Motor Delice berhenti, di salah satu toko pakaian yang dia lewati. Tangannya terus menggenggam erat tangan Naura.
Naura turun dari motor, begitu juga Delice. Tangan mereka tetap menempel seperti sebuah prangko.
"Delice, bisakah kau melepaskan tanganku?" ujar Naura sembari berusaha melepaskan tangannya.
"Tidak!" jawab Delice tegas.
"Tapi..."
"Aku tidak akan membuat celah yang bisa memisahkan kita lagi."
Luluh. Hatinya terlalu rentang untuk sebuah hantaman. Bukan soal kematian Ibunya. Tapi soal dirinya yang hampir ternoda.
Naura menahan tangisnya. Sebisa mungkin ingin pergi dari pria yang saat ini ada di hadapannya. Rasanya, Naura ingin memeluknya dengan erat dan tidak ingin melepaskannya.
Naura merasa tidak pantas melakukan itu. Dia bahkan jijik pada tubuhnya sendiri.
"Pilih baju yang kau inginkan," pinta Delice.
"Kau saja. Aku akan memakai apa yang kau berikan," jawab Naura tanpa menolah.
Unterstützen Sie Ihre Lieblingsautoren und -übersetzer bei webnovel.com