"Haaah … Kalah lagi!" gerutu Anna sambil mengklik tombol 'back to your save point' dengan kasar.
"Kak Ann, kau sedang apa di atas? Ayo turun kita makan siang sama-sama!" teriak Dela dari bawah tangga.
"AKU SEDANG SIBUK!" balas Anna berteriak kencang tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer.
"Kak kau itu sebenarnya sedang apa sih!" Dela yang penasaran segera menaiki tangga.
.
"Kakak? Eh … Kau bermain game itu lagi ya?" tanya Dela setengah terkejut. Dia kira kakaknya itu sudah kapok dan tidak mau bermain game Neverland lagi.
"Habis bagaimana … Aku juga tidak bisa tinggal diam tanpa melakukan sesuatu" jawab Anna dengan memanyunkan bibirnya.
"Aku tau … Tapi hati-hati ya, jangan sampai kau juga menghilang … " kata Dela memperingati kakaknya dengan wajah cemas.
"Ih, kau itu manis sekali kalau sedang mencemaskanku!" kata Anna sambil mencubit pipi Dela dengan gemas.
"Aw, Kakak! Sakit tau. Sudalah, ayo makan dulu. Game bisa menanti" kata Dela mengajak Anna turun ke bawah.
ZRAT!
SRET!
SRAT!
SRASH!
"BAHAHAHAHAHAHAHA! AKU SUKSES SELESAIKAN MISI, YES!" Michael tertawa alay, saking senangnya bisa menyelesaikan misi.
"Alay!" cibir Pandu yang kesal plus iri, soalnya dia juga sedang berusaha untuk menyelesaikan misi yang sama tapi selalu gagal. (Dia dan Michael berbeda tim).
"Kalian kalau main bisa diam tidak sih!" sambar Puput ketus, pasalnya dia jadi Tidak konsen untuk menyelesaikan misi dari Anjani di dalam game itu. gadis ini mau merubah Job nya menjadi Cleric tapi gagal terus.
"Ngomong-ngomong kalian pada lapar tidak?" tanya Dio yang udah mematikan gamenya sejak tadi.
"Eh, udah jam berapa memangnya?" tanya Michael baru ingat jam.
"Jam tiga sore" balas Dio setelah melihat jam dinding.
"Wah, pantas saja aku lapar!" kata Michael sambil memegangi perutnya yang terasa lapar.
"Makan yuk, lanjut besok saja!" kata Pandu yang ikut mematikan gamenya, disusul Denis, Nisa, dan Michael.
"Puput kau tidak mau ikut?" tanya Michael kepada Puput yang sepertinya masih asik bermain.
"Kalian duluan, aku nanti menyusul saja" jawab Puput yang masih bermain.
"Ya sudah, kita tunggu di bawah ya" kata Michael yang kemudian pergi dengan yang lainnya.
.
"A-aku kalah … " Wahyu yang kelihatannya sehabis pulang sekolah dan bermain terlihat sedang kaget karena baru saja dia dikalahkan dalam PVP yang memperebutkan kartu Joker.
"Hey, kau kalah. Sekarang berikan kartu Joker milikmu!" kata orang tersebut meminta kartu Joker milik Wahyu. Wahyu tidak banyak berkomentar, dia harus menerima kekalahan dan memberikan kartu Joker miliknya.
"Hahahah, sekarang aku punya dua kartu!" kata orang itu lagi dengan riang dan pergi meninggalkan Wahyu.
.
.
"Aku senang sekali hari ini, karakterku sudah berubah menjadi Cleric!" kata Puput tersenyum puas ketika berjalan pulang sekolah bersama dengan yang lainnya.
"Tapi perjalananmu masih panjang Put! Kau belum bisa mengalahkanku!" kata Michael nyengir bangga.
"Sok sekali, kau sendiri belum bisa mengalahkan level Denis kan!" cibir Pandu membuat cengiran Michael langsung drop.
"Ah, ganggu kesenangan orang saja" balas Michael manyun.
"Ngomong-ngomong, Denis kau level berapa?" tanya Puput penasaran, sehebat itukah Denis.
"Job Cleric level 120" jawab Denis menyeringai.
"Wow, hebat! Kenapa pilih Cleric?" tanya Puput antusias Ingin tau, masalahnya dia juga memilih Cleric.
"Yah, mau bagaimana lagi. Habisnya ketiga orang bodoh di depanku memilih job yang sama. Aku yang setim dengan mereka terpaksa memilih job Cleric". Jawab Denis sambil menatap ketiga orang bodoh yang dia maksud.
"Hey, nyindir kita nih?" tanya Pandu sambil mengangkat alis, sedangkan Michael dan Dio lebih memilih diam daripada berdebat dengan Denis.
.
"Besok main lagi ya!" kata Dio yang berpisah jalan bersama Denis dan Nisa dari Michael Puput dan Pandu.
"Oke, habis pulang sekolah ya!" balas Michael sambil melambaikan tangannya ke Dio, Denis dan Nisa.
"Ah, sampai lupa!" kata Puput secara mendadak dan menepuk Keningnya.
"Apanya yang lupa?" tanya Michael bingung.
"Lupa tanya, apa diantara kalian ada yang punya kartu Joker?" tanya Puput yang lupa membahas soal kartu Joker tadi.
"Sepertinya Denis punya tiga atau empat deh, Dio juga ada satu lembar" jawab Pandu mengira-ngira.
"Kalian punya?" tanya Puput Ingin tau.
"TIDAK" jawab Pandu dan Michael langsung pundung.
"Oh… " Puput tidak bisa komentar apa-apa melihat kedua temennya sekarang seperti orang depresi berat.
"Lalu job sama level kalian?" tanya Puput mengubah pembicaraan.
"Kalau aku combat level 100" jawab Pandu dengan semangat.
"Combat level 100 juga, kalau Dio baru level 90" jawab Michael sekalian memberi tau level Dio.
"Begitu ya … Aku jadi semangat untuk mengalahkan kalian!" kata Puput yang sedang berapi-api.
"Tak mungkin!" jawab Pandu dan Michael bersamaan sambil memainkan jari mereka.
.
"Sampai ketemu besok Put, Michael!" kata Pandu yang akhirnya berpisah di persimpangan jalan, dia berbelok menuju rumahnya.
"Oke! Besok selesaikan misi lagi ya ndu!" teriak Michael yang mendapat balasan acungan jempol dari Pandu.
"Sampai ketemu besok yah put!" kata Michael yang kemudian berlari lurus. Sedangkan Puput masuk ke dalam rumahnya.
Keesokan Harinya Terjadi Kegemparan Disekolah.
.
.
"Ada apa ramai-ramai?" tanya Puput sambil melihat kerumunan orang dan bahkan ada beberapa mobil polisi di sekolah mereka.
"Ayo kita kesana Put!" kata Michael yang juga penasaran dan bergegas berlari menghampiri tempat kejadian. Sakura mengekor dengan perasaan tidak enak.
.
"Bu Anjani!" terlihat disana Anjani tengah dikelilingi para polisi.
"Mbak Rima, ada apa?" tanya Puput mendekati Rima.
"Tadi malam ada dua orang anak yang terluka akibat berkelahi, dan keduanya masuk rumah sakit" jawab Rima dengan wajah pucat.
"Lalu apa hubungannya dengan Ibu Guru Anjani?" tanya Puput masih belum mengerti.
"Kedua anak itu berkelahi karena memperebutkan kartu Joker. Dan para orang tua dari murid itu menyalahkan Bu Anjani sebagai pemilik dari game tersebut. Polisi juga sedang mencari Pak Arjuna juga Pak Zuna" kata Rima menjelaskan perkaranya.
"Tapi hal itu kan bukan kesalahan Bu Anjani!" kata Puput tidak terima.
"Entahlah, sekarang Bu Anjani akan dibawa ke kantor polisi untuk dipertemukan dengan orang tua kedua murid tersebut. Semoga masalah ini bisa dirundingkan" kata Rima yang merasa cemas. Puput tidak menjawab apa-apa, dia hanya menatap Anjani yang akhirnya dibawa pergi oleh para polisi tersebut.
.
.
"Nah, anak-anak jangan lupa setelah ini pulang sekolah! Ingat, jangan bermain game terus!" kata Bu Guru Karina mencoba memperingati sebelum akhirnya menutup pertemuan pembelajaran hari itu.
"Baik, Bu Guru! Selamat siang, Bu Guru!" jawab para murid yang kemudian memberi salam.
"Selamat siang juga" balas Karina yang kemudian pergi meninggalkan kelas.
.
"Eh, kau tau tadi malam ada peristiwa besar!" para murid mulai bercerita.
"Iya, ini soal Neverland kan? Aku sudah dengar! Katanya ada dua orang anak yang masuk rumah sakit akibat perkelahian karena memperebutkan kartu Joker" kata seorang anak dengan wajah serius.
"Jangan-jangan Neverland bakalan ditutup karena kejadian ini!" celetuk seorang anak cowok lain di belakang.
"Wah, sayang sekali kalau ditutup. Aku baru main kan!" keluh seorang anak lain.
"Lebih baik ditutup daripada memakan korban lagi!" sahut yang lainnya dengan ketus.
BRAK!
"NEVERLAND TIDAK AKAN DITUTUP! TIDAK SEBELUM DANIEL DITEMUKAN!" Riko tiba-tiba berteriak kesal sambil menggebrak meja. Semua anak melihatnya dengan takut-takut. Riko tidak mempedulikan omongan anak-anak di kelas, dia dengan cepat segera merangkul tasnya dan pergi keluar kelas.
"Apa-apaan Riko itu! Marah-marah tidak jelas!" omel seorang anak perempuan yang kesal karena dibentak.
"Lagak sekali dia, mentang-mentang orang kaya! Harusnya yang disalahkan itu dia!" tuduh seorang anak lainnya yang juga ikutan sebal.
"Kenapa bisa?" tanya anak lainnya penasaran ingin tau.
"Kau tau, waktu Neverland hampir ditutup dia memaksa agar Neverland tetap dibuka! Dan karena pengaruh orang tuanya sangat besar, game itu tidak jadi ditutup. Dan lihat sekarang akibatnya!" kata anak itubercerita sambil mendengus kesal.
"Puput, ayo!" kata Michael pada Puput yang dari tadi terus mendengarkan pembicaraan anak-anak di belakangnya.
"Apa?" tanya Puput sedikit kaget.
"Kita cari Riko dan meminta dia bergabung. Dia teman dekat Daniel dan kurasa dia juga bermain Neverland. Aku yakin dia mau bergabung bersama kita" kata Michael yang tumben otaknya bisa menjadi cemerlang.
"Ayo!" jawab Puput singkat. Keduanya keluar kelas dan mencari Riko.
"Riko tunggu!" teriak Michael memanggil Riko yang hampir keluar gerbang sekolah. Nafasnya tampak terengah-engah, dan di belakang Michael terlihat Puput sedang berlari menyusul.
"Ada apa?" tanya Riko singkat. Maklumlah Riko pindahan dari Furnance jadi dia belum banyak mengenal teman. Alasan dia pindah ke White Water karena dia ingin mencari Daniel dan memastikan.
"Kau ini teman Daniel, kan? Daniel sempat bercerita dulu… Apa kau bermain Neverland?" tanya Michael pada Riko yang sedang mengernyit.
"Iya, aku bermain game itu. Kenapa?" tanya Riko lagi.
"Baguslah kalau begitu! Kami juga sedang mencari Daniel serta Jis. Apa kau mau bergabung bersama kami?" tanya Puput yang kelihatannya senang mengetahui ada orang lain lagi yang juga mencari Daniel.
"Benarkah? Bagus sekali! Tentu saja aku mau!" balas Riko langsung berubah sikap jadi bersemangat.
"Kalau begitu ayo ikut kami!" kata Michael yang segera menarik Riko ke ruangan lab komputer yang berada di lantai paling atas.
.
.
"Hey, teman-teman! Aku bawa teman baru kemari!" sapa Michael Tidak sopan main menendang pintu ruangan lab.
"Michael, kebiasaan sekali kau! Kalau pintu rusak kami tidak mau ikut mengganti rugi!" kata Pandu yang sepertinya terusik.
"Jangan marah-marah dong, ndu! Ada teman baru yang mau bergabung juga nih. Namanya Riko!" kata Michael yang kemudian menarik Riko ikut masuk ke dalam.
"Riko? Jangan-jangan kau teman Daniel yang pernah dia ceritakan waktu itu?" tanya Dio mencoba mengingat-ingat.
"Iya, aku teman Daniel waktu di The Furnance. Perkenalkan aku Riko!" kata Riko memperkenalkan diri sambil tersenyum ramah.
"Oh, hai juga! Aku Dio, Pandu, Denis, Rio dan Andre!" kata Dio yang kemudian ikut memperkenalkan diri dan menunjuk satu-satu dari teman mereka yang lainnya untuk diperkenalkan kepada Riko.
"Hahaha, aku udah tau kok. Daniel juga cerita tentang kalian!" kata Riko tertawa renyah.
'Kalo begitu kenapa tidak bilang dari tadi!' batin Dio kumat.
"Eh iya, Nisa kemana?" tanya Puput yang celingukan mencari Nisa.
"Dia ada kursus hari ini, jadi pulang cepat" jawab Denis yang sepertinya juga baru datang, terlihat dari layar komputernya yang masih mati.
"Yah, jadi aku seorang gadis sendirian nih?" keluh Puput sambil kemudian ambil posisi duduk di sebelah Riko yang juga duduk di sebelah Denis.
"Ngomong-ngomong, Riko. Karaktermu job apa? Dan level berapa?" tanya Michael yang duduk berjajar dengan Pandu dan Dio.
"Job Shaman dan level 121" kata Riko sambil menyalakan layar komputer.
"Cih" Denis mendesis kesal, levelnya kalah satu tingkat.
"Oh, ya. Rio sama Andre kalian job dan level?" tanya Puput pada Rio dan Andre yang duduk di depannya.
"Hemm … Aku job Cleric, level 100, Rio Job Shaman Level 101" jawab Andre.
"Yuk kita mulai saja gamenya" Kata Michael.
Michael login.
Pandu login.
"Denis login."
"Dio login."
"Puput login."
"Riko login."
"Rio login."
"Andre login."
"Oi, satu tim aja nih. Sekalian bantuin Puput naik level!" kata Michael dan mulai membuat nama grup.
"Ayo aja aku sih, apa sih yang tidak buat Puput!" sambar Dio sambil lirik-lirik Puput.
"Jangan mulai deh!" Puput mendelik dengan nada ketus.
"Ngomong-ngomong yang pegang kartu Joker disini siapa saja?" tanya Riko secara tiba-tiba.
"Aku pegang empat" kata Denis mengeluarkan seringai.
"Satu" jawab Pandu dan Dio bersamaan.
"APA? KAU JUGA DAPAT?" Michael Tidak percaya Pandu mendapatkan kartu Joker, jangan-jangan Pandu berbohong.
"Hehe kemarin malem aku melanjutkan misi di rumah, dan hadiahnya ternyata dapat kartu Joker!" kata Pandu nyengir.
"Ah, curang! Masa hanya aku yang belum dapat!" Michael manyun-manyun tidak jelas sambil merutuki nasibnya.
"Jangan menggerutu terus Michael! Katanya mau bantu aku menaikan level!" giliran Puput yang manyun.
"Okeh, ayo deh main!" kata Michael dan memulai permainan mereka.
.
.
"Tidak bisa! Saya tidak bisa menutup Neverland!" ucap Anjani dengan sengit.
"Tapi game itu berbahaya dan sudah mencelakai anak-anak kami!" kata salah satu orang tua yang anaknya masuk rumah sakit.
"Itu salahkan sendiri pada anak anda! Atau jangan-jangan anda tidak bisa mendidik anak sampai-sampai anak anda bertindak brutal hanya karena sebuah game?" kata Anjani dengan pedas.
"APA? KENAPA MALAH KAMI YANG JADI DISALAHKAN!" tampak ayah dari salah satu anak itu tidak terima, dia berteriak keras sambil berdiri dan menghardik Anjani yang tampak tenang-tenang saja.
Perundingan itu sudah berjalan lama dan berlangsung dengan alot karena masing-masing pihak masih bersikeras pada pendiriannya masing-masing. Yang satu menginginkan Neverland ditutup sedangkan pihak lainnya menginginkan untuk mempertahankannya, dan belum mendapati titik temu. Anjani menghadapi orang-orang yang marah itu sendirian, karena Zuna dan Arjuna tidak bisa dihubungi. Kedua orang itu memang sudah sangat sulit ditemui sejak kejadian menghilangnya Jis dan Daniel.
.
.
"Terima kasih ya semua! Berkat kalian semua misi ku hari ini selesai!" kata Puput yang saat itu sedang mengistirahatkan karakternya di sebuah kota bersama dengan Michael dan yang lainnya. Mereka semua bersepakat untuk membantu level Puput sampai mencapai level 60.
Saat mereka semua sedang bersantai tiba-tiba melintas Mega di notice board, membuat suasana menjadi rusuh.
Tranzy : YANG NAMANYA REY PENIPU SIALAN! KEMBALIKAN CARD MILIKKU!.
"Wah, sadis juga tuh orang meganya" kata Michael sambil baca papan notice.
"Rey, siapa tuh?" tanya Puput ingin tau.
"Tidak tau juga, belum pernah lihat" balas Denis bingung.
Rey : TIDAK SALAH YA? JELAS-JELAS AKU MENANG BATTLE!.
Tidak lama mega dari Tranzy dibalas oleh Rey.
"Wah bakalan seru nih!" kata Pandu tersenyum iblis.
Tranzy : KEMBALIKAN KARTU JOKER KU! DASAR SIALAN!.
Balas Tranzy yang sepertinya masih tidak terima, dan Rey tidak membalas mega dari Tranzy.
"Lagi-lagi karena kartu Joker. Jadi penasaran, seistimewa apa sih kartu Joker itu?" tanya Puput semakin penasaran.
"Yang jadi istimewa urban legendnya" kata Riko yang menjawab pertanyaan Puput.
"Oh, yang katanya Joker akan muncul dan menarik jiwa pemainnya itu?" tanya Puput mengingat-ingat gossip yang beredar.
"Ya, kabar yang beredar seperti itu. Tapi pemain yang baru berhasil mengumpulkan 100 kartu baru Jis dan Daniel saja, kan… " kata Riko dan kelihatannya pemuda itu sedang berpikir keras.
"Tapi, apa ada hal semacam itu?" kata Denis yang sepertinya tidak percaya.
"Lalu apa kau bisa menjelaskan kemana hilangnya Jis dan Daniel? Keduanya lenyap hampir satu tahun dan belum bisa ditemukan sampai sekarang" balas Riko yang sepertinya dia percaya tentang legenda tersebut, begitu juga dengan Michael, Pandu dan Dio yang mengangguk, menyetujui perkataan Riko.
"Legenda atau bukan, yang bisa kita lakukan saat ini adalah mencari kebenarannya dengan mengumpulkan ke-100 kartu itu" kata Puput dengan wajah serius.
.
"Astaga! Mereka banyak sekali, Wahyu!" Anna bermain bersama Wahyu, dan sekarang Wahyu sedang membantu Anna menyelesaikan misi untuk pemain level 50, Kill Sourceress.
"Anna, fokus bunuh penyihirnya. Aku akan menghadang monster lainnya" kata Wahyu yang sekarang sedang memburu monster-monster yang berkeliaran disekitar.
"Kalau bicara memang gampang! Sulit sekali menyerangnya tau! Lihat saja dua pengawalnya sejak tadi menghalangi!" gerutu Anna kesal, sejak tadi dia sulit sekali untuk menyerang buruan utamanya. Yang ada karakternya terluka terus-menerus.
"Meteor Storm!" tiba-tiba ada seseorang yang menyerang monster buruan Anna, anak panah dalam jumlah besar muncul dari atas langit dan menyerang penyihir sasaran Anna. Dan dalam sekali serang monster itu mati, membuat Anna berdecak kesal.
"Hey, jangan maling buruan orang! Aku lagi Quest tau!" gerutu Anna kesal.
"Oh, lagi Quest ya? Sorry kita tidak tau!" jawab orang tersebut. Karakter orang itu sepertinya job Sniper, dia memiliki rambut coklat gelap dengan mata coklat madu. Rasanya Anna mengenal pemilik karakter tersebut.
"Maaf ya, tidak sengaja" kata seorang gadis yang sudah dikenal di dalam game itu sebagai prajurit bayaran. Namanya adalah Amel. Gadis itu mengambil sebuah benda yang dijatuhkan penyihir itu lalu diambilnya.
"Ayo, Mel!" kata temannya yang tadi membunuh penyihir itu memanggil Amel.
"Oke!" balas Amel. Keduanya dengan cepat pergi menghilang.
"Argh! Kalau begini harus menunggu tiga jam lagi untuk menunggu spawn monster penyihir itu dong!" kata Anna mencak-mencak, menunggu tiga jam membuatnya sangat frustasi.
"Mau bagaimana lagi?" kata Wahyu yang juga ikutan mengeluh.
"Ah, malas ah! Besok aja dilanjutin, Wahyu. Aku mau logout dulu" kata Anna dengan wajah cemberut.
"Ya sudah, aku masih mau bermain sebentar lagi" kata Wahyu. Lalu Anna pun mematikan permainannya.
.
.
"Begini saja, saya akan menghapus kartu Joker dari permainan agar tidak terjadi keributan seperti ini lagi" kata Anjani yang sepertinya sudah menemukan jalan tengahnya, dengan menghapus kartu Joker dari permainan.
"Itu lebih baik. Lebih cepat dilakukan akan lebih baik" kata salah satu orang tua sambil melotot tajam kepada Anjani.
"Baiklah, masalah sudah selesai. Saya akan kembali dan dengan cepat akan menghapus kartu-kartu itu" kata Anjani yang akhirnya dibebaskan dan di izinkan pulang.
.
.
"Oi, Pulang yuk! Sudah sore nih!" kata Michael sambil menunjuk perutnya pertanda dia lapar, dan itu artinya mereka sudah lama bermain.
"Yuk!" kata Puput dengan cepat, dia juga sudah mematikan layar komputer sejak tadi.
"Nanti malam ada yang online tidak?" tanya Dio banjir air mata, soalnya dia sudah mengambil misi lain. Dia pikir anak-anak masih akan lama bermain.
"Wah, tidak bisa Dio. Kita besok ada ulangan" kata Pandu yang baru ingat besok kelasnya akan ada ulangan ( Pandu Satu kelas dengan Michael, Puput dan Riko).
"Denis, online ya please! Bantuin aku!" kata Dio memelas.
"Aku juga tidak bisa, sudah janji untuk mengajari Dini tugas sekolah" balas Denis berusaha menghindari tatapan maut Dio yang bisa membuatnya muntah.
"Yaaaah" Dio sangat kecewa.
"Aku sama Andre online kok, nanti malam" sambar Rio.
"Asik! Bantuin aku ya nanti malam?" tanya Dio penuh harap.
"Iya, kontak kita aja. Jam delapan ya!" kata Rio yang setuju mau membantu Dio.
"Tapi kalau dapat kartu Joker, buat aku ya" samber Andre seenak udel.
"Kalo soal kartu Joker itu masalah lain!" jawab Dio yang sepertinya tidak rela berbagi hadiah.
"Udah yuk, pulang semua!" kata Puput yang sudah tidak sabar.
"Yuk!" balas yang lainnya dan meninggalkan ruangan tersebut.
.
.
KEESOKAN HARINYA...
.
.
"Puput!" Michael pagi-pagi sekali sudah datang ke sekolah, bergegas dia menghampiri Puput, Anna dan Nisa yang baru memasuki gerbang sekolah.
"Ada apa Mike?" tanya Puput bingung melihat wajah Michael sedikit panik.
"Apa kau tau, kalau kartu Joker dihapus dari permainan?" kata Naruto yang sudah mendengar kabarnya dari Dio, Rio dan Andre yang kemarin malam bermain.
"Apa? Kartu Joker dihapus? Kau serius? Tau darimana?" tanya Sakura dengan serentetan pertanyaan kepada Michael.
"Aku tau dari Dio yang bermain kemarin malam" jawab Michael yang lalu mulai bercerita.
FLASHBACK..
"Thanks ya, Rio, Andre. Kalian udah bantuin aku! Dengan begini level aku jadi 94 sekarang!" kata Dio yang sepertinya senang sekali karakternya naik level lagi.
"Siap bro!" jawab Rio.
Notice : Untuk para pemain yang sedang login harap segera keluar dari permainan segera. Karena ada maintenance untuk kepentingan penghapusan semua kartu Joker.
"Apa? Kartu Joker dihapus? Apa aku tidak salah baca?" Dio kaget langsung ngucek-ngucek mata untuk mematiskan pengumuman yang lewat sepanjang permainan tersebut.
"Tidak salah baca. Aku juga baca" kata Rio cuek.
"Kok dihapus? Tidak seru ah!" cibir Dio kesal dan tidak terima, dia sudah susah-susah mendapatkan kartu Joker pertamanya tetapi malah mau dihapus, selain itu kalau kartu-kartu itu dihapus bagaimana dengan Jis dan Daniel?.
END FLASHBACK.
"Kalau dihapus.. Bagaimana dengan Jis dan Daniel.." kata Puput dengan suara lemah, Anna dan Nisa hanya bisa tertunduk.
"Kita harus tanya hal ini kepada Ibu Guru Anjani!" kata Michael yang disetujui ketiga gadis lainnya.
Puput dan yang lainnya bergegas menuju kantor Anjani, tiba-tiba munculah Riko yang berjalan mendahului mereka memasuki ruangan Anjani.
"Bu Guru Anjani!" Riko berteriak dengan tidak sopan kepada Anjani.
"Ada apa?" balas Anjani yang sepertinya sedang sibuk mengangkat telepon. Semenjak diumumkannya kartu Joker dihapus, telepon terus berdatangan menanyakan kebenaran hal itu.
"Kenapa kartu Joker dihapus?" tanya Riko tanpa bertele-tele.
"Itu sudah menjadi kesepakatan bersama, kartu Joker di dalam permainan dianggap dapat merusak moral, maka para orang tua memintaku untuk menghapusnya" jawab Anjani menerangkan alasannya mengapa dihapus kartu Joker tersebut.
"Tapi kau tau kan, kalau kartu Joker satu-satunya petunjuk untuk mencari Daniel?" ucap Riko yang masih penasaran.
"Tunggu dulu, jangan katakan kau mempercayai Daniel menghilang masuk ke dalam game akibat kartu itu?" balas Anjani yang sepertinya malah meremehkan.
"Kenapa tidak? Atau kau bisa menjelaskan hilangnya Daniel yang secara mendadak itu?" tanya Riko dengan sengit.
"Daniel menghilang itu tidak ada sangkut pautnya dengan kartu Joker!" jawab Anjani bersikeras.
Pertengkaran Riko dan Anjani di dalam ruangan menarik perhatian para murid untuk mendengarkannya, karena tidak sedikit dari mereka yang juga bermain dan ingin tau situasi yang sebenarnya.
"Wah-wah, kalau begitu kartu Joker yang aku dapatkan kemarin hilang dong!" celetuk salah seorang anak dengan kecewa.
"Sudahlah Rey, kau bukan satu-satunya orang yang kehilangan kartu Joker, kan. Lagi pula tujuan utama kita bukan kartu Joker!" sahut gadis disebelahnya, yaitu Amel.
.
"Kalau begitu, jangan hapus kartu Joker milikku" kata Riko secara tiba-tiba, membuat Anjani mengernyitkan dahi.
"Bu Anjani, kabulkan saja permintaannya. Satu kartu Joker tidak akan berpengaruh apa-apa" bisik Rima kepada Anjani.
'Asal ada satu saja cukup' batin Riko yang sepertinya punya suatu rencana.
"Baiklah, permintaanmu kululuskan! kalau sudah tidak ada urusan lagi cepat pergi, urusanku masih banyak" ucap Anjani setengah mendesah pasrah dan mengabulkan permintaan Riko.
'Apa yang direncanakan Riko? Tu-tunggu dulu, jangan-jangan dia... ' batin Rey saat melihat Riko yang melirik kearahnya.
"Kenapa wajahmu jadi pucat begitu?" tanya Amel heran melihat temannya.
"Mel, aku tidak masuk kelas dulu deh hari ini. Absenin aku, bilang di UKS!" balas Rey yang sepertinya terburu-buru dan langsung pergi dari sana.
.
.
Jam Istirahat ...
.
.
"Ada yang lihat Rey tidak?" tanya Riko yang saat jam istirahat langsung mendatangi kelas sebelah bersama Michael dan Pandu.
"Ada apa sih mencari Rey? Dia tidak masuk hari ini" jawab Amel merasa ada sesuatu.
"Tidak sih, cuma ada perlu aja. Kalau besok bertemu Rey, katakan Riko mencarinya" kata Riko yang akhirnya meninggalkan pesan untuk Rey.
"Sebenarnya kau mau ngapain sih?" tanya Michael penasaran.
"Nanti saja aku beritau kalau sudah bertemu dengan Rey" jawab Riko yang Sepertinya masih tidak mau membicarakan rencananya kepada Michael dan yang lainnya.
Sebenarnya apa rencana Riko?
Dan kenapa Rey malah kabur dari Riko?.