webnovel

Westminster

"Jeff minggu depan ada pertandingan Crystal palace vs Arsenal lu mau ikut gak nonton ke stadium?" tanya Mark.

"Dimana?"

"Selhurst Park Stadium"

"Kejauhan lagian bukan pertandingan Manchaster United" Ucap Jeffrey sembari menyesap teh dihadapannya.

Saat ini merupakan Weekend, Mark dan Jeffrey sering bertemu untuk bermain PS terkadang mereka hanya mengobrol dan bepergian agar tidak jenuh.

Mark mengendarai mobilnya dengan kecepatan 45 KM/Jam mereka berada di jalanan sepi dan sedang memikirkan akan pergi kemana. Di jalan raya Inggris sendiri batas kecepatan untuk mengendarai mobil adalah 112KM/Jam, berbeda dengan jalur lalu lintas ganda di Jalur lalu lintas tunggal batas kecepatannya sekitar 96 KM/Jam.

"Kita ke Parker's Piece aja gimana?" Jeffrey menunjukan handphone hasil research nya pada Mark.

Parker's Piece Terletak di Central Cambridge, mudah dijangkau dan cukup bagus karena memiliki beberapa bangku dengan rumput yang terawat baik. Ada banyak toko dan restoran di sepanjang sisi Parker's Piece.

"Cambridge? sekalian lihat kampus? mau ke Gonville and Caius College?"

Jeffrey segera menyetujui usul Mark.

"Sebentar lagi natal, mampir ke Westminster Abbey juga ya" Mark melotot "Gila lu?"

"Calm down mate gantian kok, histeris banget orang gak jauh-jauh amat"

"Hampir 2 jam ya monyet, otak lu kesamber apaan sih" Ucap Mark sambil menjambak rambut Jeffrey.

Jeffrey yang tak terima rambut nya dijambak langsung menjambak balik rambut Mark "Holy shit Jones gua lagi nyetir bahaya, kalau kecelakaan gimana" Mark segera menekan leher Jeffrey dengan satu tangan.

"Eh Jones ini kita dimana?"

"Gak tahu, out of nowhere. Bentar cek map dulu"

"Coba sekalian cek tempat charge, itu tanda apa tuh liat di papan depan yang ini nih" Tunjuk Mark

"Chrchil road"

"Weathernya cantik banget sih parah" Jeffrey membuka kaca mobil dan memotret langit serta jalan yang mereka lalui.

"Turun udah nyampe gua mau cari parkiran dulu. Dari sini kita langsung ke Westminster aja biar gak kemaleman"

Setelah memarkirkan mobilnya Mark menghampiri Jeffrey yang sedang memotret sekitar gerbang. "Lu beneran mau ke Cambridge ambil engineering?"

Jeffrey terdiam namun segera menjawab pertanyaan Mark "Masih belum pasti sih, gua juga gak bisa mastiin masa depan bakal kaya gimana. so whatever will be, will be"

Mark yang mendengarnya mengangguk mengerti. "Path yang ada itu harus dipikirin juga, jangan sampai lu ngerasa buntu ditengah jalan. Kalau emang itu yang terbaik why not"

"Kita cuma punya waktu satu tahun lagi buat mikirin bakal lanjut kemana. Tapi gua gak mau mikirin itu, gua masih ragu. si Evans lanjut kemana?"

"Evans yang mana, lu nanyain gua apa adik gua?"

"Bryan lah"

"Ya kan siapa tau, orang lu nyebutin nama keluarga gua kan termasuk"

"Sejak kapan juga gua manggil lu Evans, emang nya lu manggil gua Jones mulu. Kalau bapak gua denger bisa-bisa dia mikir lu manggil dia"

"Yakali gua manggilnya Jones doang, Sir we have some words to face it"

Wajah Celine terlihat lesu, ia sebenarnya enggan menginjakkan kaki ke rumah yang berada di Westminster. Westminster sendiri merupakan area pemerintahan yang ramai di dekat Istana Buckingham. Banyak turis mendatangi monumen Alun-alun Trafalgar dan seremoni pergantian penjaga di Horse Guards Parade. Westminster Abbey abad pertengahan menjadi lokasi makam tokoh bersejarah seperti Charles Darwin. Bisa dibayangkan betapa ramainya tempat yang akan Celine kunjungi itu?

Rumah yang terletak di Westminter merupakan kediaman utama Lloyd Family, peninggalan sang Kakek yang sangat ayahnya jaga. Rumah itu bukan hanya milik ayah Celine seorang namun milik keluarga besar Lloyd. Tak ada yang menempati karena ditakutkan akan terjadi masalah antar keluarga yang saling senggol hak mereka. Bisa-bisa mereka semua tidak bisa hidup damai dan hanya menatap meja hijau pengadilan. Tidak sembarang orang dapat ijin tinggal di lingkungan tersebut, dikarenakan ayah Celine adalah seorang Lord Chancellor yang merupakan anggota dari kabinet yang menurut hukum tugasnya adalah bertanggung jawab atas fungsi efisien dan kemerdekaan pengadilan.

Lord Chancellor sendiri dulunya merupakan Lord High Chancellor of Great Britain, yang merupakan sebuah jabatan senior dalam pemerintahan Britania Raya. Mereka dilantik oleh Penguasa Berdaulat atas nasihat Perdana Menteri. Lord Chancellor adalah pangkat tertinggi kedua dari Great Officer of State, yang berpangkat setelah Lord High Steward.

Tentunya kakek mereka yang merupakan seorang great officers of state mewariskan harta tersebut, ia membagikan seluruh harta kekayaannya bukan untuk rumah itu saja. Ia bahkan membangun sebuah yayasan yang menaungi anak yatim piatu, tuna wisma dan menggelontorkan dana untuk beasiswa pendidikan. Namun sayang beberapa proyek sempat terhenti karena adanya dugaan penggelapan dana oleh pengelola yayasan. Sampai saat ini Metropolitan Police Commissioner dan ayah Celine masih mencari tahu perihal kemana hilangnya dana yang seharusnya disalurkan.

Di Britania Raya The Commissioner dianggap sebagai perwira polisi berpangkat tertinggi. Meskipun wewenang mereka umumnya terbatas hanya pada wilayah operasi Layanan Polisi Metropolitan yang disebut the Metropolitan Police District. Namun, tidak seperti pasukan polisi lainnya, the Metropolitan Police District memiliki tanggung jawab nasional tertentu seperti memimpin pemolisian kontra terorisme dan perlindungan Keluarga Kerajaan dan anggota senior pemerintahan. Pemegang jabatan bertanggung jawab langsung kepada Menteri Dalam Negeri dan publik secara nasional sedangkan pasukan polisi yang lebih kecil hanya bertanggung jawab kepada penduduk lokal mereka.

Banyak alasan sebernarnya kenapa ia tak ingin berada di sana lama-lama, disana Celine sama sekali tidak mendapat kebebasan. Selama 24 jam ia akan terus diawasi, meski hanya berkeliling ke taman, paman Smith akan menanyakan kemana saja ia sepanjang hari. Sebenarnya bukan hanya saat ia berada di Westminter bahkan diamanapun ia berada Celine akan di awasi terus menerus.

Mungkin mereka berniat menjaga, tapi Celine rasa mereka kelewatan. Ia sampai tidak punya privasi untuk bernafas. Rasanya sesak, seperti ada mata yang terus terarah padanya.

Celine pernah mencoba menghiraukan pertanyaan pamannya itu namun apa yang terjadi keesokan harinya sangat membuat Celine tertekan. Paman Smith memberitahu keluarga besar atas tindakan Celine yang ia anggap kurang ajar bahkan Jesselyn menyiramnya dengan sirup strawberry yang sangat lengket tepat ke wajahnya. Tak sampai disitu Jesselyn membentak Celine penuh amarah karena telah dianggap mempermalukan keluarga Lloyd yang menjadi topik pembicaraan keluarga besarnya. Mereka menganggap George dan Jesselyn tidak becus membesarkan anak hingga Celine menjadi anak yang tak punya sopan santun pada orangtua. Dalam percakapannya bahkan mereka mengatakan kata-kata kurang pantas.

"Sudah kubilang anak tak tahu diri seperti dia harusnya kau enyahkan saja, untuk apa kau besarkan? buang-buang uang saja" ujar Kate, ia menyesap rokok elektriknya dan hanya terfokus pada handpone miliknya.

Alexander mengangguk setuju ia mengusulkan saran "George aku sarankan kembalikan dia pada Ibunya. Sepertinya dia juga tidak betah tinggal denganmu"

"Maksudmu kembalikan dia ke tanah kuburan Lex? Sial aku tertawa" Ethan tertawa terbahak-bahak mendengar pernyataan Alex ia bahkan menendang meja dihadapannya membuat beberapa botol bir terjatuh yang menyebabkan keributan di ruang tengah itu.

"Jess aku merasa sakit hati, kau kan seorang ibu bagaiamana cara kau mendidik anak mu itu?" Smith melontarkan pertanyaan pada Jesselyn yang sepertinya tengah menahan amarah karena di permalukan dihadapan keluarga besar. Sedikit saja kesalahan kau akan menjadi bahan olokan satu keluarga besar yang tak dapat kau sangkal. Sekeras apapun kau menyangkalnya mereka akan lebih mempermalukanmu. Seakan hal tersebut adalah hiburan yang sangat mereka nantikan.

"Jaga omongan mu, dia putriku biar aku yang menentukan apakah dia salah atau tidak, kalian tak berhak ikut campur dengan cara ku mendidiknya" tegas George

"Cara didikanmu yang konyol itu?" Olok Kate

George berdiri dari kursinya namun segera ditahan oleh Smith "Santai George, mau kemana? kita cuma bercanda ya kan hahaha" ujar Smith santai sembari tertawa yang dibalas oleh tawaan Alex, Kate dan Ethan.

"Jangan terlalu serius lah George kali-kali kita juga butuh hiburan kan, dibawa santai aja" Ethan mengatakan hal itu lalu pergi menuju kamarnya. Suasana kurang mengenakan masih menyelimuti area ruang tengah. Akhirnya satu per satu dari mereka termasuk Celine kembali ke kamar masing-masing. Menyisakan George yang merasa pening dan jengkel.

Saat malam tiba Jesselyn menghampirinya dan menumpahkan sirup pada Celine yang tengah mendengarkan lagu di kamar tamu lantai 2 dekat balkon. Celine yang tak siap tersedak karena sirup strawberry tersebut terhirup olehnya menyebabkan rasa perih di hudung dan tenggorokannya. Jesselyn sama sekali tidak mengkhawatirkan Celine yang tengah terbatuk, ia melempar botol sirup tersebut pada Celine dan meninggalkannya begitu saja.

Sibuk dengan kekesalannya memikirkan kali terakhir mengunjungi rumah tersebut ia jadi lupa dengan teguran Mr. Jones yang mengharuskannya untuk menurunkan berat badan. Celiene malah memakan es krim cokelat yang ia lihat di freezer rumahnya. Makanan manis memang salah satu obat paling ampuh unruk meredakan amarah.

Celine segera bersiap mengenakan Kkoch Tee hitam bertuliskan Anti Social Social Club, High rise skirt, Lockit pendant yang bertengger manis di lehernya, sepatu stan smith, tak lupa backpack hitam berisi Charger, beberapa buku, dompet juga airpods. Ia mengetukkan ujung sepatu sebelum melangkah keluar. Memastikan lampu kediamannya padam, ia mengunci pintu perlahan.

Jika saja ia terlambat bisa-bisa para paman dan bibinya menjadikan ia sasaran empuk lagi untuk bahan hiburan mereka.