Anita duduk di samping Gon, Lucia menawarkan Earl Grey tea padanya dan tanpa ada rasa curiga sedikit pun, dia langsung meminumnya dan menikmati minuman Earl Grey tea yang tadi di pesan oleh Lucia.
Gon : (Pantasan Lucia tadi memesan 3 gelas Earl Grey tea. Rupanya Lucia sudah tahu kalau Anita akan datang ya)
Killua duduk menyamping menghadap ke arah tempat lain, dia tidak mau duduk lurus ke depan seperti Lucia, Gon dan Anita karena dia tidak ingin melihat Anita.
Gon : Jadi namamu Anita ya? Perkenalkan namaku Gon. Dan mereka berdua adalah Killua dan Lucia (tersenyum)
Baik Killua maupun Lucia tidak memberi tanggapan apa pun, sehingga Gon merasa sedikit canggung dengan sikap kedua temannya ini lalu menghela nafas pelan dan kembali menikmati Earl Grey teanya. Tiba-tiba Anita membuka suaranya.
Anita : Aku...
Gon melihat ke arah Anita dan sekilas Anita tersenyum melihat ke arah Gon, lalu melihat ke arah Killua dan Lucia dengan tajam, Lucia dan Killua tidak perduli dengan hal itu. Anita melanjutkan perkataannya.
Anita : Aku ingin menjadi seorang BlackList Hunter.
Gon : Apa ada yang ingin sekali kau tangkap?
Anita : Aku ingin sekali membalas dendam.
Anita melihat ke arah Killua, Gon mengikuti arah pandang Anita dan juga melihat ke arah Killua.
Anita : Balas dendam bagi ayahku yang telah dibunuh. Ayahku adalah seorang pedagang yang memasukkan barang dari gunung Spies.
Anita masih melanjutkan ceritanya sambil menatap tajam ke arah Killua. Akan tetapi, Killua maupun Lucia masih juga tidak memberikan respon sedikit pun. Lucia hanya diam mendengarkan sambil meminum darahnya Killua sedikit demi sedikit.
Anita : Dengan armada kapal, ayahku mengeksport batu rempah ke seluruh penjuru dunia. Ayah bisa mendapatkan laba yang sangat besar, bahkan cukup untuk membeli sebuah negara kecil.
Gon : Wah, hebat sekali (merasa kagum)
Anita : Tapi ada orang yang iri atas kesuksesannya itu. Dia adalah pedagang saingan ayah, dan dia menyewa pembunuh bayaran!
Anita mulai meninggikan suaranya dan saat Anita menekankan kata "pembunuh bayaran", Gon langsung menyadarinya dan dengan sedikit khawatir melihat ke arah Killua. Anita masih melanjutkan perkataannya.
Anita : Tanpa harus bersusah payah menyelidiki, aku berhasil mengetahui kalau nama pembunuh bayaran itu adalah--
Anita belum sempat menyelesaikan semua perkataannya karena tiba-tiba Lucia tertawa. Lucia merasa lucu mendengarkan semua yang dikatakan oleh Anita itu langsung tertawa sinis.
Gon melihat ke arah Lucia dengan bingung. Anita yang merasa tidak senang dan tersinggung langsung menatap dengan geram ke arah Lucia.
Lucia : Pfft. Hahahaha...
Anita : Apa yang kau tertawakan, hah?! (mulai marah)
Lucia : Lucu sekali. Hahaha...
Setelah selesai tertawa, Lucia langsung menatap Anita dengan sedikit mengeluarkan hawa pembunuhnya.
Lucia : Kau dengan kemampuanmu yang seperti itu mau menantang oniichan-ku? Kau sungguh lucu dan bodoh sekali. Apa kau sudah bosan hidup?
Anita langsung menggebrakkan meja dan bangkit dari kursinya.
Anita : Apa maksudmu, hah?!
Lucia : Aku tegaskan padamu ya, aku--
Killua : Luci...
Lucia, Gon dan Anita melihat ke arah Killua. Killua akhirnya melihat ke arah Anita dengan mengeluarkan hawa pembunuhnya.
Tiba-tiba Leorio muncul dari belakang dengan lembut memijat bahu Anita sambil mengatakan sesuatu tepat di telinga Anita dengan suara kecil.
Leorio : Oh, begitu... Jadi siapa nama pembunuh bayaran itu? Pasti sedih ya... Pasti menderita ya... Iya, aku bisa mengerti perasaanmu itu, mari kita bersama-sama menjadi Hunter dan mewujudkan cita-cita kita. Namaku adalah Leorio. Namamu siapa? Ayo cepat sebutkan.
Lucia hampir kehilangan kendali, dia sedikit tersentak kaget karena terlalu fokus kepada Anita, sehingga tidak menyadari kehadiran Leorio dan Kurapika yang sudah berdiri di belakang Anita. Killua kembali menahan hawa pembunuhnya.
Sedangkan Gon senang saat melihat kedatangan Leorio dan Kurapika. Dia langsung membantu menjawab pertanyaan Leorio.
Gon : Ah, namanya Anita.
Leorio : Anita? Nama yang indah...
Leorio mencoba untuk mencairkan suasana yang tegang dan menusuk tadi dengan leluconnya yang tidak lucu sama sekali.
Leorio : Kau tak usah melayani bocah-bocah kecil seperti mereka berdua, lebih baik denganku saja. Kita sama-sama dewasa dan kita bisa berbicara mengenai impian kita masing-masing. Bagaimana?
Anita yang sedari tadi menahan emosinya langsung menolak dan berkata dengan ketus dan dingin.
Anita : Aku sedang tidak berminat! Jangan ganggu aku! Jangan perdulikan aku!
Kurapika yang dari tadi memerhatikan dan menyaksikan aksi tengkar mereka bersama Leorio akhirnya membuka suaranya.
Kurapika : Itu tidak bisa. Namaku Kurapika. Aku juga ingin bertujuan untuk menjadi seorang BlackList Hunter, jadi aku tidak bisa menganggapmu sebagai orang lain yang tidak ada.
Killua : Sebaiknya kalian berdua tidak usah ikut campur. Dia ada urusan denganku. Kalian diam sajalah!
Semua orang yang berada di sana melihat ke arah Killua. Anita menepiskan tangan Leorio dengan kasar dan kembali bangkit dari kursinya.
Anita : Aku mendengar desas-desus bahwa ada satu anggota keluarga Zoldyck yang mengikuti ujian Hunter tahun ini.
Kurapika : (Jadi Killua adalah...)
Killua : Kau benar, aku adalah keluarga Zoldyck. Tidak salah lagi (tersenyum sinis)
Anita yang sudah mendapatkan jawaban pasti langsung memegangi pisau yang ada di saku kanannya. Killua yang menyadari hal itu langsung menatap dan tersenyum membunuh ke arah Anita, sehingga membuat Anita sedikit goyang dan takut, di samping itu Killua menggeluarkan hawa pembunuhnya yang semakin kuat.
Leorio : Jadi alasanmu mengikuti ujian Hunter ini adalah karena ingin membalas dendam ya?
Anita : Benar!
Lucia : Ha! Sungguh konyol! Kuperingkatan padamu untuk terakhir kalinya, sebaiknya kau ulurkan niatmu itu atau kau mati hari ini (tersenyum sinis)
Anita : Apa?! Kau yang tidak tahu apa-apa dari tadi hanya mencampuri urusan orang lain! Memangnya kau siapa, hah?! (marah)
Lucia : Aku siapa? Hahaha... Aku yang membunuh ayahmu itu (tersenyum membunuh)
Anita langsung membanting meja di hadapannya lalu mengeluarkan pisaunya dan menyerang ke arah Lucia dan Killua.
Anita : DIAM KAUUUU!!!! AAAAAA!!!!
Killua berdiri dan menghindar ke samping. Anita langsung menikam ke arah Lucia dan berhasil dihindari oleh Lucia dan seolah-olah menghilang ke dalam bayangannya Anita.
Padahal Lucia hanya berdiri di belakangnya. Anita mulai panik dan terus melihat ke sekeliling untuk mencari Lucia sambil terus mengibas-ibaskan pisaunya ke kiri dan ke kanan.
Kurapika berusaha untuk menghentikan pertarungan dan menenangkan Anita. Tapi gagal.
Anita terus melihat ke kiri dan ke kanan lalu ke belakang dengan panik untuk mencari Killua dan Lucia.
Anita : KELUAR KALIAN PENGECUT!!
Anita menyadari kehadiran Lucia dan langsung menoleh ke belakang. Pada saat Lucia mau menusuk perut Anita dengan menggunakan darah yang berbentuk seperti katana berwarna merah, tetapi berhasil dihentikan oleh Netero yang tiba-tiba muncul sambil memegangi tangan Lucia dengan cukup erat.
Netero : Sudah cukup!
Gon, Leorio dan Kurapika yang dari tadi berada di sana dan tidak bisa menghentikan pertarungan mereka, seketika mereka bertiga bernafas dengan lega atas kedatangan Netero yang menyelamatkan Anita. Jika terlambat sedikit saja, Anita pasti sudah terbunuh.
Sedangkan Killua yang berdiri tidak jauh dari sana hanya diam dan tersenyum senang menyaksikan pertarungan Lucia dengan Anita. Akan tetapi, dia merasa kesal karena kesenangannya itu tiba-tiba terhenti dikarenakan Netero datang menghentikan itu semua.
Killua : Seharusnya jangan dihentikan, dasar kakek-kakek tukang ikut campur!
Tubuh Anita bergetar hebat saat melihat benda tajam yang ada di tangannya Lucia yang hampir mengenai perutnya.
Anita mundur beberapa langkah ke belakang dan merasa sangat lega karena berkat Netero yang datang tepat waktu, dia tidak jadi terbunuh oleh Lucia.
Anita gemetaran dan wajahnya pun berubah menjadi sangat pucat. Pisau yang ada di tangannya langsung terlepas. Dia menyadarinya kalau dia bukanlah tandingan anggota keluarga Zoldyck.
[KLONGTANG] *pisau terjatuh ke lantai*
Netero menanggapi perkataan Killua dengan santai.
Netero : Iya benar, memang seharusnya urusan antara para peserta ujian, sebenarnya bukan urusan panita penguji seperti aku. Tapi, peserta ujian nomor 111, seharusnya sudah gagal di ujian tahap kedua. Entah apa masalahnya. Tapi dia bukanlah lawan peserta yang sudah lulus seperti kalian.
Lucia : Cih! Lepaskan tanganku, kakek! (marah)
Netero melepaskan tangannya Lucia.
Lucia : Ha! Kau sungguh beruntung. Kalau saja kakek ini tidak datang, kau pasti sudah mati! (tersenyum licik)
-Bersambung-