"Delice, apa aku mengenal dewa kematian?"
Jederrr...
Tidak ada angin, tidak ada hujan, Delice harus menghadapi pertanyaan yang sangat dari Naura. Delice memegang kedua pundak Naura dan mengecup keningnya.
"Kalau sudah saatnya, aku akan memberitahumu!"
"Kapan?"
"Setelah aku siap!"
Naura menyentuh tangan Delice dan menuntun tangan itu untuk mengelus pipinya. Dengan senang hati, Delice melakukannya. Airmata Naura jatuh secara tiba-tiba.
"Hiks... Hiks... Hiks..."
"Kenapa?" tanya Delice khawatir.
"Kalau itu adalah masalalu pahit, tolong jangan ceritakan," pintu Naura.
Mata Delice seperti mau lari dari tempatnya setelah mendengar permintaan Naura. Permintaan yang sangat menguntungkannya, tapi Delice sekarang bukan orang yang egois. Delice lebih mengutamakan perasaan Naura dibandingkan dengan perasaannya sendiri.
"Naura, tapi kau berhak tahu," ucap Delice.
"Aku tidak ingin tahu kalau hal itu akan membuatku membencimu."
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com