webnovel

Tree

Gray menyusuri gedung yang terlihat ramai, saat itu para balerina sedang berbondong-bondong keluar gedung karena sudah menyelesaikan kelas. Saat melangkahkan kaki di ambang pintu aula gedung, dilihatnya ruangan tersebut dalam keadaan gelap dan kosong. Lalu ia mencari disetiap studio tapi tetap tidak dapat menemukan seseorang yang dicarinya. Akhirnya ia menuju ruang ganti, namun sebelum sampai di tempat ia melihat di lorong ada beberapa orang berlalu lalang. Dan beberapa orang yang tak asing di matanya.

Ia sedikit meringis melihat orang yang belum lama ini memiliki ruang khusus dihatinya. Perasaan bersalah itu kembali menyeruak kepermukaan. Ia tak bisa lama-lama berada disana.

Melihat wajahnya saja membuat perasaan itu kembali muncul. Ia tak mau egois menahan gadis itu untuk tetap berada disampingnya.

Gray Wilkinson menghampiri ketiga gadis yang terlihat sedang adu mulut di ujung sana "Emma" panggilnya. Ia mendekat dengan hati-hati agar tak mengganggu para gadis tersebut.

Lebih tepatnya Emma yang terus-terusan berbicara dan menimbulkan kegaduhan. Dua orang lainnya hanya mendengarkan lalu menyahutnya dengan malas. Gray yang melihat Celine diam tambah panik, karena ia tahu Celine tidak akan melepaskan Emma begitu saja. Apalagi setelah Emma membuat keadaan menjadi sangat menjengkelkan.

Emma yang dipanggil berbalik melihat kebelakang, melihat kehadiran Gray membuat Emma semakin congkak merasa menang satu langkah dari Celine. Namun semua orang tahu dalam hal akademis ia tidak akan pernah bisa mengalahkannya.

Gray memiliki rambut berwarna ash gray, seminggu lalu ia baru menggantinya dari dark brown. Kentara sekali seperti orang yang baru patah hati. Perawakannya sekitar 180 cm, ia memiliki hidung mancung yang cukup besar dan senyum kotaknya yang bertengger di wajahnya yang tampan.

"Gray, mari kita pulang sayang" Ucap Emma manja. Ia sedikit berlari dan memeluknya posesif. Begitukah yang namanya sahabat? Sejak awal Celine tahu mereka bermain api dibelakangnya.

Celine memutar mata malas, muak diwaktu bersamaan. Ia memilih berbalik melanjutkan langkahnya menuju ruang ganti daripada menonton adegan tak senonoh dihadapannya.

"Duh gerah panas ya? disini setan semua sih. sebelas duabelas lah sama namanya devil" Emma tertawa kencang.

"Jangan cari masalah. Bisa saja hari ini adalah hari terakhirmu bisa berjalan dengan benar" Celine bersiap mengepalkan tangannya untuk melayangkan pukulan pada gadis tak tahu diri di hadapannya ini.

Apa-apaan dia, namanya Mandeville bukan devil, enak saja memplesetkan nama orang begitu saja.

Entah kesialan macam apa yang terus mempertemukannya dengan mereka berdua. Mereka sekolah di tempat yang sama, rumah satu komplek, satu tempat balet, walau Gray bukan Ballerina tapi ia selalu mengantar jemput Emma.

Celine tidak menganggap mereka musuh, bahkan semua ia anggap teman. Tapi jika mereka memperlakukan Celine seenaknya ia tak akan segan membalas perlakuan mereka.

Gray dan Celine pernah menjalin suatu hubungan, mereka putus belum lama. Sekitar 1 minggu yang lalu. Tak ambil hati, kini keduanya memutuskan berteman. Karena menurutnya masa depan lebih penting dari apapun termasuk cinta monyet.

Dulu saat mereka berkencan, Emma akan terus menelpon atau mengirim pesan berantai agar Gray menemuinya dengan berbagai alasan. Gray tentu saja lebih memilih sahabatnya itu dan meninggalkan Celine begitu saja.

Emma dan Gray juga pernah menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih tapi entah kenapa mereka memutuskan menjadi sahabat. Karena title 'sahabat' itu Emma jadi seenaknya.

Celine juga diteror oleh teman kadal buntung satu itu, katanya Celine mengganggu hubungan mereka berdua yang jelas-jelas hanya sahabat.

Mencari-cari kesalahan Celine dan memanipulasi hal tersebut pada Gray yang membuat mereka sering bertengkar, padahal semua hanya settingan mereka saja. Saat ketahuan mereka meminta maaf tapi terus mengulanginya.

Yang paling parah mereka melakukan manipulasi saat Celine akan mengikuti perlombaan, saat itu Celine diantar oleh Gray. Entah apa yang mereka katakan, Celine diturunkan ditengah jalan padahal ia tidak tahu arah jalan sama sekali. Saat tiba disana waktu gilirannya sudah terlewat. Karena pada beberapa kali pemanggilan peserta ia tak kunjung menampakkan batang hidungnya.

Sampai disana ia dimarahi habis-habisan oleh sang pelatih, kejuaraan yang sudah di persiapkan matang-matang selama 5 bulan hancur begitu saja. Dirumah tentu sang ibu lebih marah lagi dan esoknya ia mendapatkan memar disekujur tubuh.

Pada akhirnya Celine memilih tidak melanjutkan hubungan yang menurutnya toxic, terlalu banyak campur tangan orang lain pada kehidupan pribadinya. Ia tak nyaman dan merasa sudah keterlaluan.

Ujian kenaikan kelas sudah menanti jadi ia tidak ambil pusing dengan masalah lainnya. Nilainya lebih penting dari apapun.

Tidak boleh ada yang mengacaukan semua usahanya selama ini. Meski hanya hal kecil sekalipun ia tidak akan membiarkannya. Semua yang dilakukan tidak akan ia biarkan hancur begitu saja seperti debu.

Dua hal yang paling penting di hidup Celine adalah nilai akademis dan balet. Sudah cukup kesalahannya membiarkan orang lain memasuki kehidupannya. Ia terlalu gegabah.

"Watch your mouth girl"

"Gray, lebih baik kau bawa peliharaanmu itu pergi dari sini" sarkas Celine. Hampir saja ia menendang Emma, jika Mary tidak menyentuh tangannya ia bisa saja mendapat tinta hitam di catatan siswanya yang sempurna.

Emma menggeram kesal, "sorry" ucap Gray menyesal, sebelum Emma melakukan hal yang membuatnya lebih malu ia langsung menarik Emma keluar dari sana.

Gray selalu merasa bersalah pada Celine karena lebih mempercayai omongan Emma. Ia tahu, terlalu banyak kesalahan yang dilakukannya saat mereka masih bersama. Sudah cukup dirinya menyakiti gadis dihadapannya itu. Jadi ia tak akan marah atau merasa tersinggung jika Celine memperlakukannya dengan kasar.

Toh dulu kelakuannya lebih parah dan tak bisa dimaafkan.

Mary sangat kesal, ia meninju dan menendang udara. "Kau lihat bagaimana ekspresinya tadi saat Gray datang? Aku benar-benar ingin menguburnya hidup-hidup. Celine aku harus bagaimana aku tak tahan dengan anak itu"

Celine terkekeh melihatnya. "Jangan terlalu membencinya bagaimanapun kalian tetap keluarga di mata hukum dan pengadilan" ucap Celine

"Selalu saja hukum dan kawannya yang menyulitkan. Aku bisa saja membakar dokumen hak asuh Emma tapi Ayahku pasti akan mengamuk seperti tidak ada hari esok, aku ingin cepat-cepat mendapat kerja dan pergi dari rumah itu"

"Harusnya Ibuku tidak usah mengadopsi anak kurang ajar itu. Nama keluargaku jadi terbawa jelek gara-gara dia, untungnya Jacob tidak banyak bertingkah seperti dia"

"Bukannya mereka sama-sama menjengkelkan?"

"Iya anggota keluargaku memang brengsek sepertinya hanya aku yang waras di antara mereka. Kau tahu Celine hari ini rasanya kepala ku akan pecah" Mary berjalan sembari menjambak rambutnya frustasi.