webnovel
#ACTION
#REINCARNATION
#SUPERPOWERS

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime & Comics
Zu wenig Bewertungen
145 Chs
#ACTION
#REINCARNATION
#SUPERPOWERS

109 - Adu Panco x Merekrut

Pertandingan adu panco masih belum usai. Nobunaga yang merasa jengkel menunjukkan ekspresi serius dan menyeramkan. Lucia yang sambil menikmati cookiesnya melirik ke anggota lainnya yang cuek dan tidak perduli.

Meskipun Killua terlihat tenang, tapi Lucia sangat tahu kalau Killua sedang marah dan berpikir keras bagaimana supaya bisa menghentikan semua ini dan keluar dari sini.

Nobunaga terus mengajukan bertanding ulang sekali lagi meskipun dia sudah menang puluhan kali dari Gon. Sejak tadi tidak ada yang bersuara, pada akhirnya Nobunaga mulai membuka suaranya dan bercerita tentang Uvogin.

Nobunaga : Naa... (Hei...)

Nobunaga menatap dingin dan tajam ke arah Gon yang berusaha untuk mengalahkannya.

Nobunaga : Dalam adu panco, berapa rankingku di laba-laba, Zero?

Gon langsung melihat ke arah Nobunaga. Killua melirik ke arah Lucia. Refleks Lucia mengangkat kedua bahunya ke atas.

Lucia : Entahlah, yang penting kau masih di bawah Hisoka, Fei Fei dan Phin (tentu saja yang kumaksud bukan dalam adu panco saja, dari segi kekuatan, kecepatan dan kepintaran kalian semua itu dibawahku, ya kecuali Lucilfer dan Hisoka) *tersenyum licik*

Nobunaga : Cih! Kenapa kau menyamaiku dengan mereka?

Hisoka, Phinks dan Feitan tersenyum licik. Feitan menatap tajam ke arah Nobunaga dari balik bajunya yang menutupi setengah wajahnya.

Feitan : Tentu saja kita berbeda.

Nobunaga : Haa?! Apa kau bilang?!

Feitan mengabaikan Nobunaga.

BUK!

Tangan Gon terhantam kembali di atas batu.

Nobunaga : Lalu, bagaimana dengan pendapat yang lain?

Franklin : Mungkin ranking tujuh atau delapan?

Machi : Kau tidak kuat, tapi juga tidak lemah.

Nobunaga : Nee, gaki (Hey, bocah.)

Gon : Eh?

Nobunaga : Kau tahu, orang terkuat di antara kita semua di panggil Uvogin. Tapi dia sudah dibunuh oleh si pengguna rantai sialan!

Killua : Tentang si pengguna rantai yang kau maksud itu. Bukankah sebelumnya kau sudah bertanya dan kami juga sudah menjawabnya kalau kami tidak tahu siapa dia!

Nobunaga : Gaki! (Bocah!)

Nobunaga melirik tajam ke arah Killua.

Nobunaga : Kalau kau berbicara lagi... Ku bunuh kau!

Nobunaga sengaja mengeluarkan aura Nen dan hawa bloodlustnya untuk menekan Killua. Killua tersentak kaget dan sedikit merasa ketakutan. Lucia berdecak kesal.

Lucia : Hey, pak tua! Sebelum membunuhmu, rambutmu bakalan kutebas dulu!

Tatapan Lucia yang sangat tajam dan dingin yang menyeramkan diarahkan ke Nobunaga.

Shalnark : Memangnya siapa dia?

Franklin melihat ke arah Feitan.

Feitan : Jangan tanya padaku.

Feitan memberikan tatapan dingin yang mengerikan. Aura Nen sudah terkumpul pada tangannya dan bersiap untuk menebas lawannya. Nobunaga dan Lucia saling menatap tajam dan menusuk bagaikan hewan buas yang siap menerkam mangsanya.

Nobunaga : Zero, kupastikan sekali lagi. Saudara dan temanmu itu beneran tidak mengetahuinya atau kalian bekerja sama untuk menipu kami, huh?!

Lucia : Entahlah (tersenyum menantang)

Nobunaga terdiam dan menahan emosinya.

Feitan : Saudara?

Nobunaga : Oh, Feitan kau juga tidak menyadarinya? (sambil memegangi kepalanya)

Franklin : Bukannya mereka berdua sangatlah mirip?

Shalnark : Benar juga ya...

Nobunaga : Gaki, mou ichido (Bocah, sekali lagi.)

Gon kembali mengangkat tangannya lagi. Nobunaga memegang erat tangan Gon. Darah Gon mengalir dan menetes di atas batu. Gon menggertakkan giginya tanpa suara dengan geram.

Nobunaga : Dia (Uvogin) itu tipe Kyouka (Enhancement). Berpikiran simple dan yang disukainya itu hanya bertarung. Tapi dia sangat rewel jika soal waktu. Saat kami telat sedikit saja, karena aku dan Franklin bertengkar, dia akan menghajarku dengan tangan kosong. Lalu yang paling menyebalkan darinya itu, jika ada yang berani mengganggu atau mengusik Zero, dia akan menghajar orang itu dan membelanya mati-matian.

Nobunaga meneteskan air matanya. Gon dan Killua sedikit tersentak kaget ketika mendengar semua perkataannya. Dan semakin kaget saat melihat Nobunaga menangis. Akan tetapi, Killua berhasil mengatur ekspresinya. Berbeda dengan Gon yang terus menatap lurus dan menunjukkan ekspresi marah ke arah Nobunaga.

Lucia : . . . . .

Nobunaga : Aku sudah tahu sejak Ryodan dibentuk. Aku lebih tahu dari siapapun, dia... Uvo tidak akan pernah kalah bertarung!

Tanpa sadar Nobunaga memegang erat dan menekan tangan Gon dengan keras. Dia juga menatap sinis dan dingin ke arah Lucia.

Nobunaga : Dia pasti dijebak dengan cara curang! Tidak akan kumaafkan dia.

Lucia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tiba-tiba Lucia bangkit dari tempatnya dan bersiap menarik Killua dan Gon, jika terjadi pertarungan yang tidak diinginkan.

Nobunaga : Akan kutemukan dia, tidak perduli berapapun yang kubunuh! Pengguna rantai sialan punya dendam kuat terhadap kami dan baru-baru ini mafia dari keluarga Nostrade merekrutnya.

Killua : (Dendam pada Ryodan? Baru-baru ini dipekerjakan... Hah!)

Lucia tersenyum karena melihat reaksi Killua. Killua yang barusan menyadarinya langsung melihat ke arah Lucia. Dia tidak ingin mempercayainya. Akan tetapi, dia terkejut dan mau tidak mau mempercayainya saat melihat reaksi Lucia. Lucia hanya mengangguk pelan sekali dan tersenyum.

Lucia : "Kau benar oniichan. Yang mereka maksud itu adalah Kurapika."

Killua menggertakkan giginya.

Killua : "Kenapa kau tidak memberitahuku lebih awal?! Ini gawat kalau mereka sampai tahu, kan?! Apalagi, salah satu dari mereka ada yang kekuatannya mirip denganmu. Jika dia menyentuhku sekali lagi, maka..."

Lucia : "Tenang saja. Itu tidak akan terjadi. Walaupun terjadi hal yang tidak diinginkan, aku akan melindungimu."

Nobunaga : Kau mungkin tidak tahu, tapi kau mungkin pernah dengar! Pikirkanlah... Jika tahu sesuatu, katakan!

Gon : Aku tidak tahu. Tapi jika aku tahu pun, aku tidak akan mengatakannya padamu!

Gon sangat marah. Dia yang sejak tadi menahan amarah, refleks memegang erat tangan Nobunaga dan tanpa dia sadarinya aura Nennya juga keluar. Tangannya yang terluka membuat darahnya mengalir keluar tanpa henti.

Gon : Kukira kalian hanyalah monster tak berperasaan, tapi kau akan meratapi kematian temanmu, bukan?

Nobunaga sedikit tersentak kaget karena bisa merasakan adanya perubahan pada diri Gon. Ada aura yang tidak biasa yang keluar dari diri Gon. Lucia tersenyum.

Gon : Lalu kenapa kau tidak bisa meluangkan sebagian kecil kesedihan itu... (suara semakin tinggi)

Gon mengingat haus darahnya Lucia dan tindakan Ryoudan yang keji. Gon menjadi lepas kendali.

Gon : Untuk orang yang kalian bunuh?! (berteriak keras)

BRUAK!

Terdengar suara yang cukup keras menghantam batu. Tangan Nobunaga terhantam di atas batu. Untuk pertama kalinya Gon berhasil mengalahkan Nobunaga dalam beradu panco. Nobunaga terkejut. Dia yang tidak menyangka akan kalah langsung terpaku terdiam.

Killua bergegas berlari ke arah gon untuk menenangkannya, tapi Lucia lebih dulu menepuk pundak Gon sambil mengarahkan cookiesnya ke mulut Gon.

Lucia : Gon, ochitsuke, daijoubu da yo (Gon, tenanglah, tidak apa-apa) Mereka juga memiliki masa lalu mereka juga.

Gon yang sempat emosi menjadi lega dan tenang. Dia mengunyah dan menelan cookies yang ada dimulutnya. Lucia melihat ke arah Nobunaga.

Lucia : Nobu, sudah hentikan permainan ini. Karena mereka tidak tahu apapun tentang si pengguna rantai dan Paku juga sudah memeriksa mereka tadi sewaktu di jalan sampai menuju ke sini dan hasilnya mereka tidak tahu apapun.

Pakunoda : Yang dikatakan Zero itu benar, mereka benar-benar tidak tahu apapun. Mereka tidak punya ingatan tentang si pengguna rantai.

Lucia tersenyum lega. Akan tetapi, Nobunaga tidak mendengarkan apapun. Dia mengabaikan Lucia. Dia masih terpaku diam di tempatnya dan melihat ke arah tangannya yang tadi dikalahkan oleh Gon. Pada saat Lucia menyuruh Gon dan Killua untuk pergi dari sini, tiba-tiba Nobunaga membuka suaranya.

Nobunaga : Matte! (Tunggu!)

Semua orang melihat ke arah Nobunaga.

Franklin : Nobunaga, jika mereka berdua tidak ada hubungannya dengan si pengguna rantai, lebih baik lepaskan mereka.

Shalnark : Ya. Tidak ada gunanya juga menahan saudara dan temannya Zero di sini (tersenyum lebar) Lagipula, musuh kita hanya si pengguna rantai. Yang lain kita abaikan saja.

Shalnark melihat ke arah Gon dan Killua. Lucia mengangguk-angguk setuju. Feitan melirik sekilas ke arah Lucia lalu melihat ke arah Gon dan Killua.

Feitan : Begitulah... Itu bagus, kan?

Gon mengejek. Dia mengulurkan lidahnya ke arah Feitan dan Shalnark. Lucia tertawa kecil.

Nobunaga : Tidak, masih belum. Aku tidak akan melepaskan mereka. Mereka tidak boleh pergi.

Nobunaga memasang wajah sanggar. Dia duduk di atas tanah dan bersandar ke batu besar.

Lucia : (Sudah kuduga, biar kutebak adegan ini. Dia pasti mau merekrut Killua dan Gon seperti yang ada pada cerita aslinya.)

Nobunaga tidak perduli dengan pandangan mata yang sedang menatapnya. Rasa penasaran pada setiap anggota, rasa kesal dan tatapan tajam yang ditunjukkan padanya. Dia berbicara dengan begitu santai.

Nobunaga : Jangan salah paham dulu. Bocah, bergabunglah dengan laba-laba. Setimlah denganku, Zero juga ada ditimku.

Gon langsung menjawab dengan cepat tanpa berpikir panjang.

Gon : Iya da! (Tidak mau!) Lebih baik aku mati dari pada bergabung dengan kalian!

Nobunaga terkekeh.

Nobunaga : Rupanya kita sangat dibencinya... Kau ini pasti tipe Kyouka (Enhancement), kan?

Gon : Dattara nanda?! (Kalau iya kenapa?!)

Nobunaga : Yappari sou da yo! (Sudah Kuduga!)

Nobunaga tertawa semakin keras. Dia terlihat senang. Bukan hanya Gon dan Killua saja melainkan Shizuku, Machi, Shalnark, Pakunoda beserta anggota lainnya kecuali Hisoka dan Lucia merasa sedikit kebingungan dengan tingkah laku Nobunaga. Mereka tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Nobunaga.

Nobunaga : Bocah, pikirkanlah baik-baik terlebih dahulu. Lagipula, Bukan kah temanmu, Zero juga berada di sini?

Lucia : Aku menolak ya. Lagian sejak kapan aku berada di timmu? Aku ini di timnya Fei Fei dan Machi.

Nobunaga : Hah?!

Lucia mengabaikan Nobunaga.

Lucia : Oniichan dan Gon, jangan pernah kalian masuk ke dalam laba-laba ya, apalagi setim dengan pak tua (Nobunaga) sialan ini. Bisa-bisa tidak dalam sehari kalian bisa setua dia (tersenyum)

Killua dan Gon : Tidak akan! (serentak)

Killua dan Gon saling pandang lalu menyeringai.

Nobunaga : Apa?! (menahan emosi)

Lucia tersenyum puas sambil mengacungkan jempolnya ke atas di hadapan Gon dan Killua. Dia sengaja menyindir dan secara terang-terangan mengatakan penolakannya pada Nobunaga.

Nobunaga : Oi, oi! Kenapa?!

Lucia : Tidak ada alasan. Pokoknya aku menolak.

Lucia beranjak pergi dari tempatnya. Dia menuju ke arah pintu keluar dan diikuti Gon dan Killua dari belakang.

Nobunaga : Hey, ayolah! Bagaimana kalau kita diskusikan sama boss dulu? Kita tunggu sampai boss kembali, jadi biarkan mereka tetap berada di sini.

Phinks : Apa kau serius?

Kortopi : Boss tidak akan setuju.

Machi : Ya, terserahlah. Tapi kau saja yang menjaga mereka berdua ya. Aku tidak perduli jika mereka kabur.

Nobunaga : Tidak masalah, asalkan Zero menyetujuinya (menyeringai)

Lucia : Dasar keras kepala! Tapi aku peringatkanmu ya, kalau sampai mereka berdua terluka. Kau akan mati di tanganku, mengerti?!

Nobunaga tertawa.

Nobunaga : Kowai, kowai (Menakutkan, menakutkan.)

Lucia : Kalau begitu, aku pergi dulu. Aku ada urusan lain yang lebih penting. Bye...

Sesaat sebelum Lucia pergi, dia melihat ke arah Gon dan Killua karena Killua seperti ingin mengatakan sesuatu. Dia tersenyum.

Lucia : "Oniichan, apa pun yang terjadi janganlah panik dan takut. Buatlah jebakan dan jalan keluar sendiri untuk kabur dari sini bersama Gon. Misalnya menghancurkan tembok? Katakan itu pada Gon. Lalu kita akan segera bertemu kembali lagi nanti."

Killua mengangguk pelan. Akan tetapi, di dalam hatinya dia berkata, "Kenapa malah menyuruhku menghancurkan tembok?"

Lucia tertawa kecil mendengar isi hati Killua tapi dia tidak mengindahkan perkataannya lagi karena dia tahu Killua pasti bisa segera tahu arti dari perkataannya.

Killua : "Luci, kau mau kemana?"

Lucia : "Aku mau memberi salam kepada ayah dan kakek."

Setelah itu, telepati terputus dan Lucia pun sudah menghilang dari sana.

-Bersambung-