webnovel

Awal Bersamanya

Keesokan harinya, Lucas memutuskan untuk melanjutkan misinya yakni membawa kembali buku misterius tersebut ke tangan pihak Kerajaan. Pada kali ini dia akan membawa Aria bersamanya kemanapun, mengingatkan perjanjian diantara mereka tadi malam.

Malam itu Lucas sama sekali tidak bisa tertidur, karena harus berjaga agar sesuatu yang buruk tidak menimpa mereka. Aria juga beberapa kali sempat mengigau ketakutan seperti orang yang sedang mendapatkan kekerasan. Sepertinya masalalunya begitu suram hingga sampai terbawa mimpi.

Walaupun Aria seperti itu, ia tetap bisa mengontrol emosi dan pikirannya karena Mana yang ada pada dalam dirinya, digunakan agar jiwa tetap stabil. Penderitaan yang ia jalani sudah berlangsung 10 tahun sejak dia diculik saat umur 5 tahun. Di sisi lain tidak bisa mengubah fakta bahwa ia masih suci dari sentuhan lelaki, membuat Lucas bertekad ingin lebih menjaganya lagi.

Mungkin belenggu yang mengikat Aria telah lepas, akan tetapi ia masih harus keluar dari jeruji yang mengurungnya. Kebebasan bagi seorang Budak adalah hal tak ternilai harganya.

Lucas membasuh mukanya sejenak pada salah satu sumur rusak yanh ada sana. Masih ada air bersih walaupun sudah dikontaminasi oleh remahan tanah dan batu. Dia kembali ke tempatnya dan mendapati Aria yang terbangun dari tidur.

"Tuan! Selamat Pagi!" Sapa Aria diiringi senyum tipisnya.

Lucas sama sekali tak terbiasa mendapatkan sapaan seperti itu bahkan ini baru pertama kalinya ia mendapatkanya. Lucas terlihat membatu sejenak "Ah iy-iya, selamat pagi, Aria."

"Tuan! Apa Tuan sudah sarapan?"

"Sarapan? Ah belum, aku baru saja membasuh wajah di sana. Soal itu, aku hanya sisa satu bekal..."

Lucas mengeluarkan bekal yang dibawa dari tas petualangnya (berbentuk seperti karung goni) dan memberikannya kepada Aria

"Eh Tu-Tuan?! Untuk aku?"

"Aku bisa makan nanti, ambil saja."

"Ta-tapi nanti Tuan makan apa, jika aku memakannya?"

"Tidak usah khawatirkan diriku, kau makan saja. Bukankah kau baru saja demam? Aku khawatir jika kau jatuh sakit lagi."

"Khawatir? Denganku?" Batin Aria bertanya-tanya

Seketika Aria memasang wajah yang tersipu malu, di sisi lain Lucas yang kurang peka terhadap situasinya malah merasa bersalah karena melakukan hal tersebut "Eh kenapa? Apa ada yang salah?"

"Tidak, Tuan! Baru kali ini ada yang mengkhawatirkan diriku." Ekspresi wajah Lucas pun menyusul Aria yang masih tersipu malu.

"Ehhh-- Itu... Jika kau terus menolak..."

"... Bagaimana jika kita makan bersama-sama saja?"

Aria berdegup mendengar jawaban Lucas, terdiam beberapa saat dan mengangguk pelan malu-malu. Pada akhirnya bukannya Aria yang makan, mereka berdua makan bersama bagaikan pasutri.

Menjadi Budak memang akan memunculkan sifat pesimis tak karuan. Aku benar-benar harus bisa membebaskan dirinya dari trauma masalalu. Itulah yang terlintas dipikiran Lucas. Entah darimana rasa empati itu berasal, padahal Lucas sudah membuang jauh-jauh sifat nurani yang begitu menyusahkan dirinya.

Mungkin ini yang namanya cinta, mungkin ini yang namanya rasa suka, mungkin inilah sebuah kebahagiaan.

---

Arah tujuannya menuju barat untuk kembali ke Pusat Kerajaan Rulers. Lucas sekilas tampak prihatin melihat Aria mengenakan pakaian tak layak pakai seperti itu. Ia berencana untuk membelikannya pakaian setelah mereka singgah di Kota selanjutnya.

---

Malem pun tiba, tepat pada waktunya Lucas dan Aria tiba Kota Tua dengan bangunan mewah ala abad pertengahan. Banyak penerangan dimana-mana, orang-orang berlalu lalang, serta beberapa prajurit sedang patroli untuk mengamankan kota.

"Tuan? Apa kita akan menginap disini?" Terbesit rasa penasaran Aria.

"Iya, tapi sebelum itu aku ingin dirimu mengenakan pakaian yang layak."

"Eh-- i-itu tidak perlu, aku seperti ini tidak apa-apa." Sembari memeluk tubuhnya sendiri, memperhatikan nasib dari tubuhnya.

"Aria jika tidak nanti kau sakit lagi, aku tidak mau itu terjadi, sekarang ayo ke Toko Pakaian." Lucas tanpa sadar menggandeng tangan Aria, membuat Aria terkejut diam membeku.

Lucas sesaat tersadar dengan apa yang telah dilakukannya 'Jangan bilang aku menggenggam tangan Aria... Begitu lembut dan hangat,'

'Apa ini?! Mengapa aku sempat-sempatnya berpikir seperti ini?! Nanti aku akan dianggap orang aneh, tetap tenang... Tetap tenang,'

Lucas dengan dibantu pemilik toko, mencari pakaian yang cocok untuk Aria hingga ia harus ganti beberapa kali untuk di lihat apakah cocok untuk tampang Aria yang secantik bidadari. Pada akhirnya ia mendapatkan pakaian yang cocok yaitu, baju hoodie imut dengan tudung telinga kelinci.

Memiliki warna dominan putih bersih dengan sedikit ungu muda pada setiap sisi Hoodie. Tampak seperti pakaian modern, nyatanya itu adalah pakaian khas Petualang yang memiliki harta cukup banyak (kaya raya).

Lucas tanpa harus berpikir panjang membeli pakaian tersebut walaupun sangat mahal, karena itu sebanding dengan Aria, sangat cocok dengannya jadi ia tidak menganggap hal tersebut sia-sia.

"Tu-Tuan... Bukankah ini terlalu mahal? Aku merasa tidak pantas mengenakan ini." Ungkap Aria sembari melihat pakaian baru yang telah dipakainya.

"Anggap saja itu hadiah dariku karena sudah mau menemaniku, aku sama sekali tidak keberatan."

Jawaban Lucas membuat Aria terpukau, seakan-akan menemukan kebahagiaan baru. Aria menerimanya dengan memberikan isyarat anggukan kepala beserta tatapan malu-malu. Selanjutnya, mereka berniat untuk mencari penginapan untuk semalaman.

Namun sebelum itu, tiba-tiba saja Lucas menerima tembakan proyektil sihir dari arah kiri sesaat setelah ia keluar dari toko. Reflek, Lucas menangkisnya dengan tamparan tangannya, membuat tembakan sihir tersebut hancur menjadi asap.

"Menyerang secara tiba-tiba dan tersembunyi, bukankah itu hal yang dilakukan pengecut?" Ucap Lucas sembari memberikan tatapan tajam pada sekelompok Petualang yang baru saja menyerangnya.

"Ternyata benar kau memang hebat Lucas, rumor itu ternyata benar." Ucap salah satu Petualang di kelompok tersebut.

"Ada urusan apa denganku?"

"Tentu saja kami ingin merampas Buku itu darimu! Bukankah sudah jelas akan mendapatkan bayaran besar dari pihak Kerajaan?!"

"Buku ini kudapatkan dengan tanganku sendiri, mengapa aku harus menyerahkannya kepada kalian?" Sekelompok Petualang tersebut mulai mendekati Lucas dengan siap siaga senjata pada genggaman tangan mereka.

Aria meringkuk ketakutan di belakang Lucas sembari memeluknya dengan tatapan kosong. Lucas menyadari bahwa Aria mungkin mengingat trauma masalalunya. Ia berusaha menenangkan dengan memberikan energi positif.

"Tenang saja, aku akan melindungimu."

Dengan frontal, tiba-tiba saja mereka semua maju ke arah Lucas, memiliki niat kental membunuh Lucas. Namun, entah darimana tiba-tiba Lucas memunculkan sebuah Sabit yang nampak kuno pada tangan kanannya, mengayunkan menebaskannya ke arah mereka.

Sebuah sayatan udara berbentuk bulan sabit cukup besar berwarna gelap muncul menerjang kelompok Petualang tersebut bagaikan kilat. Tak berlangsung lama, mereka semua tertebas akibat sayatan udara tersebut hingga menghancurkan pohon di belakang mereka.

Mereka yang beranggotakan lima orang tewas ditempat dengan badan terbelah menjadi dua, antara bagian sisi atas dan bawah. Darah bercucuran kemana-mana bak air mancur, menimbulkan kehebohan warga yang melihatnya. Beberapa prajurit yang sedang berpatroli langsung pergi ke TKP, namun sebelum mereka sampai Lucas pergi, tidak ada di sana.

Ia bergegas lari menuju penginapan dengan cepat, sembari menggendong Aria

"Aria, kita sudah sampai, kau boleh buka matamu."

"Tuan... Hiks... Hiks..."

Melihat mereka mati semakin yakin aku melakukan hal benar. Aku melihat kebusukan-kebusukan yang pernah dilakukan mereka dalam kilatan memori sesaat setelah semuanya terbunuh.

Itulah salah satu kekuatanku, setelah aku membunuh seseorang maka aku bisa melihat dosa yang mereka lakukan selama hidup. Bukan aku yang sepenuhnya menginginkan hal tersebut, namun karena Sabit itu yang menyuruhku untuk membunuh.

Bunuh! Bunuh! Bunuh!

Bunuh! Atau dibunuh!

Hanya itu pilihannya!

Dunia ini tidak ada toleransi bagi mereka yang lemah!

Sabit Pembangkang Dewa, itulah namanya. Aku mendapatkannya setelah entitas tak dikenal memberiku kekuatan misterius. Mungkin itu adalah miliknya.

Aku masih mencari informasi tentang Sabit ini. Alasan aku tau namanya karena tiba-tiba saja muncul dalam benakku, di sana seakan-akan ada yang mengatakannya.

Jati diriku? Siapa aku sebenarnya? Aku benar-benar mengatakannya setiap hari. Aku sudah lama hidup berdampingan dengan kekuatan misterius ini.