"Eomma ... " Kiki ikut menangis saat melihat ibunya menangis.
"Eomma nggak pa pa. Mata eomma kemasukan debu. Kiki bantu tiup mata eomma." Hana merendahkan tubuhnya agar sejajar dengan Kiki.
"Huh ... Huh ... " Kiki meniup mata Hana.
"Gomawo, Ki."
Tapi Hana tidak bisa membohongi perasaannya. Hatinya terluka saat melihat undangan pernikahan Nam Joon.
Hana segera masuk ke dalam kamar mandi untuk menangis lagi. Kiki akan ikut menangis bila ia menangis di hadapan Kiki.
Lima menit. Hanya lima menit.
Hana menyalakan kran wastafel untuk menyamarkan tangisannya.
"Hiks ... Hiks ... Hiks ..." Hana menangis tersedu-sedu.
Hana ...
Menangislah sepuas hatimu sekarang.
Karena saat kau keluar dari kamar mandi, kau harus sudah bisa melupakan Nam Joon oppa ~ Hana berkata dalam hatinya.
Oppa ...
Impianku adalah menjadi pendamping hidupmu.
Impianku adalah menjadi ibu bagi anak-anakmu.
Kenapa takdir begitu kejam padaku.
Hana menangis sepuasnya dalam waktu lima menit.
Sedangkan Jung Kook hanya bisa menunggu Hana di depan pintu kamar mandi yang tertutup.
Noona ...
Maafkan aku.
Karena nafsuku untuk memilikimu malah membuatmu menderita.
Aku telah menghancurkan impian dan masa depanmu bersama Nam Joon Hyung.
Noona ...
Sekali lagi maafkan aku.
Jung Kook ikut menangis di dalam hatinya.
Sebelum hari ini Hana dan Nam Joon pernah bertemu. Hana hendak menyerahkan barang-barang pemberian Nam Joon terutama cincin pertunangan dari Nam Joon.
Hana hanya berpikir tidak baik bila ia terus menyimpan barang-barang pemberian Nam Joon saat ia sudah menikah dengan Jung Kook.
Tapi Nam Joon tidak menerima buku-buku yang pernah ia berikan kepada Hana. Buku tentang keuangan keluarga. Buku tentang mendidik anak. Buku-buku yang berkaitan dengan keluarga.
"Simpanlah. Suatu saat kau akan memerlukannya."
Ingatan Hana kembali saat pertemuan pertama mereka di perpustakaan saat mereka masih SMA. Saat itu Hana kesulitan mengerjakan tugas bahasa Inggris. Nam Joon yang sudah sering melihat Hana dari kejauhan, memberanikan diri mendekati Hana dan mengajarinya.
Dari situ pertemuan mereka terus berlanjut. Nam Joon jadi sering mengajari Hana. Hana juga merasa cocok dengan pengajaran Nam Joon. Sampai suatu saat di atap sekolah ...
"Oppa ... Kata teman-temanku, oppa itu menyukaiku. Aku bilang 'Nggak mungkinlah oppa suka sama aku. Oppa itu pasti suka sama cewek yang pintar juga.'" Hana masih tidak mempercayai perkataan teman-temannya.
Sebenarnya Nam Joon sudah menyukai Hana sedari dulu tapi ia tidak berani mengungkapkan perasaannya dan ditambah lagi dengan couple Hana dan Tae Tae yang cukup populer. Bahkan Nam Joon rela tidak mengikuti les supaya bisa melihat pertunjukan seni Snow White yang diperankan Hana.
Hanya saat Hana dan Tae Tae putus, Nam Joon baru mulai berani mendekati Hana. Walaupun ia masih tidak percaya diri. Ia takut perasaannya hanya sebelah tangan.
"A-Aku m-menyukaimu." Nam Joon mengungkapkan perasaannya.
Aku nggak salah dengar?
Oppa menyukaiku?
"Maukah kau menjadi istriku?" Nam Joon sangat gugup. Seharusnya ia meminta Hana untuk menjadi pacarnya bukan langsung jadi istri.
Kupingku nggak tuli, kan?
Oppa melamarku?
Biasanya orang akan ngomong "Maukah kau menjadi pacarku?"
"Jadi istri Nam Joon oppa?"
"Maaf ... Maafkan aku ... Kau pasti nggak mau sama orang yang jelek sepertiku, kan?" Nam Joon tidak percaya diri dengan tampangnya. Hana yang pernah berpacaran dengan Tae Tae, pria tampan di sekolah. Tidak mungkin merendahkan levelnya dengan berpacaran dengan dirinya.
"Siapa yang bilang oppa itu jelek?"
"Semuanya."
"Tapi menurutku oppa itu tampan. Aku paling suka sama lesung pipi oppa."
Aku tampan?
Penglihatan Hana masih normal, kan? ~ Nam Joon tidak percaya.
"Aku mau jadi istri oppa. Tapi tidak sekarang. Aku masih mau lulus SMA dulu." Hana tersenyum.
"Jadi kita jadian?"
Hana menganggukkan kepalanya.
Nam Joon luar biasa senangnya. Ia langsung memeluk Hana. Perasaannya selama ini tidak bertepuk sebelah tangan. Ia langsung mengambil cincin dari sakunya, hasil kerja part time yang ia kumpulkan selama sebulan dan menaruhnya di jari manis Hana.
Saat mereka terbawa suasana dan hendak berciuman ...
"Hey ... Kalian ... Sudah lewat jam sekolah." Guru melihat mereka.
Hana dan Nam Joon pun bergegas pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Nam Joon menggandeng tangan Hana. Impiannya menjadi kekasih Hana terwujud. Tangan yang tak akan pernah ia lepaskan.
Setelahnya mereka menjadi pasangan yang tidak terpisahkan. Hanya saat pelajaran sekolah saja mereka berpisah. Itu pun karena beda kelas. Dan saat mereka harus kembali ke rumah masing-masing.
Guru-guru mengkhawatirkan Nam Joon yang sudah duduk di bangku terakhir SMA. Mereka takut bila studi Nam Joon terganggu bila Nam Joon banyak menghabiskan waktu bersama Hana. Tapi ternyata tidak. Prestasi Nam Joon masih tidak terkalahkan. Ia tetap siswa dengan prestasi nomor satu di sekolahnya.
Setiap bulan Nam Joon selalu memberi Hana hadiah buku. Ada buku tentang keuangan keluarga, terkadang buku tentang pendidikan anak.
"Mulai sekarang kita harus belajar. Atau setidaknya sedikit tahu" kata Nam Joon. Saat itu ia melihat masa depannya adalah bersama Hana.
Hana mulai membaca buku. Ia tidak boleh terlalu bodoh karena Nam Joon itu murid terpintar di sekolah.
Nilai-nilai Hana ikut membaik seiring dengan hubungan Hana dan Nam Joon yang serius.
Flashback end.
Hana membasuh mukanya yang penuh air mata. Ia melihat dirinya di cermin.
Nam Joon Oppa ...
Terima kasih untuk semua kenangan indah darimu.
Sudah saatnya bagiku untuk merelakanmu.
Untuk selamanya ...