mataku beberapa kali, aku mengerang kecil langsung membuat perawat yang yang sedang memantau kondisiku terkejut senang. Perawat itu mendekati wajahku

"apa anda sudah sadar?"

aku mengerang kecil sambil memijat kepalaku, mengumpulkan tenagaku berusaha duduk, namun perawat itu menahanku cepat "anda belum bisa duduk dulu, tenanglah dan tetap berbaring di tempat, akan saya panggilkan dokter kemari" sahutnya cepat. Mendengar kata "dokter" aku menoleh cepat dengan mata melotot kaget

"ohh.. tunggu sembentar" tahanku cepat

"ya, apa ada yang bisa ku bantu?"

"soal dokter.." bukaku ragu

"iya?"

"apa.. dokter yang menanganiku Yoon Yoo Ki seonsaengnim?" tanyaku hati - hati.

Perawat itu melihat data di tangannya sejenak lalu kembali menatapku tenang "ya, anda benar" jawabnya sopan lalu pergi meninggalkan kamarku. Mataku langsung menutup rapat kesal mendengar semua itu, aku pun terus mengutuk diriku dalam hati dengan berbagai kata kasar. Tak lama, terdengar suara perawat berjalan mendekat dengan suara segerombolan dokter dan samar - samar juga terdengar suara Yoo Ki oppa, aku mulai panik dan berfikir mencari cara bagaimana aku bisa selamat dari ceramahnya kali ini. Gerombolan dokter itu berhenti sambil berbincang singkat lalu berpisah di depan ruanganku, Yoo Ki oppa membuka pintu kamarku santai, membuatku langsung menutup mataku pura - pura tidak sadarkan diri. Langkah Yoo Ki oppa terdengar semakin dekat, selangkah, selangkah dan akhirnya berhenti. Perawat yang tadi memeriksa kondisiku menatapku bingung

"oh, tadi aku lihat nona ini sudah sadar" sahutnya bingung,

Yoo Ki oppa tersenyum sinis menatapku "aku tahu, tenang saja aku tidak percaya pada pasien macam ini" jawabnya remeh.

Perawat itu tampak semkain binung dan menatap kami bergantian, ia mengerakkan telunjuknya kaku "kalian terdengar akrab, apa anda mengenalnya?"

Yoo Ki oppa tertawa lalu menggeleng kecil "aku mengenalnya, tapi bukan seperti yang anda pikirkan" jelasnya sopan. Yoo Ki oppa menatapku lalu menggerakkan jarinya menyelentik keras dahiku, aku pun langsung berteriak kesakitan "AHH.. OPPA!" protesku. Perawat yang melihat kejadian itu menutup mulutnya kaget sambil menahan tawanya yang ingin pecah, Yoo Ki oppa kembali menatap perawat itu dengan senyum licik

"beginilah caranya menghadapi pasien seperti dia" sahutnya tenang.

Aku mencibirkan bibirku kesal lalu mengangkat kakiku menendang kecil pinggangnya, Yoo Ki oppa kembali menatapku sinis "jaga sikapmu" gumamnya kesal. Yoo Ki oppa menaikkan kedua tangannya ke pinggang, melihat pose itu aku pun langsung menghembuskan nafas besar bersiap mendengarkan ceramahnya. Yoo Ki oppa menarik nafas besar

" hey, Eun Kyung Ji, kau tahu berapa mahalnya kamarmu ini? Berhentilah membuat masalah, gajiku terpotong karena ulahmu" bukanya

aku mengangguk kecil dengan wajah datar "ne.. ne.." gumamku.

Yoo Ki oppa mengetuk kecil kepalaku "3 tahun yang lalu aku memperbaiki otakmu" lalu ia menunjuk bahuku "sekarang aku memperbaiki tulangmu" lanjutnya, ia melipat tangannya di depan dada "aku tidak sabar menunggu apa yang akan kau lakukan 3 tahun kedepan, aku rasa aku akan menyumbangkan ginjalku untukmu" hinanya halus. Aku menoleh dengan mata melebar dan senyum licik

"oh.. ide bagus" timpalku remeh

"HEY!" bentaknya kesal.

Tak lama pukulan keras mendarat di punggung Yoo Ki oppa, "jangan berteriak pada adikmu" sahut eomma yang datang entah dari mana. Yoo Ki oppa meringis kesakitan, sambil melirik eomma tajam "kenapa eomma selalu membelanya?" protes Yoo Ki oppa tidak terima. Eomma tidak menghiraukan Yoo Ki oppa dan hanya sibuk melihat keadaanku, perawat yang sejak tadi melihat semua kejadian itu tampak canggung lalu menundukkan kepalanya sopan meninggalkan ruangan. Eomma duduk di ujung tempat tidurku

"kau baik - baik saja?" tanyanya cemas,

aku mengangguk cepat dengan senyum lebar, melihatku tersenyum wajah eomma terlihat sedikit lebih lega dan senyum kecilnya semakin melebar. Aku mengarahkan kepalaku mengintip ke arah pintu "dimana appa?" tanyaku tak kunjung melihat kedatangan appa, eomma menepuk halus pipiku

"dia pergi ke Busan menjemput ibumu, dia sangat cemas mendengar kabarmu masuk rumah sakit" jelas eomma halus.

Mataku melebar mendengar jawaban eomma "kenapa eomma memberitahunya?" keluhku terganggu, "imo itu ibumu.. kenapa dia tidak boleh tahu?" timpal Yoo Ki oppa mendengar pertanyaan anehku barusan. Aku memutar mataku sambil menggaruk canggung belakang kepalaku medengar apa yang Yoo Ki oppa katakan barusan, 'benar juga..' kataku dalam hati. Yoo Ki oppa menggeleng heran melihat sikapku dan ia kembali meletakkan kedua tangannya di pinggang

"baik - baiklah pada imo" sahutnya memperingatkan

"alasseo.." timpalku cepat.

Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa matahari perlahan terbenam, aku menatap datar ke arah televisi yang menyala sejak tadi sambil menghembusakn nafas besar untuk kesekian kalinya. Aku sangat bosan. Aku meraih remot yang tak jauh dari tanganku mengganti satu - persatu saluran televisi dan akhirnya mematikan televisinya, aku hanya duduk diam di kamarku memainkan ponsel dan menonton televisi sehari penuh. Aku membuka selimut yang menutupi kakiku dan berusaha bangun perlahan, rasa sakit yang luar biasa mulai menyerang bahuku namun aku berusaha menahan sakit itu. Aku membuka pintu kamarku mengeluarkan kepalaku sedikit mengintip memastikan tidak ada tanda - tanda kedatangan Yoo Ki oppa, setelah kondisi kupastikan aman, aku berjalan perlahan namun langkahku terhenti kaget. Hyo Ra menghentikan langkahnya kaget dan mengamatiku dari atas ke bawah

"Eun Kyung Ji, kau baik - baik saja?" tanyanya cemas,

aku memiringkan kepalaku bingung "hmm.. aku masih bernafas, bergerak, dan berbicara dengan normal" gumamku canggung.

000

Aku dan Hyo Ra duduk bersebelahan di taman rumah sakit, suasana antara kami terasa sangat canggung, Hyo Ra terus diam begitu juga aku. Aku menggaruk kecil keningku tidak tahan dengan suasana aneh ini

"he-" "kenapa kau datang kemarin?" tanyanya menyela perkataanku

aku menaikkan alisku "mwo?" tanyaku bingung,

"kau membenciku.. kenapa kau datang? Bahkan kau melindungiku dari mereka" sahutnya lesu.

Aku mendongakkan kepalaku menatap langit sambil menghembuskan nafas besar, aku menaikkan kedua bahuku sejenak "seharusnya aku tidak datang kan?" balasku bertanya. Hyo Ra menoleh menatapku bingung, namun ia tetap diam menungguku mengatakan sesuatu lagi. Aku tetap mendongak namun sedikit memiringkan kepalaku

"badanku bergerak dengan sendirinya" sahutku santai

"badanmu.." sahut Hyo Ra terhenti, namun senyum kecil tersungging jelas di bibirnya. Ia menundukkan kepalanya "apa kau tidak membenciku?" tanyanya. Tawa kecilku pecah mendengar pertanyaan itu

"aku membencimu" jawabku santai

mata Hyo Ra melebar dan ia menoleh cepat menatapku "jinjja?" tanyanya cemas,

"hmm" gumamku.

Sorot mata Hyo Ra tampak meredup mendengarkan jawabanku, sangat terlihat dari matanya kalau ia kecewa. Aku kembali menghembuskan nafas besar sekali lagi "kau terlihat bukan seperti Moon Hyo Ra yang ku kenal, kau bukan orang yang akan menunduk pasrah seperti itu" tepisku berusaha membuatnya lebih baik. Aku memperbaiki posisi dudukku lalu menoleh menatap Hyo Ra serius

"hey.. Moon Hyo Ra, jika itu bukan salahmu jangan menundukakn kepalamu seperti itu, kau memang putrinya, tapi tidak selalu kau juga bersalah hanya karena kau putrinya" jelasku panjang lebar tanpa jeda.

Hyo Ra mengendus geli sambil berusaha menahan tawanya "kau tidak berubah" nilainya,

"aku bukan pahlawan super, untuk apa aku berubah" tepisku cepat.

Tawa kecil terdengar dari mulut Hyo Ra, ia menghembuskan nafas lega dengan senyum yang masih menghiasi bibirnya. Suasana kembali hening di antara kami, aku melirik Hyo Ra menunggunya mengatakan sesuatu. Hyo Ra menghembuskan nafas besar lalu berdiri mengulurkan tangannya padaku

"terima kasih, karena tetap menjadi temanku"

aku mengedipkan mataku beberapa kali melihat tangannya yang terulur di depanku bingung, perasaan aneh pun mulai memenuhi hatiku perlahan. Aku mengalihkan pandanganku menatap Hyo Ra curiga "mwoya.." gumamku, Hyo Ra menaikkan kedua alisnya

"aku akan meninggalkan Korea untuk sementara waktu.." jelasnya terang - terangan

"eodi?"

"Paris" Hyo Ra mengigit kecil bibir bawahnya sejenak, "sebenarnya.. Si Hwan oppa sudah memperingatkanku tentang hal ini, ia mengajakku pergi bersamanya waktu itu" jelasnya canggung.

Aku menaikkan sebelah alisku curiga "tapi?" tanyaku menyuruhnya melanjutkan penjelasannya,

"aku tidak mempercayainya" akunya dengan suara kecil.

Mendengar pengakuannya itu tawaku pecah begitu saja, aku menggeleng heran "aigoo.. kebodohanmu juga tidak berubah" gumamku. Aku menepuk tangannya pelan "lupakan, lagi pula kau akan kembali dalam beberapa tahun" tepisku remeh, aku berdiri dari kursi taman "aku kembali ke kamar, ada cctv yang mengintaiku di rumah sakit ini" tambahku lalu berjalan santai meninggalkan Hyo Ra yang menatap punggungku dengan senyum manis di wajahnya.

000

Langkahku terhenti kaget melihat Yoo Ki oppa sedang bersandar di depan pintu kamarku dengan tangan terlipat di depan dada sambil melirikku sinis, aku memutar mataku sambil melanjutkan langkahku berhenti di hadapannya. Yoo Ki oppa menegakkan badannya dan membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu namun aku menyelanya lebih dulu

"kau dari mana? Bukankah sudah ku katakan kalau kau harus istirahat, apa kau sudah minum obatmu?" timpalku cepat menirukan suaranya, "ne.. ne Yoon seonsaengim, aku sudah minum obatku dan aku ke taman rumah sakit bersama Hyo Ra tadi" lanjutku remeh dengan wajah menghina,

Yoo Ki oppa menurunkan tangannya sambil memiringkan kepalanya bingung "Hyo Ra?" tanyanya.

Aku mengangguk kecil sambil memasukkan tanganku santai ke dalam saku baju pasien yang ku kenakan "hmm, dia berterima kasih dan menceritakan kebodohannya" jawabku santai, Yoo Ki oppa menyentil dahiku keras "tetap saja kau harus bilang padaku jika kau mau meninggalkan kamar" tepisnya kesal. Aku meliriknya sinis dan menaikkan kedua tanganku ke pinggang cepat

"apa kau tidak sibuk? Kau seperti dokter yang makan gaji buta, pergilah! Pasienmu bukan hanya aku" usirku kesal

"aku tidak sibuk karena jamku sudah habis dan aku akan pulang sembentar lagi" tepisnya,

aku menunjuk jas yang masih menempel di tubuhnya "aku baru tahu kau akan pulang dengan jas ini" gurauku menghina.

Yoo Ki oppa memutar matanya "tidak ada gunanya berbicara dengan pasien" gumamnya kesal, "pokonya, tidurlah, dan jangan kemana - mana di tengah malam, jika kau merasa sakit atau ada hal yang menganggumu segera panggil perawat atau telfon aku, mengerti?" lanjutnya serius. Aku tersenyum kecil mendengar perkataan khas Yoo Ki oppa barusan, aku mengangguk kuat "baiklah, hati - hati di jalan" jawabku sambil melambaikan tangan ke arah Yoo Ki oppa. Yoo Ki oppa tersenyum kecil lalu mengusap kepalaku sejenak, ia membalikkan badannya santai lalu berjalan meninggalkanku berbelok ke koridor.

***