webnovel

Overnight

Jarum jam masih mengarah 90° ke arah barat, matahari pun belum ada tanda-tanda naik ke permukaan. Dalam sebuah kamar bernuansa putih abu terdapat poster potret kemenangan tim sepak bola kesayangannya yang menempel pada dinding. Pemuda itu terbangun, ia turun sebentar mencari air minum untuk menepis rasa kering pada tenggorokannya. Dengan wajah mengantuk ia mencoba berbaring mencari posisi terbaik untuk tubuhnya kembali beristirahat.

Masih teringat jelas tadi ia bermimpi, namun entah memimpikan hal apa. 15 menit berlalu, matanya tetap tak bisa terpejam. Ia sudah mencoba trik yang didapat dari internet, hasilnya nihil tak berhasil.

Akhirnya Jeffry menyerah, ia mengambil handphone di atas nakas. Menyalakan benda elektronik itu yang seketika menampilkan lockscreen background hitam, berlogo setan merah dengan gambar kapal pada bagian puncaknya, ditutupi dengan bingkai bertuliskan Manchaster bagian atas, United bagian bawah. Tak lupa gambar bola pada samping kanan dan kiri. Jarinya bergerak menekan aplikasi untuk memeriksa pesan. Ada satu pop up muncul dari Mark berisi tautan link pendaftaran seminar online.

💌 Mark

Gak bisa gua

13.00✔

09 Desember 2018

Jones

15.01

Whut

15.12✔

Soft file tadi pagi udah fix kan

15.15

Udah gua kirim

15.15

Cek coba, gua cc ke email lu

15.16

Iya, udah udah

15.18✔

Thanks bro

15.18✔

10 Desember 2018

Kasih tahu Turner sama Anderson kalo sampe besok sore bagian makalahnya belum beres, suruh mereka yang kliping

13.08

Ko gua

13.10✔

Kan lu ketuanya bolot

13.10✔

Males ah

13.10✔

Apalagi gua

13.11

Www.formaskoxford.com

23.40

Perkara tugas makalah 2 hari lalu tak berjalan mulus, Jeffry malas memberi tahu anggota kelompok lain, begitu juga Mark. Pengumpulan tugas esok harinya membuat adu mulut tak bisa dihindari.

Awal perdebatan dimulai oleh sang ketua kelompok "Gua kan udah kasih tahu tugas kalian masing-masing, masa harus gua juga yang kerjain"

"Jangan bilang lu gak tahu kapan pengumpulannya?" Selidik Jeffry

"Tahu kok" kompak Alfred & Bella.

"Gua tahu kalian males tapi gak nyangka aja bodohnya udah gak ke tolong. Masa lu gak bisa ngeprediksiin ngebut selesaiin bagian lu sendiri" tekan Mark di setiap katanya, tak lupa tampangnya yang menyebalkan membuat siapa saja ingin menonjok wajah rupawan itu hingga tak berbentuk.

Bella menunduk dalam sekali, hingga wajahnya tertutup rambut sepenuhnya. Ia menyesal, bukan berarti ia tak mengerjakan tugas tersebut tapi Bella menunggu bagian Alfred rampung. Bagian Bella menyimpulkan thesis juga membuat glosarium, penutup. Bella tahu kalau ia membela dirinya Alfred akan sakit hati, jadi ia memilih diam tak menjawab sepatah kata pun.

"Gua gak mau tahu, bagian lu bukan urusan gua atau Mark. Kita udah selesaiin bagian kita, lu harusnya juga gitu. File gua sama Mark juga harusnya udah nyampe di email kalian 2 hari lalu. Mau kasih alesan apa lagi?" Tanya Jeffry.

"Sibuk pacaran Jones kaya gak tahu aja, mereka kan gabisa hidup kalau gak pacaran." Sambar Mark memutar mata.

Alfred yang sudah membuka mulut kembali mengatupkannya begitu mendengar jawaban Mark, ia mengeraskan rahang menahan kesal. Jauh-jauh hari ia sudah meminta penukaran kelompok, namun Miss Rosemary tak memberikan izin. Karena Bella kekasihnya dalam kelompok yang sama Alfred pasrah.

Mark dan Jeffry terkenal dengan ke sadisannya dalam bicara. Apalagi jika mereka sedang berdua. Dijamin orang yang mereka serang akan mati kutu tak dapat berkutik.

Mark merupakan salah satu sohib Jeffry yang pantang menyerah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi. Tujuannya Oxford University Fakultas Kedokteran divisi Ilmu Medis. Ia sendiri lebih tertarik pada Cambridge University Fakultas Teknik, salah satunya karena lokasi dari London tidak terlalu jauh, hanya menempuh 1 jam perjalanan. Jarak tempuh Kota Oxford pun tak jauh beda, hanya saja Jeffry lebih menyukai nuansa pedesaan daripada hingar bingar tengah kota.

Jika ada yang bertanya, Jeffry lulus nanti ingin melakukan apa? ia selalu menjawab dengan balik bertanya, karena ia tak bisa menjawab. Jeffry tak memiliki jawaban untuk pertanyaan satu itu.

Ia takut akan masa depan, takut menjadi orang dewasa, takut dengan kenyataan yang akan dihadapi, takut apa yang akan terjadi pada dirinya nanti, takut akan keputusan yang ia buat. Masa depan dalam benaknya hanya membelenggu ketakutan yang semakin menumpuk.

Jarinya berseluncur membuka panel sosial media, ia memberi like beberapa foto unggahan temannya yang muncul dalam beranda. Satu unggahan membuat ia penasaran, video berdurasi 30 detik berisi 2 orang gadis mengenakan pakaian leotard hitam dilengkapi rok tutu berwarna putih yang sedang melakukan gerakan fouettés dengan posisi berdiri satu kaki rata di atas lantai ditekukkan. Kaki kedua dilemparkan ke samping sehingga membuat putaran, yang diakhiri gerakan Arabesque, sempurna. Jeffry menganga terpesona.

Mengetuk username @maryshwbt, jumlah pengikutnya mencapai 12k. Ia tak menyangka teman satu sekolahnya banyak orang terkenal. Jeffry segera mengikuti balik akunnya. Ia tahu Mary hanya sekedar mengenal nama saja karena ia dan beberapa siswa berprestasi lainnya seringkali maju saat upacara berlangsung untuk menerima penghargaan.

Namun, rasa penasarannya tak berhenti disitu, ia melihat history status yang Mary buat. Matanya berbinar kagum gerakan Ballet sangat indah dan anggun. Bagaimana bisa tubuhnya sangat lentur begitu. Jeffy sedikit menyesal tak pernah ingin tahu workshop yang diadakan oleh ayahnya. Eh, Ada sesuatu yang tak asing. Layarnya seketika terhenti pada salah satu status bersama orang yang akhir-akhir ini ia pikirkan. Celine, manusia satu ini membuatnya terpesona untuk kesekian kalinya di malam ini. Apa terbangunnya ia adalah sebuah berkah?

Tunggu, video tadi. Jeffry segera menggerakkna layar ke atas mencari video tadi yang ia tonton. Jeffry menonton ulang setelah memastikan gadis satunya adalah Celine, ia melihat siapa saja yang Mary ikuti.

Cukup banyak, rata-rata teman satu sekolah dan sebagian lagi Jeffry tidak tahu. Ia mengetuk username @Celinelloyd, pengikutnya lumayan banyak, sekitar 6200. Unggahannya tak sebanyak Marry yang sepertinya rajin upload. Yang ia lihat hanya ada postingan setengah badan dalam posisi pointe, potret teman-temannya yang berjajar memegang barre dan beberapa pemandangan. Ia sedikit kecewa tidak menemukan potret Celine disana. Eh, kenapa juga ia harus kecewa.

Melihat yang ia ikuti hanya beberapa orang dan semua kaum hawa, membuat Jeffry secara tak sadar merasa senang. Apa ia harus mengikutinya dan nanti meminta Celine untuk mengikuti akunya balik? Lalu ia akan jadi kaum adam satu-satunya yang Celine ikuti. Jeffry menggigit gulingnya gemas menahan teriakan. Memikirkan hal itu membuat pipi dan telinganya seperti kepiting rebus. Jangan lupakan lesung pipi yang terus bertengger akibat ia tak berhenti tersenyum. Jeffry segera menggelengkan kepala, enyahlah wahai pikiran tak masuk akal. Ini gila sepertinya terbangun saat malam hari membuat akal sehatnya hilang menguap bersama embun.

Jeffry bergelut dengan pikirannya, apakah ia harus mengikuti Celine atau tidak. Kalau diikuti nanti ia berpikir yang tidak-tidak bagaimana. Tapi kan ini hanya sosial media, oh ayolah Jeffry, tadi saja akun Mary kau langsung ikuti tanpa berfikir dua kali.

Baiklah, setelah mengumpulkan keberanian Jeffry mengetuk tombol mengikuti. Satu menit kemudian ia meng-unfollownya lalu mengikutinya lagi. Terus saja begitu.

Kalau di unfollow notifikasinya bakal tetap ada pikir Jeffry, akhirnya ia mengikuti akun Celine dan langsung menonaktifkan data selulernya. Ia membuka deretan lagu pada playlistnya dan kembali berbaring menarik selimut hingga menutup wajah.

Dalam ruangan musik berputar membuat sang pemilik meresapi setiap bait dan membayangkan pertemuan malam itu.

You look so wonderful in your dress.

I love your hair like that

And in the moment I knew you, Beth

Jeffry kembali terlelap dalam tidurnya yang tertunda dengan senyum meliputi wajah tampan sang pemuda yang tengah kasmaran.