webnovel

kimchi

Jung Kook pov

"Kookie ... Temani aku ke pasar"

"Aku mau bikin kimchi" pinta Noona. Kalau Noona sampai meminta bantuanku itu artinya ia bakal borong barang-barang di pasar.

Hari ini Noona berencana membuat kimchi. Aku, Noona dan Kiki menuju ke pasar membeli bahan-bahan.

Noona membeli lobak, lobak muda, mentimun, cabai, jahe, bawang putih. Belum lagi pir dan apel untuk memberi rasa manis pada kimchi.

Berapa banyak kimchi yang mau Noona buat?

Stroller barang sudah sangat penuh. Sampai-sampai stroller Kiki terpaksa diisi barang belanjaan.

Aku merasa lapar setelah berkeliling pasar.

"Noona ... Kita makan teokbokki dulu" teokbokki di pasar itu memang paling enak.

Sambil menunggu teokbokki disiapkan, aku membeli hotteok untuk Kiki. Saus teokbokki terlalu pedas untuk lidah Kiki yang masih batita.

Eh ... Ada hoeori gamja (tornado potato). Ada juga bungeoppang (fish bread). Di samping nya ada yang jual corn dog. Aku yang sudah lapar akhirnya membeli masing-masing satu.

Semoga Noona nggak marah karena aku beli terlalu banyak camilan.

Dan ternyata Noona nggak marah. Noona itu memang nggak pelit soal makanan. Bahkan ia selalu membagi makanannya denganku.

Di rumah ...

Noona mencuci lobak dan mengupasnya.

"Kookie ... Bantu aku potong lobaknya" pinta Noona. Lobak yang dibeli Noona sangat besar. Besarnya melebihi lenganku. Aku mulai memotongnya bentuk dadu. Kira-kira 1,5 cm.

Noona yang memotong dan mencuci lobak muda, daun bawang dan mentimun.

Noona mulai membuat bumbu untuk kimchi. Suara blender mulai terdengar.

Aku mulai mengaduk lobak dengan garam supaya tidak keras. Kemudian kami meniriskan airnya.

"Kookie ... Aku lupa beli wijen. Aku beli di mini market dulu" kata Noona pamit.

Kimchi lobak pasti enak kalau dibikin nasi goreng. Aku jadi lapar membayangkannya.

Capekkk ...

Panggilan alam memanggil. Aku segera ke kamar mandi. Perutku terasa lega ...

Aku kembali ke ruang tamu.

"Appa ..." Kiki tersenyum lebar. Kiki berada di dalam bak berisi potongan-potongan lobak yang sudah kubikin susah payah. Ia bermain-main dengan lobak. Melemparkannya keluar bak.

"Kiki ... Ini bukan bak mandi" aku mengangkat Kiki. Untung saja lobaknya belum diberi bumbu. Kalau sudah, Kiki bakal nangis kepedesan.

Eh?

Kenapa ada air mengalir di paha Kiki?

Astaga ...

Popok Kiki bocor.

Aku mendengar pintu terbuka, tanda Noona sudah pulang.

Oh ... Tidak ...

"Noona ... "

"Tadi Kiki masuk ke dalam bak berisi potongan lobak"

"Popok Kiki bocor"

"Potongan-potongan lobak sudah tercemar dengan air 'alami' Kiki" aku mengaku ke Noona.

Kalau aku tidak mengaku bisa-bisa potongan lobak itu bakal dimakan oleh Noona.

"Kiki ..." Noona melihat ke arah Kiki.

"Ki ... Kasihan appa sudah capek-capek motong dan mengaduk lobak" Noona menceramahi Kiki.

"Kookie ... Kau harus ke pasar lagi"

"Beli beberapa lobak di tempat yang tadi"

"Tadi aku sudah membuat terlalu banyak bumbu kimchinya"

Aku pun pergi ke pasar. Membeli lobak di tempat yang sama.

🌼🌼🌼

Aku mulai memotong lobak-lobak yang baru saja kubeli barusan. Memotong bentuk dadu untuk sekali suap.

Aku mulai mengaduk potongan lobak di bak. Aku memakai bak baru. Aku masih jijik dengan bak yang terkena air "alami" Kiki.

Aku mulai meniriskan air. Aku terus melihat Kiki. Jangan sampai ia masuk ke dalam bak dan mencemari potongan lobak.