webnovel

Nothing 'bukan apa-apa'

Pernikahan kontrak antara Karan Lyn dan Agnesia Kusuma adalah harga yang harus dibayar demi sebuah nyawa .

Annisap_Mutiara · Fantasie
Zu wenig Bewertungen
7 Chs

Malam Pernikahan

"Apa-apaan ini , bahkan dia mengurungku seorang diri disini? " batin Karan menggerutu.

"Ayah, bukankah kau mengatakan bahwa aku harus menemukan kebahagiaan ku sendiri? Bukankah kau ingin aku hidup bahagia dan penuh dengan cinta tidak seperti ibuku ? Tetapi kenapa hari ini justru kakakku sendiri yang menjebakku dengan pernikahan ini . Aku bahkan tidak mengenalnya ? Ayah aku yakin kau lupa mengatakan kepadanya sebelumnya untuk tidak menindas adiknya sendiri ." batin Karan sambil menatapi foto mendiang ayahnya di layar ponsel.

"Aaaaaaaa...." Baru saja ia tenang dalam pemikirannya sendiri , Karan sontak dikejutkan dengan teriakan seorang gadis dari arah pintu kamarnya ." Apa ini , apa hotel semewah ini bahkan tidak memiliki sistem instalasi listrik yang baik? " ujarnya mengumpati listrik kamarnya yang tiba-tiba saja padam. "Bahkan teriakan seseorang begitu jelas dari sini, apakah mereka juga tidak memiliki sistem kedap suara?Bahkan hotel semewah ini tidak begitu baik dibandingkan kamar pribadiku ." umpatnya .

Dengan enggan Karan pun beranjak dari posisinya dan menghampiri pintu berharap bahwa pintu itu bisa dibuka dan ia akan memiliki alasan untuk melewatkan malam pengantinnya yang begitu membosankan . Malam pengantin apanya bahkan setelah beberapa jam ia tak juga melihat pengantin wanitanya, batinnya . Ia terus melangkahkan kakinya menuju arah pintu dengan senter ponsel sebagai penerangnya . " Bahkan tidak ada yang bisa aku hubungi, apa sebenarnya mau mereka ? umpatnya tak ada habisnya .

"Siapa kau ?" Karan tersentak kaget ketika ia menemukan sesosok wanita sedang menangis di balik pintu . Ia pun mengarahkan senter ponsel itu ke arah sang gadis, gadis itu sedang duduk sambil memeluk erat kedua lututnya . Ia bahkan membenamkan wajahnya diantara kedua lututnya hingga Karan tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. " Hei, perlihatkan wajahmu ! Kau bahkan bukan seorang hantu , kakimu masih menyentuh tanah . Lalu siapa kau , bisa-bisanya kau memasuki kamarku tanpa izin." tegurnya namun gadis itu masih tak menghiraukannya dan masih terisak dalam tangisnya .

Karan menurunkan tubuhnya dan berjongkok di samping gadis itu . Ia menatap gadis itu lekat-lekat . " Perlihatkan wajahmu , apakah kau sungguh takut akan kegelapan. Aku memiliki senter di tanganku , kau akan mendapatkan sedikit cahaya jika kau mau mengangkat wajahmu dan memperlihatkannya padaku ." bujuk Karan dengan begitu manis . " Ayolah jangan takut, bagaimana mungkin kau takut kepadaku padahal kau sendiri sudah berani memasuki kamarku tanpa izin dariku ."

Dengan ragu-ragu gadis itu pun mulai mengangkat kepalanya perlahan . Ia menatap Karan dengan begitu jelas seakan Karan adalah harapan satu-satunya untuknya keluar dari kegelapan ." Bantu aku kumohon ,aku takut." ujar gadis itu memeluk lengan Karan .

"Bukankah kau mempelai wanita itu? Oh tidak , maksudku mempelai ku?" ujar Karan ragu sambil terus mengarahkan senter ke arah wajah gadis itu . Gadis itu mengangguk. Ia bahkan masih sesenggukan begitu menyeka air matanya dan berusaha melepaskan pelukannya di lengan Karan . Ia menatap Karan seperti seekor anak kucing yang meminta makanan.

"Lepaskan! Apa yang kau rencanakan? Kau berniat menggodaku ? Bukankah sudah ku katakan bahwa pernikahan kita ini hanya sebuah kesepakatan? Bisa dibilang ini adalah pernikahan kontrak dan sebagai pemilik kekuasaan tunggal disini aku berhak memutuskan kontrak ini secara sepihak . Kau paham! " ujar Karan dengan nada bicaranya yang meninggi satu oktaf hingga membuat gadis itu kembali terisak.

"Bahkan ia terisak hanya dengan mendengar kekonyolanku . " batinnya .

"Maafkan aku, aku hanya membantu Ayahku . Ia sudah begitu baik terhadapku selama ini." ujarnya menjelaskan .

"Apakah ia sugguh sepolos itu?" batin Karan tak percaya . Tanpa ia sadari sudut bibirnya melengkung ke atas, ia seakan merasa terhibur dengan tingkah pokos gadis yang berada dihadapannya ini.

"Siapa ayahmu ? Dan kenapa ia memintamu melakukan ini? Apakah ia berhutang ? Atau memang karena uang ? Ia ingin memerasku , ayo cepat sebutkan nominalnya ! Aku akan membayarmu sepuluh kali lipat agar kau enyah dari hidupku ." ujar nya memberikan penawaran atau mungkin yang lebih tepat adalah guyonan. Ia sungguh tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menggoda gadia itu.

"Aku, ayahku Aditya Wijaya " ujar gadis itu sambil sesenggukan. Lalu, " Aaaaaaa!!!!" gadis itu tiba-tiba terpekik lantaran lampu senter dari ponsel Karan yang tiba-tiba mati, dan membuat suasana kamar menjadi kembali menjadi gelap . Gadis itu melompat ke arah Karan lantaran terkejut dan memeluk Karan begitu erat . Saking eratnya hingga Karan merasakan dadanya sesak dan tidak bisa bernafas .Untungnya tubuh Karan cukup tegap hingga tidak kehilangan keseimbangan begitu mungil gadis itu melompat kearahnya .

Karan merasakan jantungnya berdebar lumayan kencang , ia pun mematung dalam posisinya sambil terus memikirkan kalimat terakhir yang diucapkan oleh gadis itu 'Aditya Wijaya' . Kakaknya memang benar, ia telah benar-benar mengadopsi gadis itu sebagai putrinya . Jika ia memang putri Aditya bukankah seharusnya gadis itu menjadi keponakannya ? Bahkan gadis itu memang nampak masih begitu muda dan polos . Bahkan nafasnya benar-benar tidak beraturan saat ini lantaran rasa takutnya terhadap kegelapan. Bagaimana bisa gadis sepolos ini bisa terjebak dalam permainan ibunya , karan benar-benar tidak habis fikir dengan permainan sang ibu .

Karan memandangi wajah polos gadis itu dalam kegelapan .Tubuhnya sungguh gemetaran . Untungnya Karan masih belum menutup jendela sehingga masih ada sedikit cahaya yang masuk dari beranda kamarnya. Cahaya itu berasal dari lampu beranda kamar di sebelahnya yang masih menyala . Ia benar-benar memahami situasi yang terjadi saat ini , ia benar-benar sedang dikerjai batinnya . Mereka dengan sengaja mematikan seluruh aliran listrik di kamarnya . Bahkan ponselnya pun kini sudah ikut mati karena kehabisan daya . Dan dia , bisa-bisanya terkurung dalam keadaan seperti ini .Terkurung bersama seorang gadis yang bahkan tidak ia kenal . Dibalik keremangan cahaya di ruangan itu , Karan masih mematung memandangi setiap detail dari wajah sang gadis yang telah menjadi istrinya itu . Ia cukup manis ,dan polos . Bahkan saat ini bisa-bisanya gadis itu tertidur dalam pelukannya . Pelukan pria yang sama sekali tidak dikenalnya . "Bahkan nafasnya sendiri masih belum teratur , tapi bisa-bisanya ia tidur begitu pulasnya." batin Karan.

"Kau sungguh tertidur? " ujarnya sambil sedikit menggoncangkan tubuh gadis yang sedang berada di pangkuannya itu , namun tak ada jawaban. Gadis itu memang sungguh tertidur.

"Bahkan ini masih salahku karena diam terlalu lama dan membiarkannya memelukku , hingga membuatnya merasa nyaman dan tertidur" Batinnya ." Mengapa kau jadi bisa begitu manis . Jika kau memang sudah menjadi istriku dan kau menerimanya , bisakah kau hanya seperti ini kepadaku ? Berjanjilah jangan memeluk ataupun tertidur di pangkuan pria lain seperti ini . Ah, bahkan aku terlalu bodoh hingga mengajak bicara seseorang yang sedang tertidur . Tapi , jika kau sudah bangun apa aku masih bisa mengatakannya ?" ujarnya lirih berbisik di telinga sang gadis yang tengah tertidur begitu nyenyaknya itu .

Karan pun membenarkan posisi gadis itu dalam pangkuannya, dan menariknya semakin dalam , dipelukannya . Dengan segenap tenaga ia pun bangkit dan menggendong tubuh gadis itu menuju ke arah tempat tidur . Ia melangkah dengan begitu hati-hati dibawah cahaya remang yang masih menelisik masuk melalui jendela kamarnya ." Bahkan meskipun tubuhmu mungil , kau masih cukup berat ya? batin Karan sambil tersenyum lantaran kekonyolannya yang berbicara dengan seseorang yang sedang tertidur. " Tapi mengapa aku merasa kau begitu ringan ketika aku memangkumu ?" sambungnya .

Karan pun mendekati sisi tempat tidur dan meletakkan tubuh gadis itu perlahan . Ia menyelimuti tubuhnya yang hanya terbalut oleh pakaian tidur yang cukup tipis . Karan mengelus lembut bibir gadis itu dengan ibu jarinya dan melihat ada polesan lipstik dengan warna yang cukup menggoda berada disana. " Apakah mereka mengerjaimu? Atau kau memang berniat menghabiskan malammu denganku? " lirih Karan tak percaya . Bagaimana gadis yang nampak begitu polos itu berani untuk menggodanya? Ini pasti ulah dari dua orang sepupu perempuannya yang jahil , batinnya .

Setelah menatapnya cukup lama, Karan pun merebahkan tubuhnya di samping tubuh gadis itu . Tubuhnya terasa sangat lelah dan seakan ingin remuk setelah seharian harus meladeni upacara da resepsi pernikahan yang begitu melelahkan . " Kau mungkin juga sama lelahnya .Tidurlah, dan besok aku akan menyelidiki tentangmu, semoga kau memang sungguh gadis baik ." lirihnya sambil memejamkan mata dan tertidur dengan posisi saling berhadapan dengan gadis itu.