webnovel

Old Love

Hyun Soo pada Kyung Ji "Jika aku bisa bertemu denganmu lagi, aku akan melakukan apapun untuk menebus apa yang telah terjadi padamu waktu itu. Aku akan membuatmu tersenyum seperti saat aku tidak bisa melihat senyummu." Kyung Ji pada Hyun Soo "Aku menyukaimu, aku akan selalu memilihmu. Jika keadaan berjalan sesuai yang kuinginkan, aku tidak akan memilih untuk menguburmu dalam - dalam dari ingatanku."

Tarin_Swan · Teenager
Zu wenig Bewertungen
47 Chs

CHAPTER 14 KISAH CINTA

Kamera dari berbagai sisi menyorot Hyun Soo yang sedang berpose sesuai permintaan fotografer, gerakannya terlihat alami, membuatku merasakan aura model yang kuat darinya. Aku menoleh kecil mengintip hasil foto yang di ambil dari monitor, merasa takjub sendiri pada hasilnya. Aku membuka mulutku hampa 'wah.. bagaimana ia bisa setampan ini di foto' pujiku dalam hati. Tanpa kusadari Hyun Soo sesekali memperhatikanku sejak tadi, ia melirikku lalu tersenyum kecil melihatku yang sedang sibuk melihat hasil fotonya. Mata Hyun Soo menyipit saat Seo Rin datang menepuk kecil pundakku, lalu membisikan sesuatu yang tidak di ketahuinya. Fotografer yang melihat Hyun Soo sedang sibuk dengan pikirannya sendiri, menatapnya bingung "Hyun Soo -ssi bisakah anda melihat ke arah kamera?" mintanya sopan. Hyun Soo dengan cepat menoleh kecil ke arah fotografer di hadapannya, lalu menyunggingkan senyum kecil "baik, maafkan saya" jawabnya cepat kembali fokus pada pekerjaannya. Ia kembali melirik ke arahku sekali lagi, namun pandangannya berubah gelisah melihat aku sudah menghilang dari tempatku.

Aku membuka internet mencari resep makan siang yang kiranya sesuai dengan selera Hyun Soo, mengingat jadwalnya yang padat, menjadi pertimbanganku juga dalam membuat makanan. Bayanganku kali ini adalah makanan yang cepat, praktis, namun mengenyangkan. Aku sesekali meminta pendapat Seo Rin yang juga membantuku mencari menu apa yang akan kami buat kali ini, kami berbagi pendapat, dan memiliki banyak pilihan menu. Telfon masuk yang menganggu, membuatku menutup layar ponselku setelah melihat nama yang tertera di layar. Seo Rin menoleh bingung mendengar dering ponselku, namun aku tak kunjung menjawab panggilan itu. Ia melirikku dengan kening berkerut kecil

"kenapa kau tidak menjawabnya?" tanyanya santai,

aku hanya melemparkan tawa canggung tanpa menjawab apapun. Melihat respon anehku Seo Rin menaikkan bahunya kecil, lalu kembali menatap ponselnya mencari menu yang pas untuk kami masak. Inilah salah satu hal yang aku sukai dari Seo Rin, dia tidak ingin tahu urusan orang lain sampai orang itu bercerita sendiri padanya, meskipun sangat curiga atau ingin tahu, ia tidak akan bertanya duluan. Dering ponselku berhenti membuatku bisa menghembuskan nafas lega sejenak. Aku tidak bisa memutuskan menu yang pas, memutuskan untuk mengirim pesan pada Hyun Soo, aku menunggu sejenak, dan kembali membuka ponselku saat dering singkat kembali terdengar. Aku membaca balasan dari Hyun Soo, lalu menahan tawaku yang hampir pecah.

Dari: TEMAN YANG BERHARGA

Meskipun kau memberiku pasir dan beling akan ku makan.

Seo Rin kembali menoleh ke arahku memasang ekspresi heran melihat sikap anehku, aku langsung melemparkan tawa garing ke arahnya, sementara ia menggeleng heran kembali menatap ponselnya. Aku menatap ponselku dengan senyum kecil 'aku serius, aku ingin memasak makanan untukmu' kataku dalam hati, sambil menggerakan jariku cepat. Aku kembali menunggu jawaban darinya dengan senyum manis menghiasi bibirku, entah kenapa aku sangat menantikan jawabannya. Dering singkat kembali terdengar, membuatku membuka ponselku cepat penuh semangat. Senyumku melebar membaca pesannya

Dari: TEMAN YANG BERHARGA

Baiklah, sandwich dan kentang kalau begitu. Aku tidak boleh makan banyak saat ini, jadi itu cukup, dada ayam untukku dan ikan tuna untuk Hyung. Aku menantikan sandwich buatanmu :D

Aku meletakkan ponselku semangat, menoleh ke arah Seo Rin dengan senyum lebar "kita buat sandwich dan kentang goreng" putusku santai. Aku beranjak dari tempatku mempersiapkan bahan yang ku perlukan, sementara Seo Rin diam ditempatnya heran merasakan perubahan moodku yang drastis ini. Aku menoleh ke arah Seo Rin santai "mwohae? Ayo mulai memasak, mereka akan selesai sembentar lagi" sahutku ceria, lalu melanjutkan pekerjaanku. Seo Rin memiringkan kepalanya curiga namun ia tetap bergerak mulai membantuku, ia mengerutkan alisnya kecil sebelum akhirnya akhirnya fokus pada pekerjaannya.

Setelah beberapa piring sandwich tertata di atas meja, aku menepuk tanganku puas dan menghembuskan nafas lega sambil melepas celemekku. Aku mengambil ponselku dari meja dapur dan menekan tombol santai. Senyum di wajahku hilang seketika melihat jumlah panggilan yang tidak terjawab, aku tidak mengerti kenapa tiba - tiba dia mencariku lagi, tapi aku tidak ingin mengingatnya dan kenangan pahit yang ia tinggalkan.

Suara segerombolan orang masuk ke dalam rumah membuyarkan pikiranku, aku berusaha mengendalikan perasaanku dan memaksakan senyum kecilku

"selamat datang, kerja bagus hari ini" sapaku ramah.

Mata mereka langsung tertuju pada makanan yang terpajang di meja, wajah Hyun Soo terlihat senang, dan langsung duduk di kursi makan dengan senyum cerah. Para kru pemotretan ikut serta duduk di kursi ruang makan bersama Hyun Soo, bersiap menyantap makanan yang tersaji di hadapan mereka, sementara aku dan teman - teman timku tetap berdiri tegap, membiarkan mereka menikmati makanan mereka. Hyun Soo menaikkan alisnya bingung, melihat kami yang berdiri mematung di tempat

"apa kalian tidak ikut makan bersama kami?" tanyanya sambil menatap kami satu - persatu,

aku tersenyum kecil mendengar pertanyaannya itu "tidak tuan, kami akan makan terpisah nanti setelah anda selesai makan" jelasku sopan.

Seo Rin menunduk kecil "benar tuan, silahkan nikmatilah hidangan yang tersedia dengan tenang" tambah Seo Rin menyetujui. Hyun Soo terlihat keberatan dengan aturan ini, ia membuka mulutnya hendak membantah tapi aku menatapnya serius, dan menggeleng kecil menahannya. Melihat gelenganku barusan, Hyun Soo ikut menggeleng kaku, dan akhirnya pasrah menuruti keinginanku. Wajahnya terlihat kecewa, namun ia tetap menyantap sandwich di piringnya, dalam sekejap ekspresnya berubah. Ia melirik ke arahku dan melemparkan senyum bahagianya. Melihat senyumnya itu, tanpa ku sadari bibirku ikut menyungingkan senyum manis padanya. Mataku yang hanya tertuju padanya, membuatku tak menyadari sejak tadi Seo Rin memeperhatikanku curiga.

000

Seorang pria tinggi dengan hidung lancip, mata bulat lebar, dan bibir tipis berdiri di depan rumahku dengan ponsel yang menempel di telinga. Ia menunggu nada dering, lalu menurunkan ponselnya lesu tak kunjung mendapat jawaban dari orang yang di hubunginya. Yoo Ki oppa yang baru saja pulang dari rumah sakit, menepuk pundak pria itu dari belakang

"Jo Si Hwan?" panggilnya ragu.

Pria itu menoleh cepat mendengar suara yang familiar memanggil namanya, ia tersenyum kecil "lama tak jumpa" sapanya. Yoo Ki oppa tersenyum kaku dan menoleh ke arah rumah

"apa kau mencari Kyung Ji?" tanyanya

"sudah tiga tahun berlalu, tampaknya aku sangat melukai hatinya" jawab Si Hwan oppa kecewa.

Yoo Ki oppa tersenyum kecil, lalu menghembuskan nafas besar "dia tidak disini, dia sedang mengawal atasannya ke Jeju" jelasnya santai. Si Hwan oppa tampak menaikkan alisnya sambil mengangguk paham, suasana canggung datang menyerang mereka, tidak ada satupun yang memberanikan diri melanjutkan percakapan. Yoo Ki oppa beberapa kali melirik Si Hwan oppa, namun ia tidak berniat kembali memulai pembicaraan, hal serupa juga Si Hwan oppa lakukan. Mereka hanya terus diam sampai dering ponsel Yoo Ki oppa memecah keheningan itu, ia segera mengeluarkan ponselnya dari tas kerjanya. Keningnya berkerut bingung melihat nomor tidak di kenal menelfonnya, ia mengetuk layar ponselnya kecil lalu menempelkan ponselnya ketelinga

"hallo" sapanya sopan

"Yoo Ki oppa" panggil suara wanita yang sangat di kenalinya

"Moon.. Hyo Ra" panggil Yoo Ki oppa canggung.

Mendengan nama itu, Si Hwan oppa menoleh cepat. Mereka saling bertatapan sejenak sebelum Yoo Ki oppa mengalihkan pandangannya lebih dulu, kembali fokus mendengarkan maksud Hyo Ra menelfonnya. Si Hwan oppa terus mematung mengamati Yoo Ki oppa, penasaran dengan percakapan mereka. Setelah Hyo Ra selesai menyampaikan tujuannya, Yoo Ki oppa hanya menjawab "baiklah" dan langsung menutup sambungan telfonnya. Ia membalikkan badannya cepat menuju mobil, namun Si Hwan oppa menghentikan gerakannya

"apa kau akan bertemu dengannya?" tanyanya terhenti, "Moon Hyo Ra.." sambungnya canggung,

Yoo Ki oppa hanya menoleh dan mengangguk kecil membenarkan. Si Hwan oppa mengepalkan tangannya kuat "apa boleh aku ikut?" mintanya yakin, Yoo Ki oppa yang awalnya tampak sedikit ragu, akhirnya mengangguk menyetujui keinginan teman lamanya itu. Mereka duduk bersebelahan canggung, membuat keheningan menyelimuti mobil dari awal, perjalanan sampai mereka tiba di tujuan mereka. Si Hwan oppa langsung turun dari mobil dengan langkah yakin, sementara Yoo Ki oppa menatap lurus cafe di hadapannya, mengembuskan nafas berat sejenak. Ia kembali meyakinkan dirinya turun dari mobil dengan langkah berat masuk ke dalam cafe, ia menoleh ke sekeliling, dan matanya langsung terhenti pada wanita berambut pendek yang duduk di pojok ruangan, menatap kosong ke luar jendela. Si Hwan oppa yang belum mengetahui perubahan drastis Hyo Ra, mencari wanita dengan ciri - ciri Hyo Ra yang ada di ingatannya. Yoo Ki oppa memaksakan kakinya berjalan ke arah Hyo Ra, lalu berdiri mematung di depan mejanya. Mata Hyo Ra melebar melihat kedatangan Yoo Ki oppa, matanya semakin melebar melihat Si Hwan oppa datang di belakang Yoo Ki oppa, mengamatinya lekat - lekat. Yoo Ki oppa menatap Hyo Ra datar

"lama tak jumpa, Moon Hyo Ra" sapanya dingin

"hmm.. lama tak jumpa" sapanya lalu menatap Si Hwan oppa "oppa juga, lama tak jumpa" lanjutnya canggung.

Mereka duduk berhadapan saling menatap hening, sementara Si Hwan oppa menatap mereka bergantian canggung. Yoo Ki oppa berdeham kecil sejenak, memutuskan memulai pembicaraan lebih dulu

"apa yang ingin kau sampaikan padaku?" tanyanya langsung pada inti pembicaraan

"aku dan Si Hwan oppa tidak memiliki hubungan apapun" jelasnya tegas melirik Si Hwan oppa yang duduk diam di seberangnya.

Tatapan Hyo Ra sangat tajam, ia kembali membuka mulutnya "aku ingin menjelaskan semuanya" tambahnya. Wajah Yoo Ki oppa menjadi sangat serius, ia membenarkan posisi duduknya "baiklah" jawabnya singkat. Yoo Ki oppa menoleh ke arah Si Hwan oppa yang duduk disampingnya

"jelaskan padaku dulu maksud ayahmu memanggilku, dengan tujuan menyuruhku meninggalkan Hyo Ra dengan imbalan uang!" minta Yoo Ki oppa tegas,

suasana di sekeliling mereka menjadi sangat aneh setelah Yoo Ki oppa membuka mulutnya. Hyo Ra dan Si Hwan oppa saling menatap bingung, tidak tahu harus menjawab apa. Si Hwan oppa menoleh canggung ke arah Yoo Ki oppa

"u- uang?" tanyanya tidak mengerti

"aku bisa jelaskan itu.." timpal Hyo Ra menawarkan diri.

Kedua pria di hadapan Hyo Ra bersamaan menoleh cepat menatapnya serius, Hyo Ra mengehembuskan nafas kecil sejenak dan membuka mulutnya

"saat itu, kami akan di jodohkan untuk kepentingan perusahaan" bukanya.

Mata Yoo Ki oppa melebar mendengar perkataan Hyo Ra barusan "di jodohkan?" ulangnya, Hyo Ra mengangguk kecil meyakinkan Yoo Ki oppa. Ia menunduk melingkarkan tangannya pada gelas teh di hadapannya "perusahaan keluargaku mengalami krisis keuangan, ayahku bekerja sama dengan ayah Si Hwan oppa untuk mendapatkan uang, dengan perjanjian pernikahan kami" lanjutnya. Si Hwan oppa menunduk kecil "aku mengajak Hyo Ra bertemu untuk merencanakan penolakan, karena kami sama - sama memiliki orang kami sukai" tambahnya melanjutkan cerita Hyo Ra. Si Hwan oppa melirik Yoo Ki oppa, lalu menghembuskan nafas besar dari mulutnya singkat "maafkan aku, aku tidak tahu kalau ayahku akan bertindak sejauh itu padamu" ungkapnya terdengar tulus. Hyo Ra mengangkat kepalanya menatap Yoo Ki oppa, kembali melanjutkan ceritanya

"aku sangat marah pada kedua orang tuaku dan memberi tahu media kalau kau adalah pacarku, aku tidak menyangka tindakanku ini justru memperbesar masalah"

"orang tuamu juga marah padamu dan membocorkan perjanjian mereka dengan orang tua Si Hwan" lanjut Yoo Ki oppa mengatakan kejadian setelahnya.

Hyo Ra mengangguk kecil membenarkan perkataan Yoo Ki oppa, lalu menghembuskan nafas kecil "mianhae.." sahutnya. Yoo Ki oppa mengepalkan tangannya berusaha mengendalikan dirinya untuk tetap tenang, meskipun perasaannya saat itu sangatlah tidak tenang. Ia menghela nafas dalam "lalu bagaimana kalian menjelaskan kejadian di hotel?" tanya Yoo Ki oppa, raut wajah Hyo Ra berubah serius "kami melarikan diri dari pertemuan resmi kelurga kami" jawabnya yakin. Si Hwan oppa mencengkram bahu Yoo Ki oppa kuat

"aku tahu kalian pasti salah paham, aku juga tidak menyangka mereka akan setega itu sampai mengundang kalian untuk datang" tambahnya serius.

Yoo Ki oppa memaksakan senyum kecil di bibirnya "baiklah" sahutnya singkat dan bangkit beridiri dari kursinya. Hyo Ra dan Si Hwan oppa juga ikut beridiri dari kursi mereka cepat "apa kau memaafkanku?" tanya Hyo Ra menahan Yoo Ki oppa. Mendengar pertanyaan Hyo Ra itu, Yoo Ki oppa hanya menyunggingkan senyum kecil "aku akan berusaha" jawabnya singkat, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan cafe.

000

Dering ponselku terdengar keras berulang kali, sementara aku sibuk membersihkan peralatan masak yang ku pakai tadi. Hyun Soo yang duduk di ruang tengah menatap ponselnya bingung, menoleh ke dapur sejenak, lalu kembali menatap ponselnya yang hening. Hyun Soo membuka mulutnya hampa teringat akan dering ponsel kami yang sama, ia bangkit dari sofa lalu berjalan santai mendekati ponselku yang tergeletak di atas meja makan, keningnya berkerut kecil "Kyung Ji -ah.. apa kau tidak menjawab panggilanmu?" tanyanya sambil terus menatap ponselku. Aku yang sedang mencuci piring, menoleh kecil mendengar suara Hyun Soo "apa?" sahutku balik bertanya.

Hyun Soo berjalan membawa ponselku padaku, ia menunjukkan ponselku yang terus berdering "apa kau tidak menjawabnya?" tanyanya datar, sambil menggoyangkan ponselku di depan wajahku. Aku menyipitkan mata melihat nama yang tertera di layar ponselku, aku hanya tersenyum canggung sambil memutar mataku

"sepertinya tidak" jawbaku singkat.

Hyun Soo menaikkan sebelah alisnya curiga mendengar jawabanku, ia menurunkan ponselku, menunduk mendekatkan wajahnya padaku "siapa ini?" tanyanya penasaran. Aku memutar mataku sambil menelan air liurku, kembali menunduk melanjutkan pekerjaanku menghindari pertanyaannya. Mata Hyun Soo menyipit curiga melihat sikap anehku, senyum licik pun tersungging di bibirnya. Ia menegakkan tubuhnya

"baiklah, aku tidak akan bertanya" sahutnya licik sambil membalikkan badannya meninggalakanku.

Dering ponselku kembali terdengar, membuat Hyun Soo menatap ponselku yang masih dalam genggamannya. Ia menatap punggungku dan ponselku bergantian curiga. Hyun Soo menggigit bibir bawahnya sejenak, menggerakkan jarinya mengetuk layar ponselku

"hallo" sapanya.

Mendengar suaranya itu aku membalikkan badanku dengan mata melebar melihatnya menjawab panggilan itu, tanpa sengaja aku menjatuhkan piring di tanganku, segera berlari kearahnya

"HEEYY..!!" teriakku spontan.

Hyun Soo langsung merlarikan diri dengan ponselku di tangannya, ia berlari masuk ke kamar mandi, mengunci pintunya dengan gerakan cepat. Aku terus mengetuk keras pintu di hadapanku sambil berteriak kesal, membuat semua orang keluar dari kamar mereka masing - masing kebingungan. Hyun Soo kembali menempelkan ponselku ke telinganya, mendengar suara berat seorang pria dari seberang telfon yang membuat tubuhnya membeku

"Kyung Ji -ah.. apa terjadi sesuatu?" tanya pria itu terdengar khawatir

"ini siapa?" tanya Hyun Soo tampak mengenali suara yang di dengarnya barusan.

Pria penelfon yang tidak kunjung menjawab, membuat kening Hyun Soo berkerut kecil. Ia menjauhkan ponsel dari telingga, melihat detik pada ponsel masih berjalan, lalu kembali menempelkan ponsel itu ketelinga

"apa benar ini ponsel Eun Kyung Ji -ssi?" tanya pria itu bingung.

Kening Hyun Soo semakin berkerut dalam, berusaha mengingat dimana ia mendengar suara pria ini, ketukanku yang semakin keras membuatnya tidak bisa mengingat apapun. Hyun Soo mulai panik, akhirnya memutuskan untuk menutup sambungan telfon cepat tanpa mengatakan apapun. Ia menatap ponselku lurus "aku yakin, aku pernah mendengar suara ini" bisiknya berusaha mengingat. Ia melirik kecil ke arah pintu, menggerakkan tangannya membalas ketukanku

"aku akan keluar dengan satu syarat" teriaknya dari dalam.

Aku memutar mataku kesal mendengar penawarannya itu "aku tidak percaya padamu, berhentilah bermain - main, dan keluarlah dengan damai" tolakku cepat.

Hyun Soo menghembuskan nafas kesal, memukul pintu kamar mandi di hadapannya sekali lagi kasar. Aku langsung menjauh kaget mendengar pukulannya itu, lalu mengedipkan mataku tercengang beberapa kali. Aku pun menghembuskan nafas pendek dari mulutku pasrah

"baiklah.. baiklah.. katakan apa maumu?" tanyaku agar ia segera keluar dan mengembalikan ponselku dengan selamat,

"ceritakan padaku siapa pria ini" mintanya langsung.

Aku langsung mengutuk diriku dalam hati sambil mengepalkan tanganku kuat, aku mulai yakin setiap kali aku dan Hyun Soo melewati hari dengan baik, hari itu berakhir akan dengan kesialan untukku. Aku memunduk lesu

"baiklah.." sahutku dengan suara kecil

"apa katamu? Aku tidak dengar" sahutnya jahil dari balik pintu,

"BA.IK.LAH" teriakku mengeja.

Hyun Soo meyunggingkan senyum lebar penuh kemenangan, membuka pintu kamar mandi santai. Ia berjalan melewatiku "ikuti aku" bisiknya santai dengan senyum puas. Aku menghembuskan nafas berat sejenak lalu membalikkan badanku mengikutinya pasrah, kami berjalan meuju kamarnya membuatku menghentikan langkahku

"hey, kenapa kita kekamarmu?" tanyaku curiga

"ikut saja, kau akan menyesal jika kau tidak mengikutiku" jawabnya santai.

Hyun Soo membuka pintu kamarnya santai, memberiku jalan "masuklah" sahutnya sambil menggerakkan kepalanya kecil. Aku memutar mataku ragu sambil mengigit bibir bawahku, Hyun Soo mengerutkan alisnya curiga melihat eskpresiku itu "masuklah" sahutnya sekali lagi menekan. Aku terus berdiri diam di tempatku menggeleng kecil, Hyun Soo menghembuskan nafas pendek dari mulutnya, lalu manarik lenganku masuk menutup pintu kamarnya. Ia melepas lenganku terus berjalan ke pojok ruangan, sementara aku berdiri mematung di tempatku mengamati sekeliling ruangan. Mataku melebar takjub melihat kamarnya yang sangat besar dan rapi. Ruangan berbuansa biru putih itu terlihat sangat modern, Hyun Soo berdiri dengan senyum miring menatapku

"hey, berhenti melihat isi kamarku dan kemarilah" sahutnya dengan nada memerintah.

Aku menunjukkan ekspresi kesal melangkahkan kakiku ke arahnya, alisku berkerut kecil melihat tangga besi di hadapanku, aku mendongak ke atas namun tidak melihat apapun selain atap putih. Aku mengangkat tanganku menunjuk tangga itu, menoleh kecil ke arah Hyun Soo di sampingku "ini hanya hiasan kan?" tanyaku penasaran, senyum licik tersungging di bibir Hyun Soo, dan ia menggeleng kaku. Hyun Soo mendongak menggerakkan tubuhnya menaiki tangga itu lalu mendorong atap putih yang ternyata adalah pintu rahasia, aku membuka mulutku hampa tercengang bercampur penasaran, melihat Hyun Soo yang menuduk ke bawah dengan senyum liciknya. Hyun Soo menatapku dari atas

"naiklah" sahutnya santai,

aku langsung bergerak cepat, termakan oleh rasa ingin tahuku akan ruangan rahasia Hyun Soo. Saat aku hampir sampai di atas Hyun Soo mengulurkan tanganya ke arahku dengan senyum cerah, aku mendongak menatapnya ikut tersenyum lebar meraih tangannya. Aku langsung mengamati sekeliling ruangan sementara Hyun Soo kembali menutup pintu ruangan rahasianya itu, ia mengibas tangannya pelan, lalu memauskkannya ke dalam saku celana. Ruangan itu tidak terlalu kecil, terdapat jendela yang cukup besar menghadap keluar, lemari buku, serta kursi santai diujung ruangan. Di sisi lain ruangan, terdapat lemari berisikan berbagai macam permainan kecil, dan kulkas kecil juga ada disana. Aku menoleh menatap Hyun Soo takjub

"kenapa kau menyembunyikan ruangan menyenangkan ini?" tanyaku,

ia menggaruk belakang kepalanya "aku tidak menyembunyikannya.." bantahnya bingung.

Aku tertawa kecil melihat ekspresinya dan melangkahkan kakiku mengelilingi ruangan. Tujuan pertamaku adalah lemari buku, aku melipat tanganku ke belakang "mari kita lihat, buku apa yang kau suka" gumamku santai. Hyun Soo tersenyum miring "buku yang ku suka sangat membosankan" sahutnya santai, aku menoleh melemparkan tawa cerahku padanya sejenak, lalu kembali melihat kolekasi buku yang terpajang di lemari. Mataku tertuju pada satu kotak besar berwarna merah muda yang terpajang di atas lemari, aku mengerutkan dahiku ingin tahu, melirik kecil kebelakang sejenak lalu kembali menatap kotak itu. Aku memiringkan kepalaku sesaat, namun aku menggeleng kecil menghilangkan rasa ingin tahuku. Hyun Soo pun mengikuti arah pandanganku curiga, melihat aku menatap kotak merah muda di atas lemari buku, ia berdeham membuka mulutnya

"hey, Eun Kyung Ji.. bukankan kau menjanjikan sesuatu padaku?" tanyanya licik.

Aku menoleh ke arahnya dengan senyum kaku memutar mataku, melihat senyumku Hyun Soo menaikkan kedua alisnya, lalu melipat tangannya di depan dada menantang. Aku melemparkan tawa garing padanya agar ia merubah pikirannya, namun Hyun Soo malah menggeleng kecil padaku dengan senyum miring menghiasi wajahnya. Ekspresiku langsung berubah datar

"baiklah dari mana kau ingin mendengarnya?" tanyaku datar.

Hyun Soo berjalan mendekatiku mengulurkan tangnnya menahan di lemari buku, ia mendekatkan wajahnya ke telingaku "dari awal" bisiknya sambil melirikku licik.

Aku mengedipkan mataku beberapa kali gugup, lalu memalingkan wajahku darinya sambil berdeham kecil. Senyum liciknya melebar mengikuti arah wajahku "kau gugup?" tanyanya menggodaku, aku menggeleng cepat sambil memelaingkan wajahku ke arah lain, menghindari tatapannya. Hyun Soo mengulurkan tangannya yang bebas menyentuh daguku lembut menatapku lurus - lurus, membuat mata kami bertemu. Jantungku mulai berdetak semakin cepat, seiring wajah Hyun Soo yang terasa mendekat ke arahku, mataku berputar bingung, dan aku meremas ujung bajuku kuat. Senyum Hyun Soo terlihat melebar, dan ia semakin mendekatkan wajahnya. Aku menutup mataku rapat - rapat, membuka mulutku

"pria itu mantanku" sahut cepat menghentikan gerakannya.

Tangan Hyun Soo tampak melemas seketika dan ia menatapku bingung bercampur kesal. Ia menghembuskan nafas kecil "mwo?" tanyanya tercengang, aku melemparkan tawa garing padanya, lalu mengangkat tanganku mendorong tubuhnya menjauh. Aku bergerak melewatinya cepat, duduk di kursi dekat lemari buku sambil melihat - lihat ke sekeliling canggung. Hyun Soo menatapku dengan ekspresi tidak percaya di wajahnya melihat sikapku. Hyun Soo duduk di sebelahku sambil menatapku serius, aku mengalihkan wajahku darinya namun ia semakin berusaha menunjukkan wajahnya padaku, aku menutup mataku rapat - rapat

"araseo.. araseo.." sahutku cepat sambil mendorong tubuhnya menjauh.

Hyun Soo memperbaiki posisi duduknya lalu melipat tangannya di depan dada "ceritakan dari awal" sahutnya terdengar memeintah. Aku meliriknya sinis, dan membuka mulutku mulai berderita "dia teman kakakku, kami bertemu karena kencan buta" bukaku

"KENCAN BUTA?" teriaknya.

Aku langsung membekap mulutnya sambil menoleh kaget, aku pun mengangkat jariku ke depan bibir menyuruhnya diam. Hyun Soo berusaha melepaskan tanganku dari mulutnya paksa, sambil mengerutkan keningnya kesal. Aku menghembuskan nafas berat lalu melepasnya kasar sambil meliriknya sinis, Hyun Soo mengusap kecil bibirnya sejenak

"lalu apa yang terjadi?" tanya Hyun Soo penasaran

"temanku yang ikut kencan buta bersamaku menjadi pacar kakakku, aku juga menjadi pacarnya, tapi mereka berdua menghianati kami" jelasku,

"bagaimana kau bisa tahu kalau mereka menghianatimu?" tanyanya lagi.

Aku menoleh ke arahnya dengan senyum canggung "aku melihatnya di hotel bersama" jawabku berusaha mengendalikan nada suaraku. Mata Hyun Soo melebar mendengar cerita barusan, matanya berputar canggung, dan ia membuka mulutnya "Kyung.. Kyung Ji -ah.. mianhae.." sahutnya canggung. Ia meraih tanganku dan menatapku lurus - lurus "mianhae" ungkapnya sekali lagi. Aku tertawa kecil sambil menggeleng kuat

"tidak apa.. aku sudah melupakan semuanya" tepisku santai

"tetap saja.. aku malah menyuruhmu kembali mengingat hal.. yang.." tepisnya gugup dengan nada bersalah.

Aku kembali menggeleng kuat dan menunjukkan senyum lebarku padanya. Aku mengalihkan wajahku menghembuskan nafas besar "aku tidak akan mati karena patah hati" timpalku santai. Hyun Soo hanya diam terus menatapku serius, membuatku melemparkan tawaku padanya "jinjjaya.." tambahku yakin, sambil menarik tangku darinya. Hyun Soo terlihat menyunggingkan senyum kecilnya mengangguk paham, aku ikut menyunggingkan senyumku lalu menghembuskan nafas lega

"lagi pula aku tidak terlalu sedih" sahutku sambil menyenderkan diriku santai ke kursi.

Hyun Soo menaikkan alisnya kecil "kenapa? Apa kau tidak menyukainya?" tanyanya penasaran. Mendengar pertanyaan itu, aku berfikir kecil kembali bertanya pada diriku sendiri. Hyun Soo menatapku menunggu jawabanku penasaran, aku kembali menatapnya dan membuka mulutku

"aku menyukainya.. tetapi rasa sukaku padanya tidak seperti rasa sukanya padaku, aku merasa perasaanku sedikit aneh" jawabku

"apa karena kau merasa dia bukan pria yang baik?"

aku mengigit kukuku lalu melirik Hyun Soo "tidak, saat itu dia sangat baik padaku, tapi.. entah kenapa aku terus merasa bukan dia orang harusnya bersamaku saat itu" jawabku berusaha menjelaskan perasaan yang aneh dalam hatiku.

Hyun Soo hanya diam menatapku sambil mengembangkan senyum puasnya mendengar jawabku, ia menghembuskan nafas lega dari mulutnya, dan menyandarkan dirinya lega ke kursi.

***