Alex adalah seorang pemuda yang tinggal bersama kedua orang tuanya dan kedua kakek neneknya di sebuah rumah sederhana. Dia memiliki karakter yang pendiam dan cerdas, tapi kurang percaya diri. Hobi utamanya adalah bermain gitar, yang dia pelajari sejak duduk di bangku kelas 5 SD. Dia sering menghabiskan waktu di kamarnya, menyanyikan lagu-lagu favoritnya sambil memetik senar gitarnya.
Tahun ini, tahun 2015, dia masuk ke SMP Suzuran, sebuah sekolah yang terkenal dengan murid-muridnya yang nakal dan suka berkelahi. Alex berharap bisa bertemu dengan teman-teman yang baik dan menyenangkan, yang bisa menghargai dirinya dan hobinya. Tapi ternyata, harapannya itu tidak mudah terwujud.
Di hari pertama sekolah, saat pembagian kelas, Alex bertemu dengan Agung, seorang anak yang paling ditakuti di sekolah itu. Agung adalah seorang preman yang suka mengganggu dan memeras murid-murid lain. Dia melihat Alex sebagai mangsa yang empuk, karena Alex terlihat cupu dan penakut.
"Hey, kamu siapa? Nama kamu apa?" tanya Agung sambil menarik rambut Alex.
"Alex... Alex, Pak..." jawab Alex dengan suara gemetar.
"Alex? Nama yang aneh. Kamu dari mana? Kamu suka apa?" tanya Agung lagi sambil mengejek.
"Saya dari sini, Pak. Saya suka bermain gitar, Pak..." jawab Alex dengan jujur.
"Bermain gitar? Hahaha, kamu itu cewek apa cowok sih? Kamu pasti suka nyanyi-nyanyi ala-ala boyband ya? Kamu mau jadi artis?" tanya Agung sambil tertawa terbahak-bahak.
"Enggak, Pak. Saya cuma suka bermain gitar aja, Pak. Saya enggak mau jadi artis, Pak..." jawab Alex dengan malu.
"Enggak mau jadi artis? Sayang sekali. Padahal kamu punya bakat, lho. Bakat untuk jadi bahan olok-olokan, hahaha!" kata Agung sambil menampar pipi Alex.
"Jangan gitu, Pak. Saya enggak ngapa-ngapain, Pak. Saya cuma mau belajar, Pak..." kata Alex sambil menangis.
"Belajar? Belajar apa? Belajar jadi banci? Kamu itu enggak cocok sekolah di sini, deh. Kamu harus sekolah di tempat yang lebih cocok buat kamu. Tempat yang penuh dengan bunga-bunga dan kupu-kupu. Kamu mau sekolah di mana? Di TK? Di PAUD? Atau di rumah aja?" kata Agung sambil menarik tas Alex.
"Kasih tas saya, Pak. Itu tas saya, Pak. Saya enggak mau sekolah di tempat lain, Pak. Saya mau sekolah di sini, Pak..." kata Alex sambil berusaha merebut tasnya.
"Enggak mau? Ya sudah, kalau begitu kita berantem aja. Siapa yang menang, dia yang berhak sekolah di sini. Siapa yang kalah, dia yang harus pergi. Gimana? Berani enggak?" tantang Agung sambil mengacungkan tinjunya.
"Enggak, Pak. Saya enggak mau berantem, Pak. Saya takut, Pak..." kata Alex sambil gemetar.
"Ha? Takut? Kamu itu lemah sekali, ya. Kamu itu enggak punya nyali, ya. Kamu itu enggak pantas hidup, ya. Kamu itu sampah, ya. Kamu itu..." kata Agung sambil mendekati Alex.
Sebelum Agung bisa melanjutkan kata-katanya, tiba-tiba terdengar suara panggilan dari pengeras suara.
"Alex, Alex. Silakan datang ke ruang guru. Anda dipanggil untuk masuk ke kelas 7C. Terima kasih."
Alex merasa lega mendengar suara itu. Dia segera melepaskan diri dari cengkeraman Agung dan berlari menuju ruang guru. Dia berharap bisa masuk ke kelas yang lebih baik, yang tidak ada Agung di dalamnya.
Tapi, apakah harapannya itu akan terkabul?