webnovel

Nikah sama Duda

Urban
Laufend · 97.6K Ansichten
  • 54 Kaps
    Inhalt
  • Bewertungen
  • NO.200+
    UNTERSTÜTZEN
Zusammenfassung

Chapter 1Bos Paling Jutek Sedunia

Seisi ruangan terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Wawan dengan komputernya, Karina dengan laporan kas kecilnya dan aku dengan laporan kas besarku. Sementara Bos Koko, nampak sibuk dengan ponselnya. Bos Koko adalah panggilan khusus kami pada bos di ruangan ini. Kenapa kami panggil Bos Koko? Karena ia adalah orang Cina, yang biasa dipanggil Koko oleh orang-orang. Hanya saja, Bos Koko kami sematkan untuk bahan cerita kalau lagi ghibahin dia. Kalau sehari-hari kami memanggilnya dengan sebutan 'bapak' seperti biasa. Mana ada yang berani memanggilnya dengan sebutan Bos Koko, mengingat bos kami adalah bos paling jutek sedunia. Tidak berapa lama terdengar ia bicara dengan seseorang dari teleponnya.

"Iya, Pak?"

Suaranya lembut sekali, sudah seperti bicara dengan pasangannya sendiri.

"Iya, aku baru aja mau ke bank. Nanti laporan kliring hari ini aku kirim lewat email aja, ya."

Aku melirik Karina, tapi ia nampak masih sibuk dengan pekerjaanya. Aku melirik Wawan, ia pun masih sibuk dengan komputernya. Tiba-tiba dering telepon terdengar nyaring memecah keheningan ruangan. Sialnya itu ponselku. Bos yang duduk di hadapanku melotot dengan wajah memerah menatap. Sudah dipastikan, dia akan marah. Segera ia menyudahi teleponnya dan terus menatapku tajam. Dengan tangan gemetar, aku berusaha meraih gawai dalam laci meja. Namun, tidak kunjung kutemukan. Di mana? Dimana? Dimana? batinku sudah seperti bersenandung, menyanyikan lagu Alamat Palsu milik Ayu Ting-Ting.

"Kebiasaan!" serunya masih sambil menatapku semakin menghujam. "Sudah diberi tahu berapa kali, kalau dalam ruangan ponselnya digetarkan saja! Mengganggu konsentrasi orang yang lagi kerja! Kamu lupa perjanjian kerja, saat masuk ke ruangan ini?"

Aku menelan ludah mendengar ocehannya, apalagi saat melihat bos yang sedang marah-marah dengan mata melotot dan memerah. Terbata-bata, aku menjawab, "Eh, maaf, Pak. Sa-saya lupa."

"Kamu tahu nggak sih? Orang yang pasang dering teleponnya nyaring, ketahuan banget kalau orang itu kampungan!"

Aku melirik ke arah Wawan dan Karina. Kedua temanku itu terkikik di ujung ruangan. Melihat itu aku memutar bola mata, malas. Bisa-bisanya hari ini aku menjadi bahan ejekan mereka. Hah! Awas saja, kalau mereka kena semprot, dan kesusahan kupastikan gantian aku yang akan menertawakan. Bos melangkah keluar ruangan. Sebelum menutup pintu, dia melirikku sekilas. Ih, dasar Bos Killer Sepanjang Masa! Kapan Bos Killer itu bisa bersikap lembut pada bawahannya? Setelah pintu tertutup dan suara langkah tidak terdengar lagi, tawa Wawan dan Karina memenuhi ruangan. Aku pun mendekati meja Wawan, kemudian mencubit pinggangnya.

"Senang banget, bahagia di atas penderitaan orang lain! Tuman, ya!"

Pria itu meringis, menahan sakit. "Ampun, Mbak. Ampun!"

"Mbak, suara ponselnya digetarkan saja. Biar enggak dikatain kampungan," ledek Karina sambil mengulum senyum.

Ish!

Aku melirik sinis ke arahnya. Mau mencubit, tapi kasihan. Akhirnya aku hanya mendengkus kesal, lalu melangkah keluar. Aku menuju dapur yang terletak di lantai dasar. Sampai di sana, Mbak Vita sedang mencuci piring. Aku pun mengempaskan bokong di kursi kayu yang berukuran panjang. Biasanya, sales dan sopir akan duduk di sini sebelum pergi. Ya, mereka akan ngopi sambil memeriksa nota ataupun surat jalan. Setelahnya, baru berangkat ke toko tujuan.

"Kenapa mukanya ditekuk begitu?"

"Sebel, Mbak."

"Lah, kenapa?"

Akhirnya aku mengadukan kekesalanku pada Mbak Vita yang merupakan seorang office girl di kantor ini. Dia sahabat dekatku, selain Karina dan Wawan. Setiap pagi, Mbak Vita akan membuatkan semua karyawan kopi. Termasuk kami, yang ruangannya ada di lantai atas.

Oh iya, namaku Reyna. Gadis sederhana berusia 20 tahun, yang bekerja di salah satu perusahaan swasta. Tinggiku 165 cm dengan berat badan 45 kg. Kurus? Tentu saja tidak! Aku langsing, hehehe. Ada yang bilang aku ini hitam manis, tapi aku lebih suka dipanggil manis, coret hitamnya. Rambut lurus sebahu dan berlesung pipi.

Aku memiliki bos bernama Very Hendrawan. Dia asli Cina. Semua orang biasa memanggilnya dengan sebutan Koko. Jutek, ketus, suka ngambek: semua sifat jelek ada padanya. Meskipun begitu, dia cukup tampan. Kulitnya putih dan bersih, bak mandi susu setiap hari. Pakaian pun selalu licin dan wangi. Hidungnya mancung, dengan mata yang sipit, khas orang Cina. Dia duda beranak dua. Herannya, setiap hari, ada saja alasannya untuk memakiku. Orangnya sangat disiplin dan tepat waktu. Jika biasanya hari Minggu semua orang libur, aku selalu disuruh lembur. Demi rupiah untuk biaya kuliah, aku pun rela. Biarlah sekarang menderita, asalkan nanti berakhir bahagia.

Aih! Kok, ngomongnya jadi ngaco begini, sih? Maaf! Kembali ke dapur.

"Oh, jadi Pak Koko habis marahin kamu?" tanya Mbak Vita yang berbadan mungil ini kepadaku. Dia masih tampak sibuk mencuci piring.

"Iya, Mbak. Aku sebel banget! Rasanya, pengin berhenti bekerja dan cari pekerjaan yang baru saja."

"Cari kerja itu susah. Nanti, biaya kuliah bagaimana?" Mbak Vita mulai sibuk menyusun piring di rak.

"Itulah yang aku pikirkan, Mbak. Aku pusing sepuluh keliling."

Tiba-tiba, suara sepatu yang bersentuhan dengan lantai menggema mendekati dapur. Aku dan Mbak Vita saling tatap, seolah saling bertanya itu siapa. Setelah cukup dekat, aku memutuskan untuk bersembunyi saja, sayangnya aku bingung harus ngumpet di mana. Duh, bagaimana jika itu Pak Very? Tapi bukankah dia sudah pergi tadi? Untungnya otakku berpikir cepat. Serasa ada bola lampu yang menyala di atas kepala. Dengan cepat aku mengambil gelas, lalu mengisi dengan gula dan teh celup, setelahnya kutuang air keran, lalu pura-pura mengaduknya.

"Reina!" panggilnya, saat sampai di bibir pintu. Kebetulan pintu dapur terbuka sempurna, "kamu ngapain di sini? Kamu dibayar untuk kerja, bukan bergosip di belakang!"

"Pak, saya turun untuk membuatkan segelas teh untuk Bapak. Ini buktinya," kataku sambil menunjukkan gelas di meja yang tadi aku isi dengan gula, teh, dan air keran secara asal-asalan.

"Oh, begitu, ya." Wajahnya berubah bersahabat. "Ya sudah, sini, biar saya bawa sendiri ke atas!"

Saat itu juga mataku membulat, melihat dia yang berjalan semakin mendekat. Oh, my God ... ini bencana! "Biar saya saja, Pak!" kataku cepat, menepis tangannya yang hendak meraih gelas yang sudah di tangan.

"Saya saja!" katanya yang berhasil meraih gagang gelas dari tanganku.

Hatiku mencelus. Ya ampun, airnya itu tidak panas sama sekali. Bagaimana kalau ketahuan? Mati aku! Aku pun mencubit tangan sendiri dengan kesal. Akhirnya, aku hanya bisa pasrah mengikuti langkah kakinya dari belakang. Sampai di ruangan, aku tidak konsentrasi bekerja. Sesekali, aku melirik ke meja bos sambil berdoa semoga dia tidak meminumnya, karena akan ketahuan. Eh, tapi mengapa dia tidak curiga, ya? Bukankah gelas itu tidak panas?

Detik, menit, dan jam pun berlalu. Dia masih fokus dengan layar monitor di hadapannya. Aku mulai lega, karena melihatnya tidak kunjung meraih gelas itu. Namun, tiba-tiba tangannya terulur hendak mengambil gelas teh di meja kerjanya. Aku memejamkan mata ketakutan saat gelas berhasil ia raih, dan bibirnya nyaris menyentuh ujung gelas itu. Tamat! Tamat! Tamat! benar-benar tamat riwayatku. Detik berikutnya, benar saja. Seketika suaranya menggelegar memenuhi ruangan.

"Reinataaa!"

Tuh, kan!!

"Kamu saya hukum, tidak mendapatkan uang makan selama satu minggu!"

Aku tertunduk lesu sambil berdiri di hadapannya. Kedua temanku sudah keluar ruangan untuk makan siang. Sedangkan aku masih berdiri di sini mendengarkan ceramahnya. Ya, aku memang salah dan pantas mendapatkan hukuman.

"Kamu juga enggak boleh makan siang! Berani sekali mengerjai saya seperti itu. Sana, kembali kerja!"

"Pak, saya nggak bermaksud mengerjai Bapak, tapi tadi keadaan yang memaksa saya untuk melakukan itu. Saya kepepet, Pak."

"Halah! Jangan cari-cari alasan. Sana kembali kerja!"

Akhirnya Aku terdiam dan menurut, kemudian melangkah lesu ke arah meja kerja. Aku duduk dengan wajah menunduk. Perlahan kembali meraih mouse di meja. Masih terdengar Bos Koko menggerutu sendirian, sepertinya ia sangat kesal. Beberapa saat kemudian, terdengar si Bos Killer menelepon seseorang. "Halo. Antarkan dua bungkus nasi ke PT. Prima Jaya, ya. Sekarang!" katanya, lalu memutus sambungan.

Setelah 30 menit, terdengar suara orang mengetuk pintu. Pak Riza yang menunggui pos satpam datang, dia menyerahkan dua kantong plastik berwarna hitam. Saat itu, kulihat Pak Veri melangkah ke arahku, setelah menerima kantong yang mungkin berisi makanan. Dia pun memberikan satu kantong kepadaku.

"Turun dulu ke dapur sana! Makan dulu. Kalau kamu sakit, perusahaan juga yang rugi. Bisa-bisa kamu makan gaji buta, karena enggak masuk kerja atau malah claim pengobatan secara berlebihan yang bisa bikin rugi perusahaan!" ketusnya.

Ish!

Aku menatapnya dengan tatapan datar tanpa ekspresi. Rasanya, ingin sekali aku meremas mulutnya yang selalu mengomel sepanjang hari tanpa kenal waktu. Pagi ngomel, siang ngomel, sore pas kami mau pulang pun sering ngomel. Dia pikir, hatiku sekuat baja apa? Aku juga bisa merasakan sakit hati dan kecewa. Aku beranjak dan mengambil kantong yang diangsurkan olehnya dengan cepat, setelahnya langsung menuju dapur karena malas terus-terusan melihat wajah juteknya di ruangan itu. Sampai di dapur aku melempar bungkusan nasi ke meja, kesal. Saat Mbak Vita bertanya, kuceritakan semuanya dengan semangat empat lima dan kekesalan yang memuncak. Kalau tidak lapar, mungkin nasi pemberian darinya sudah kubuang ke kotak sampah, tapi karena lapar, tidak jadi sajalah, lagian mubazir kalau buang-buang makanan dan pada akhirnya nasi itu kumakan bersama Mbak Vita sampai habis tak bersisa sembari bercerita panjang lebar.

Das könnte Ihnen auch gefallen

Istriku yang Sangat Galak Tercinta

"Buku baru 'Dimarahi sebagai Bintang Kematian, Semua Orang Besar di Ibu Kota Berlomba-lomba Memanjakanku' sekarang tersedia!" Dikenal juga dengan "Era Kebangkitan: Menjadi Kaya dengan Sistem Check-In." [Protagonis wanita berkekuatan fisik luar biasa vs protagonis pria yang dendam, sinis, dan elegan] Setelah terjadi ledakan laboratorium, Lin Tang kembali ke era miskin itu dan terikat dengan sistem check-in. Sebelum dia sempat mengklaim paket hadiah pemula, tunangannya yang penuh percaya diri, datang untuk membatalkan pertunangan mereka. Alasannya, dia akan mendapatkan pekerjaan tetap. Lin Tang menatap pria biasa yang penuh keyakinan itu, membuka bibir merahnya sedikit dan berkata, "...putuskan saja!" Kurang dari sebulan kemudian, tunangan lamanya dipecat karena suatu alasan. Lin Tang berjalan-jalan di kabupaten dan menjadi pejabat eksekutif di Stasiun Penyiaran di Pabrik Tekstil. OS internal mantan tunangan: Apakah sudah terlambat untuk rujuk sekarang? - Waktu itu keras! Walaupun dimanja tiga kakak laki-lakinya dan orang tuanya, segala sesuatu dari makanan hingga kain bahkan sabun memerlukan kupon... Bahkan hidup hemat tidak bisa meredakan kondisi menyedihkan itu. Melihat bubur hitam dalam mangkuk, Lin Tang terdiam, “......” Untungnya, dia memiliki sistem! Butuh sesuatu? Cukup check-in untuk mendapatkannya. - Bertahun-tahun kemudian. Seorang pria tampan memandang istrinya yang lembut dengan kulit putih, berhasil menahan ekspresi seriusnya saat berkata, “Saya dengar kamu bisa melumpuhkan babi hutan hanya dengan dua pukulan?” Mata Lin Tang berkilauan, jari-jarinya dengan lembut memberi tekanan, dan Stoples Enamel di tangannya berubah bentuk. Dia menjawab dengan serius, “Omong kosong! Jangan percaya rumor-rumor itu. Kita orang beradab dan tidak bisa sebiadab itu!”

a visitor from South Flight · Urban
Zu wenig Bewertungen
567 Chs

Presiden: Anda Adalah Ayah Dari Triplet Saya

"M... Marissa! Apakah mereka anak-anakku?" Mata Rafael tak berpaling dari wajah anak-anak yang menggemaskan itu. "Tidak, Rafael. Mereka bukan," Marissa berkata dengan senyum palsu, "Mereka bukan milikmu. Ingat?" dia berkedip dengan dramatis, "Kita tidak pernah menikah!" Kakak perempuan Marissa Aaron yang lebih tua, Valerie Aaron, meninggalkan pacarnya yang buta di hari pernikahannya dan kabur. Untuk menyelamatkan muka, keluarga Merissa memohon kepadanya untuk menikah dengan Raphael Sinclair. Ironisnya? Dia tidak diperbolehkan memberitahu suaminya yang buta bahwa dia bukan Valerie melainkan Marissa Aaron. Pada hari operasi mata Raphael yang berhasil, Marissa mengetahui bahwa Valerie telah kembali untuk mengambil tempatnya yang seharusnya sebagai menantu perempuan keluarga Sinclaire. Marissa mencoba menjelaskan kepada suaminya bahwa dialah yang menikah dengannya, tetapi dia tidak percaya. Alih-alih meyakinkan lebih lanjut, Marissa yang patah hati memutuskan untuk meninggalkan kota tanpa memberitahunya rahasianya. Raphael Sinclair adalah definisi klasik dari sangat tampan dan adalah satu-satunya pewaris grup industri Sinclair. Apa yang akan dia lakukan ketika dia mengetahui bahwa selama ini wanita yang menawarkan padanya, cinta dan tubuhnya bukanlah Valerie melainkan adik perempuannya Marissa Aaron? Bagaimana reaksinya ketika dia mengetahui bahwa dia adalah ayah dari bayi-bayi yang Marissa kandung di rahimnya? Akankah dia mengejar Marissa dan memenangkan hatinya kembali? Dan pertanyaan senilai jutaan dollar! Akankah Marissa bisa memaafkannya dan mencintainya lagi? ```

JessicaKaye911 · Urban
4.7
513 Chs

Nyonya Mengejutkan Identitasnya Seluruh Kota Lagi

Qiao Nian tinggal di rumah keluarga Qiao selama 18 tahun sebelum orang tua kandungnya menemukannya. Tiba-tiba, semua keluarga kaya di kota itu tahu bahwa keluarga Qiao memiliki anak perempuan palsu! Anak perempuan sejati dari keluarga yang berkecukupan pasti berbakat, lembut dan baik hati. Anak perempuan palsu pasti tidak akan bisa menguasai kemampuan apa pun dan tidak mencapai apa-apa. Semua orang ingin melihat betapa sengsaranya dia ketika dia harus kembali ke lembahnya setelah diusir dari keluarga kaya! Qiao Nian juga berpikir bahwa orang tua kandungnya adalah guru-guru miskin dari Kabupaten Luohe. Siapa sangka bahwa kakaknya mengendarai Phaeton yang harganya tiga ratus ribu yuan! Ayah kandungnya juga seorang profesor yang mengajar di Universitas Tsinghua! Bos besar dari keluarga penjahat itu menjadi penjilat dan membungkuk di depan kakeknya... Qiao Nian terperangah. Ehm... ini tidak sama dengan mengatakan ya! Setelah terbebas dari keluarga penjahat, Qiao Nian bisa menjadi dirinya sendiri. Dia adalah siswa terbaik dalam ujian masuk perguruan tinggi, bintang siaran langsung dan pewaris warisan budaya yang tak ternilai... Identitasnya terungkap dan ketika dia mulai muncul di pencarian teratas di kota, keluarga penjahat itu menjadi pucat. Anti-fans mengejek: Apa gunanya berpura-pura? Bukankah kamu hanya terus mengikuti kakakku setiap hari? Qiao Nian menjawab: Maaf tapi saya sudah punya pasangan. Kakak Sempurna: @Qiao Nian. Izinkan aku memperkenalkannya kepada semua orang. Ini adalah adikku. Kakek Kaya Raya: Cucu kesayanganku, kenapa kamu bekerja keras? Kalau kamu mau sepeda, kakek akan belikan untukmu! Orang kaya dan berpengaruh di Beijing menyebarkan rumor bahwa Master Wang menyembunyikan seorang istri di rumah mewahnya. Tidak peduli seberapa keras orang mencoba membujuknya, dia tak pernah membawanya keluar untuk bertemu orang lain. Jika ditanya, dia akan mengatakan kalimat yang sama. "Istri saya dari pedesaan dan dia pemalu." Itu sampai pada suatu hari ketika seseorang melihat Master Wang yang mulia dan dingin memegang pinggang ramping seorang gadis sambil bersembunyi di sudut dinding dan bergumam dengan mata merah. "Sayang, kapan kamu akan memberiku gelar?" [Anak perempuan palsu yang sebenarnya berasal dari keluarga kaya] + [Dua bos besar]

Brother Ling · Urban
Zu wenig Bewertungen
665 Chs

MI VOLAS VIN (I Want You)

Patuhi syarat membaca. 1. Mengandung muatan dewasa (21+) yang belum cukup umur dilarang membaca. 2. Follow akun author / IG @dee.Meliana 3. Kasih like/vote dan komentar yang sopan dan membangun. G: Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apapun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. BLURB: ========== Kasih dan pengakuan. Cinta dan nafsu. Gairah dan hasrat. Semua itu adalah bagian penuh pesona dalam setiap kisah yang terjalin dalam kehidupan manusia. Pria, wanita, tua, muda, kaya, miskin, semua lapisan golongan dalam bebagai macam warna mata dan kulit menginginkannya. Keinginan yang tanpa batas untuk memiliki berujung pada obsesi. Obsesi berujung pada kegilaan. Kau bisa melakukan apapun saat menjadi gila. MI VOLAS VIN Bahasa Esperanto yang berarti 'aku menginginkanmu'. Ucapan singkat itu lah yang selalu Leonardo bisikkan pada telinga Jasmine. Obsesi Kegilaan dan Hasrat Membuat Leonardo menginginkan wanita bernama Jasmine lebih dari apapun dan bagaimana pun caranya. Lelaki berbahaya namun tampan dan penuh gairah diperhadapkan dengan wanita biasa yang menyimpan sejuta pesona. Mampukah Leonardo melumpuhkan Jasmine? "Sampai tetes darah terakhir yang mengalir melalui pembuluh darahmu adalah milikku. Mi volas vin, Jasmine!" Leonardo berbisik panas pada telinga Jasmine, membuat tubuh Jasmine bergetar karena sensasinya. "Tidak, ini adalah hal yang salah, Leon!" seru Jasmine. (Mengandung unsur maju mundur atau plot twist, baca dengan penuh penghayatan ya Darling!) Cover bukan milik saya. (Cover is not mine, credit belong to owner) Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

BELLEAME · Urban
5.0
529 Chs

Setelah Meninggalkan CEO, Dia Mengejutkan Dunia

``` Mo Rao lahir di keluarga dokter militer. Orang tuanya telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk menyelamatkan nenek Fu Ying, sehingga yang terakhir memaksa Fu Ying untuk menerima Mo Rao sebagai istrinya. Mo Rao selalu tahu bahwa Fu Ying memiliki gadis pujaan bernama Qu Ru. Gadis ini gagal menikah dengan Fu Ying sebagaimana keinginannya karena nenek Fu Ying menghalanginya. Setelah menikah, Fu Ying sangat memperhatikan Mo Rao. Mereka bahkan sangat cocok terutama di atas ranjang. Fu Ying selalu menemukan dirinya tenggelam dalam kelembutan Mo Rao. Hingga suatu hari, Fu Ying berkata, “Qu Ru telah kembali. Mari kita bercerai. Aku akan mentransfer properti yang telah aku janjikan kepadamu atas namamu.” Mo Rao berkata, “Bisakah kita tidak bercerai? Bagaimana jika... aku hamil...?” Fu Ying menjawab tanpa hati, “Aborsi saja! Aku tidak ingin ada lagi hambatan antara aku dengan Qu Ru. Lagipula, Qu Ru memiliki leukemia, dan sumsum tulangmu secara kebetulan cocok dengan dia. Jika kamu bersedia mendonasikanmu, aku bisa menjanjikanmu apa saja.” Mo Rao berkata, “Bagaimana jika syaratku adalah kita tidak bercerai?” Mata Fu Ying berubah dingin. “Mo Rao, jangan terlalu serakah. Bahkan jika aku menjanjikanmu demi Qu Ru, kamu tahu sendiri aku tidak mencintaimu.” Kata-kata ‘aku tidak mencintaimu’ menusuk hati Mo Rao seperti sebilah pisau. Senyumnya tiba-tiba menjadi terpelintir dan dia bukan lagi wanita penurut seperti dulu. “Fu Ying, ini pertama kalinya kamu membuatku muak. Kamu menyebutku serakah, tapi bukankah kamu sama? Kamu ingin aku menceraikanmu agar kamu bisa bersama dengan Qu Ru? Baik, aku setuju dengan itu. Tapi kamu bahkan bermimpi kalau aku akan menyelamatkannya? Jangan lupa, tidak ada yang namanya mendapatkan semua yang terbaik dalam hidup, sama seperti antara kamu dan aku.” Kemudian Mo Rao pergi. Fu Ying benar-benar merasa sesak, dan perasaan ini membuatnya gila. Ketika Mo Rao muncul sekali lagi, dia telah menjadi bintang yang menyilaukan. Ketika dia muncul di hadapan Fu Ying, bergandengan tangan dengan kekasih barunya, Fu Ying tidak peduli lagi dan berkata, “Sayang, bukankah kamu bilang kamu hanya akan mencintaiku?” Mo Rao tersenyum samar. “Maaf, mantan suami. Aku salah dulu. Kamu hanya pengganti. Aku sebenarnya mencintai orang lain.” ```

Mountain Springs · Urban
Zu wenig Bewertungen
670 Chs
Inhaltsverzeichnis
Volumen 1

UNTERSTÜTZEN